FAST & FURIOUS 6


Siapa yang pernah menyangka bahwa film Fast and Furious yang pertama kali release pada tahun 2001 ini akhirnya bisa menjadi sebuah franchise yang besar seperti sekarang? Dan siapa sangka Vin Diesel yang dulu pernah mengatakan tidak akan pernah bermain dalam film sekuel apa pun akhirnya malah muncul hampir di setiap film Fast and Furious berikutnya dan bahkan ikut memproduseri film keempat dan kelimanya? Kini film keenamnya pun resmi direlease pada 24 Mei 2013 dengan tajuk Fast & Furious 6 dan masih disutradarai dengan setia oleh Justin Lin yang juga membesut film ketiga, keempat dan kelimanya.
Sekuel keenam kali ini masih bercerita mengenai geng mobil yang dipimpin oleh Dominic Toretto (Vin Diesel) yang memutuskan untuk pensiun setelah berhasil membawa kabur uang $100 juta di aksi terakhir mereka di Rio de Janeiro, Brasil pada film kelima. Dom memutuskan untuk tinggal bersama Elena Neves (Elsa Pataky) sedangkan Brian O’Conner (Paul Walker) menikah dengan adik perempuan Dom, Mia Toretto (Jordana Brewster) dan baru saja dianugerahi seorang anak laki-laki yang diberi nama Jack. Sementara Han Seoul-Oh (Sung Kang) dan Gisele Yashar (Gal Gadot) memutuskan untuk pergi ke Hongkong, Roman Pearce (Tyrese Gibson) dan Tej Parker (Chris ‘Ludacris’ Bridges) berkelana dan bersenang-senang. Mereka berharap tidak akan berurusan dengan hukum dan dapat hidup dalam damai. Tapi ternyata mereka salah.
Luke Hobbs (Dwayne ‘The Rock’ Johnson) yang merupakan seorang agen DSS sedang menyelidiki sebuah kasus penyerangan konvoi militer Rusia oleh sebuah grup dengan kemampuan penyerangan dan pencurian yang cepat dan effisien yang juga melakukan berbagai perampokan lain di London dan Negara-negara Eropa lainnya. Grup tersebut didalangi oleh mantan special ops soldier yang menjadi criminal bernama Owen Shaw (Luke Evans) yang berkeinginan menciptakan sebuah alat yang akan dijualnya dengan harga tinggi di pasar gelap.
Hobbs tahu benar bahwa aksi penyerangan dan pencurian seperti itu harus dilawan oleh grup yang juga mampu bergerak dengan sama cepat dan sama effisiennya, karena itulah Hobbs yang kali ini didampingi oleh seorang assisten barunya yang bernama Riley (Gina Carano) meminta pertolongan Dom dan teman-temannya. Awalnya Dom tidak berniat sama sekali untuk kembali terjun ke dunia ‘kelam’ yang akan menambah daftar tindakan kriminalnya di data kepolisian, tapi Hobbs menyerahkan bukti keterlibatan Letticia ‘Letty’ Ortiz (Michelle Rodriguez), kekasih Dom yang selama ini dia kira sudah tewas. Akhirnya dengan perjanjian penghapusan daftar kejahatan yang dilakukan seluruh anggota grupnya, Dom bersedia mengumpulkan kembali anggota-anggotanya dan membantu Hobbs menangkap Shaw.
Hobbs harus mengeluarkan segala macam cara, menggunakan berbagai koneksinya untuk melacak jejak Shaw beserta grupnya agar dapat menggagalkan aksi pencurian mereka selajutnya. Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan dan ada begitu banyak mobil, darah dan air mata yang tertumpah hingga misi mereka kali ini dapat dilaksanakan dengan baik. Dan ditambah dengan bumbu penghianatan dan cinta, semua usaha mereka tidaklah mudah.
Film ini memiliki alur cerita yang begitu ringan, mudah diikuti dan cukup mudah ditebak sehingga para penonton hanya perlu duduk manis di kursi masing-masing dan menikmati berbagai aksi dan cerita yang disajikan. Mungkin film ini memang menyandang tema yang cukup standart walaupun tidak lagi terlalu kental mengetengahkan aksi balapan liar antar geng mobil. Tapi menurut saya keputusan sang sutradara untuk mengembangkan tema dengan menggabungkan genre heist (pencurian) merupakan keputusan yang tepat. Pasalnya, dengan pengembangan ini twist film bisa dibuat menjadi jauh lebih kompleks dan akan terasa lebih menarik untuk diikuti oleh semua kalangan, bukan hanya kalangan menggemar balap mobil saja.
Beberapa twist cerita memang masih berhubungan dengan film-film sebelumnya, tapi mengingat jumlah sekuelnya yang gemuk dan betapa cukup sering film-film sebelumnya tayang di televisi, maka kemungkinan besar setiap orang paling tidak sudah pernah menonton salah satu filmnya dan cukup akrab dengan para tokohnya. Karakter setiap tokoh masih sama kuatnya dan dengan jajaran wajah para pemain yang masih sama dengan film-film sebelumnya, para penonton dan bahkan para actor/actress tidak perlu lagi perlu mendalami karakter karena masing-masing sudah cukup iconic.
Dan untungnya lagi, eksekusi film ini dikemas dengan baik. Saya sangat suka dengan shocking scenenya, juga dengan joke-joke yang dilontarkan para tokohnya. Dan sinematografinya pun cukup memanjakan mata. Saya beberapa kali merasa sangat terpukau melihat sudut pengambilan gambar yang tidak biasa tapi indah. Actionnya pun patut diacungi jempol karena begitu menegangkan sekaligus memukau pada saat bersamaan. Di mana lagi kita bisa melihat aksi mobil, motor, bahkan tank dan pesawat terbang dalam satu film, iya kan?! (Ups! Yang barusan nggak termasuk spoiler, kan? ;D)
Oh, satu hal lagi yang paling menarik perhatian semua orang yaitu tentu saja keterlibatan actor Indonesia, Joe Taslim dalam film ini. Dan percayalah, saya sangat bangga bisa menuliskan nama Joe dalam review saya ini bersama para actor dan actress papan atas Hollywood lainnya. Actingnya tidak kalah bagus dengan pemain lainnya, porsinya dalam film ini pun cukup besar karena Joe ada dari awal hingga akhir film, tidak hanya tampil sebentar dan langsung tewas dengan tragis. Dan yang semakin membuat saya bangga adalah Joe sempat mengucapkan satu patah kata dalam bahasa Indonesia di awal dialognya. Keren banget, kan?!
Singkatnya, Fast & Furious 6 pantas mendapatkan tiga setengah dari lima bintang dari saya. Tapi kalau mengingat ending luar biasa yang menjanjikan sekuel di salah satu kota besar di Asia dengan salah satu tokoh iconic yang bisa membuat saya meleleh (oke, saya tidak akan menyebutkan namanya di sini supaya kalian yang belum nonton tidak mendapat terlalu banyak spoiler dari saya, tapi ya ampun, saya masih mau berteriak a la anak-anak alay kalau ingat kemunculannya!), rasanya saya mau menggenapkan penilaian saya menjadi empat bintang, deh! ;D



STAR TREK INTO DARKNESS


Jika ada satu film mengenai penjelajahan luar angkasa yang dikenal semua orang dan sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, mungkin serial Star Trek adalah salah satu nama film yang akan disebut selain Star Wars yang tak kalah fenomenalnya. Setelah sukses menghantarkan reboot Star Trek pertamanya pada 2009, kali ini sang sutradara J.J Abrams kembali menyajikan kelanjutan kisahnya.
Awal kisah Star Trek kali ini menceritakan Kapten James T. Kirk (Chris Pine) yang harus mendapatkan hukuman karena melakukan kecerobohan pada salah satu tugas mereka di sebuah planet bernama Nibiru. Walaupun sebenarnya Kirk berusaha menyelamatkan nyawa Spock (Zachary Quinto), sahabat sekaligus Perwira Pertama-nya, tapi para petinggi di Starfleet Enterprise tidak memberi sedikit pun kelonggaran. Mereka menurunkan jabatan Kirk menjadi Perwira Pertama dan menyerahkan tugas mengepalai pesawat penjelajah luar angkasa USS Enterprise tersebut kembali kepada Admiral Christopher Pike (Bruce Greenwood). Dan bukan hanya itu, Spock yang merupakan keturunan ras Vulcan yang sangat patuh dengan peraturan dan tidak bisa berbohong malah menyalahkan Kirk dan sama sekali tidak berterima kasih kepada sahabatnya karena telah menyelamatkan nyawanya. Persahabatan mereka pun terancam.
Sementara itu, salah seorang mantan anggota Starfleet, agent John Harrison (Benedict Cumberbatch) meledakkan markas Starfleet Enterprise sector 31 yang penuh rahasia dan melakukan penyerangan saat pertemuan para petinggi Starfleet dilaksanakan untuk membahas peledakan tersebut. Harrison lalu kabur ke planet Kronos di mana planet tersebut dihuni oleh ras Klingon yang tidak terlalu akur dengan para penghuni bumi. Penyerangan mendadak itu mengakibatkan terbunuhnya Pike yang membuat Kirk sangat terpukul. Dengan penuh kesedihan dan niat untuk membalas dendam, Kirk meminta izin Laksamana Alexander Marcus (Peter Weller) untuk mengejar dan menangkap Horrison ke planet Kronos. Marcus memberikan izinnya dan membekali Kirk dengan 72 Photon Torpedo sekaligus perintah jelas untuk membunuh Harrison dengan menembakkan torpedo itu di tempatnya bersembunyi.
Walaupun harus rela kehilangan Chief Engineer-nya, Montgomery ‘Scotty’ Scott yang mengundurkan diri karena tidak setuju mengangkut 72 buah Photon Torpedo yang misterius, tapi Kirk yang kembali menjadi Kapten tetap memimpin pesawat USS Enterprise untuk melakukan tugas militer pertama mereka dengan didampingi oleh Spock, Nyota Uhura (Zoe Saldana), Dr. Leonard ‘Bones’ McCoy (Karl Urban), Pavel Chekov (Anton Yelchin) dan para awak lain yang setia. Tapi ternyata tugas ini tidak semudah yang dibayangkan. Saat ingin menangkap Harrison, Kirk malah bertemu dengan para Klingon yang ingin membunuh mereka. Dan tiba-tiba Harrison muncul untuk menyelamatkan mereka dan mengatakan bahwa dia bersedia untuk menyerahkan diri sesudahnya.
Kirk yang mengira tugasnya sudah akan selesai dengan memutuskan untuk menyerahkan Harrison kepada Marcus harus mengalami penundaan karena kapal luar angkasa mereka mengalami kerusakan Warp. Saat itu Harrison mengatakan bahwa kerusakan tersebut diakibatkan oleh 72 torpedo yang dibawa Kirk di cargo yang membuat Kirk dan para awak kapal kebingungan. Dan bukan hanya itu, Harrison pun mengatakan bahwa sebenarnya dia bernama Khan, seorang manusia super yang tidur di dalam tabung Cyrogenic selama lebih dari 300 tahun. Dan Khan mengatakan bahwa Marcus yang telah membangunkannya dari tidur panjang dengan keinginan untuk membuat sebuah senjata canggih yang dapat melawan Kerajaan Klingon.
Apakah yang dikatakan Khan adalah benar? Siapakah dia sebenarnya dan apa hubungannya dengan Marcus?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai film ini, saya ingin membuat pengakuan dulu. Sungguh, ini serius.
Selama beberapa tahun belakangan ini saya sudah bulak-balik masuk bioskop, menonton berbagai macam jenis film dengan berbagai genre. Dan selama itu pula saya tidak pernah merasa benar-benar jatuh cinta dengan tokoh antagonis dalam film-film tersebut. Serius, loh. Tokoh antagonis memang cukup susah untuk dicintai. Bagaimana tidak? Tokoh antagonis biasanya bersifat jahat, bermuka sadis dan sangat menyebalkan. Pokoknya sama sekali tidak menarik, terutama untuk kaum wanita.
Tapi eh tapi, setelah saya menonton film Star Trek Into Darkness semua pandangan saya mengenai kejelekan peran antagonis hilang sudah! Serius! Ini Benedict Cumberbatch KEREN banget! Dia ganteng! Actingnya keren banget! Dan dia orang Inggris! Sumpeh, Benedict I Love You!!!
… … …
Ehm! Oke, kali ini saya mau membahas tentang filmnya, jadi saya harus serius dan melupakan sejenak ‘cinta pada pandangan pertama’ saya ini.  Ehm-ehm!
Secara keseluruhan saya sangat suka dengan cerita Star Trek kali ini. Scene pembuka film ini cukup seru dan menggugah adrenalin sekaligus rasa penasaran. Alurnya cepat, shocking scene-nya terasa tepat, para tokoh juga memiliki ciri khas yang kuat dan penuh karakter. Beberapa twist memang dibuat dengan kompleksitas yang cukup tinggi sehingga bisa sedikit membingungkan, tapi akhir dari twist-twist tersebut tidak mudah ditebak dan cukup menghibur. Jika berbicara tentang animasi, tentu saja tema Star Trek dan paduan tangan dingin J.J Abrams tidak perlu diragukan lagi.
Gabungan semua ini terasa begitu pas dan begitu menghibur sehingga dengan senang hati saya akan memberikan empat dari lima bintang untuk film ini. Tentunya dengan dengan nilai paling besar saya berikan kepada pemeran sang tokoh antagonis Benedict Cumberbatch yang bisa mengalahkan sang tokoh utamanya untuk hampir di semua aspek.
Jadi, untuk kalian pecinta franchise yang diciptakan sejak tahun 1966 ini atau untuk kalian pecinta film bergenre science fiction yang penuh animasi memanjakan mata dan kualitas acting yang mumpuni dari para pemerannya, film ini benar-benar sayang untuk dilewatkan. Dan kalau kalian berniat untuk menonton Star Trek Into Darkness ini, saya titip salam untuk Khan yah… ;3



Questions Book ( page 66 )


Ada saat di mana aku begitu ingin menghambur ke pelukanmu
Berteduh di sana dengan nyaman
Di tempat yang kau sebut sebagai tempatku berlindung
Aku yakin ada rasa aman di sana
Ada rasa nyaman yang bisa aku dapatkan
Tempat kedua di bumi di mana aku bisa merasakan semua itu
Ada saatnya aku ingin melupakan ketidaksanggupan yang melingkupi kita
Ketidakberdayaan yang diam-diam membuatku lemah
Membuat setengah hatiku lumpuh
Kau ingat dengan bayangan kita yang saling melepas rindu itu?
Kau ingat rasa menggebu-gebu itu?
Aku yakin kau ingat
Sebagaimana aku bisa mengingat dengan jelas kata-katamu waktu itu
“Sayang tak selamanya harus memiliki”
Tapi aku yakin sayang itu masih terasa manis
Tak akan pernah hilang
Seperti pancaran binar matamu yang masih sama
Tak peduli apakah setengah hatiku telah membatu atas nama orang lain
Perasaan itu akan tetap sama
Entah sampai kapan.

130513 ~Black Rabbit~

RAPID FIRE QUESTION

wahhh.... saya dapet rangkaian pertanyaan yang menarik banget dari sahabat saya, +Ria Tumimomor
karena pertanyaannya seputar buku dan tulis menulis, jadi saya mau banget ikutan jawab....
ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab, antara lain:

- Pertanyaan WAJIB:
1. nambah atau ngurangin timbunan buku?
Me: nambah. tapi untungnya saya cukup pemilih soal buku yang saya beli, jadi nambahnya nggak terlalu banyak. kecuali dapet buku bagus yang lagi discount. hehehehe...
2. pinjam atau beli buku?
Me: lebih suka beli. lebih bebas bacanya. :D
3. baca buku atau nonton film?
Me: wah susah nih. saya suka dua-duanya. suka banget. tapi saya lebih suka baca buku, sih. lebih seru dan lebih bebas berimajinasi. :)
4. beli buku online atau offline (tobuk yang temboknya bisa disentuh)?
Me: offline,  bisa lebih bebas milih soalnya....
5. (penting) buku bajakan atau ori?
Me: ori dong.... biasanya kualitasnya lebih bagus...
6. gratisan atau diskonan?
Me: diskonan aja deh. soalnya kalo yang gratisan belum tentu buku yang saya mau.
7. beli pre-order atau menanti dengan sabar?
Me: menanti dengan sabar juga nggak masalah....
8. buku asing (terjemahan) atau lokal?
Me: jujur aja, nih. saya lebih suka buku terjemahan soalnya materinya (biasanya) lebih menarik.
9. pembatas buku penting atau biasa aja?
Me: kalau ada sih ya bagus, kalo nggak ada juga nggak apa-apa. saya kan punya koleksi bookmark yang lain. hehehe....
10. bookmarks atau bungkus chiki?
Me: maksudnya apa yah ini? kalo buat buku ya mendingan bookmark, tapi kalo lagi laper yah chiki aja deh! :D

- Pertanyaan tambahan:
1. novel atau komik?
Me: dulu sih dua-duanya, sekarang lebih suka novel.
2. disampul atau nggak?
Me: disampul dong... biar covernya awet!
3. notes FB atau blog?
Me: defenitely BLOG!
4. cover atau sinopsis?
Me: sinopsis. cover bisa menipu!
5. dijual atau disumbangkan?
Me: pengennya sih dijual biar bisa beli buku baru lagi. hehehehe.... XD

- Pertanyaan tambahan dari Sista Ria:
1. Facebook atau Twitter?
Me: Twitter. di facebook udah banyak yang nyebelin. paling cuma share twit aja ke FB.
2. tidur di angkot atau membaca di angkot?
Me: tidur. baca di dalam angkot suka bikin pusing.
3. mengetik atau menulis?
Me: menulis, ada sensasi lebih dari pada mengetik walaupun tetep aja ujung-ujungnya harus mengetik juga. hehehehe....
4. lebih enak buku atau e-book?
Me: buku. baca e-book terlalu lama bisa bikin pusing dan sakit mata. entar minus mata bisa nambah lagi.....
5. buku baru atau baju baru?
Me: BUKU DONGGGGG..... udah beli buku baru beli baju. hahahaha....

yes, udah dijawab! saya nggak bakal nge-tag yang lain deh. kan saya baik.... apa coba...
buat kalian yang mau menjawab pertanyaan macam ini, silahkan bikin di blog masing-masing dan mention linknya ke saya via twitter @black_rabbit13. nanti saya RT deh... (^_^)

LAWLESS


Hai! Ketemu lagi di rublik review film. Jangan bosen baca review film saya yang suka ngaco ini, yah… J
Kali ini saya akan membahas sebuah historical crime drama film yang baru saja saya tonton hari Sabtu kemarin, judulnya Lawless.
Film ini menceritakan kisah mengenai keluarga Bondurant pada tahun 1931 yang memproduksi minuman keras sejenis Whiskey terenak dan cukup terkenal di wilayah Franklin Country, Virginia. Di daerah tersebut keluarga Bondurant memang termasuk keluarga yang disegani dan terkenal sebagai keluarga keturunan Indian yang bersifat keras, kuat dan ‘tidak bisa mati’. Sang kakak tertua, Howard Bondurant (Jason Clarke), terkenal sebagai seorang kakak yang sangat melindungi adik-adiknya. Sedangkan anak kedua, Forrest Bondurant (Tom Hardy) begitu idealis, karismatik dan cukup ditakuti semua orang. Sementara itu, anak bungsu keluarga Bondurant, yaitu Jack Bondurant (Shia LaBeouf) sedang berada di usia puber di mana keinginan untuk membuktikan diri dan ‘menyamaratakan’ namanya dengan kedua kakaknya begitu menggebu-gebu. Tapi keinginan tersebut malah sering kali membuatnya terjerumus pada keadaan sulit.
Suatu ketika, seorang petugas perwakilan dari Virginia Commonwealth Attorney Mason Wardell bernama Charley Rakes (Guy Pearce) datang ke wilayah tersebut untuk meminta pajak yang cukup besar kepada para pengusaha di daerah tersebut. Forrest yang cukup keras kepala dan idealis sama sekali tidak ingin membayar dan mengancam akan membunuh Rakes jika dia berani datang menemuinya lagi. Tapi Rakes tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan Sheriff dan petugas lain yang terpaksa mematuhinya, Rakes mengintai keluarga Bondurant untuk mengetahui tempat pembuatan minuman keras mereka yang terkenal itu.
Sementara itu, Jack yang masih berniat membuktikan diri kepada kedua kakaknya mencoba membuat minuman baru yang jauh lebih enak dengan bantuan sahabatnya: Criket Pate (Dane DeHaan). Tapi karena masih begitu ceroboh, Rakes malah menemukan gubuk tempat Jack dan Criket menyuling minuman mereka dan memukuli Jack. Jack kembali kepada kedua kakaknya dengan wajah babak belur dan mengirimkan pesan bahwa Rakes ingin Forrest tunduk kepada perintahnya. Tapi tentu saja Forrest tidak mau. Tindakan Forrest yang keras kepala ini membuat Rakes semakin kesal. Dia membayar dua orang preman untuk datang ke restoran keluarga Bondurant dan mengganggu pramusaji mereka yang baru: Maggie Beauford (Jessica Chastein). Forrest yang diam-diam menaruh hati kepada Maggie memukul kedua preman tersebut dan mengusir mereka. Tapi saat restoran itu sudah tutup, kedua preman itu kembali untuk menggorok leher Forrest dan memperkosa Maggie.
Saat Forrest sedang dalam masa pemulihan, Jack merasa mendapat kesempatan untuk membuktikan diri kepada kedua kakaknya. Dia menjual semua persediaan minuman keras yang sudah dikumpulkan Forrest kepada seorang gangster bernama Floyd Banner (Gary Oldman) dengan harga dua kali lipat. Dan bukan hanya itu, Floyd juga memberikan alamat kedua preman yang telah menganiyaya Forrest dan Maggie sehingga Forrest dengan bantuan Howard bisa membunuh preman-preman itu untuk membalas dendam. Walau pada awalnya Forrest dan Howard begitu kesal dengan kelancangan sang adik, tapi pada akhirnya Floyd Banner menjadi pelanggan tetap mereka. Dengan harga yang lebih mahal dan jumlah pesanan yang banyak, kakak beradik Bondurant akhirnya mampu mengembangkan produksi minuman keras mereka menjadi lebih besar dan berhasil mengumpulkan lebih banyak uang lagi.
Rakes naik pitam mengetahui hal ini. Dengan mengikuti Jack yang membawa pacarnya, Bertha Minnix (Mia Wasikowska) ke tempat penyulingan terbesar mereka di pinggir hutan, Rakes menggerebek tempat itu, meledakkannya sehingga rata dengan tanah dan membunuh Criket. Hal ini membuat seluruh anggota keluarga Bondurant marah sehingga pertempuran berdarah pun tak bisa dihindari lagi.
Film yang disutradarai oleh John Hilcoat, salah seorang sutradara asal Australia yang cukup menjanjikan ini terasa begitu pas untuk saya. Saya suka ceritanya yang diangkat dari sebuah novel berjudul The Wettest Country In The World karangan Matt Bondurant yang memang diambil dari kisah nyata sang kakek beserta paman sang penulis sendiri. Alurnya juga tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, dengan detail cerita yang rapi, dialog yang mudah dimengerti dan twist yang tidak berlebihan. Setting cerita juga bagus, dengan costum dan make up yang pas. Para tokohnya juga unik dengan karakter tokoh yang terbentuk kuat. Apa lagi para actor dan actress yang berperan di dalam film ini memang sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuan beraktingnya, sehingga emosi penonton dapat tercipta dengan baik. Saya secara pribadi ingin ‘mengangkat topi’ setinggi-tingginya untuk acting Tom Hardy dan Guy Pearce yang spectacular di film ini.
Memang adegan kekerasan dan pertumpahan darah dalam film ini cukup sadis dan bisa membuat bulu kuduk merinding, tapi saya sempat merasa heran karena film yang menyandang rating R (Resticted) ini justru tidak terlalu menonjolkan unsur nuditynya. Sejujurnya, kenyataan yang satu ini membuat saya senang karena selama saya menonton film bioskop, sebagian besar film dengan genre serupa akan dengan senang hati  menambahkan adegan nude sebagai salah satu daya tariknya. Tapi bahkan costum para actress pun tidak menonjolkan keseksian yang terlalu berlebihan atau dibuat-buat. Paling tidak dengan begini saya yakin film ini digarap dengan serius.
Saya dengan senang hati memberikan empat dari lima bintang untuk film ini. Dan dengan jajaran nama besar lain yang muncul, seperti Gary Oldman yang legendaries, Shia LeBauf yang sedang naik daun dan juga Jessica Chastain yang baru saja memenangkan Golden Globe Awards untuk kategori Best Actress-Drama dan Best Actress In a Movie pada Critics’ Choice Movie Awards, film ini tentunya akan sangat sayang untuk dilewatkan. Apa lagi bagi kalian penggemar historical movie yang penuh drama serta action sekaligus.