Jadi aku itu susah
Tidak boleh meneteskan air mata
Tidak boleh manja
Tidak boleh cari perhatian
Tidak beloh menuntut … APAPUN
Soalnya
Bisa makan saja, udah syukur
Bisa hidup saja, harus terima kasih
Orang yang tidak punya apa-apa, yang tidak berarti apa-apa, jangan banyak nuntut!
… nasib …
Tapi sebenarnya, jauh di lubuk hati
Akulah anak cengeng itu
Akulah anak manja itu
Akulah anak tukang cari perhatian itu
Akulah anak penuntut … SEMUANYA
Karena
Aku miskin semua itu
Padahal aku punya pangeranku sendiri
Yang sangat perhatian
Yang penuh kasih sayang
Yang memiliki kehangatan
Yang mencintaiku…
Tadinya aku berpikir begitu
Ternyata pangeranku berubah
Perhatiannya hilang di telan keegoisan
Kehangatannya meluap di bakar api duniawi
Cintanya lari dikejar waktu
Aku menangis, dia jadi buta
Aku teriak, dia malah tuli
Aku merangkak mengiba, dia malah berpaling
Mungkin ada seorang nenek sihir yang telah mengutuknya
Atau ada sebuah makhluk yang merasukinya
Yang jelas, dia bukan lagi pangeran yang aku kenal dulu
Semuanya hilang
Kenangan manis tidak akan bisa diciptakan lagi
Tanpa pangeranku tersayang
Aku tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya
Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan diriku sendiri
Pastinya
Tidak akan ada lagi kecupan manis dari pangeran lain
Karena dalam dongeng manapun, tidak ada satu putri yang mendapatkan kecupan dari dua pangeran yang berbeda
Jadi aku tidak akan sembuh
Lagipula aku tidak tahu caranya.