( Tak ) Bersahabat


Aku menatap langit sore itu. Walaupun hujan masih meneteskan rintik-rintiknya dengan bandel, aku mendapati secercah warna jingga di sisi lain langit, memberikan secercah harapan indah kepada para pembenci hujan. Udara pengap dan panas telah berganti dengan dinginnya kelembapan yang menggantung. Menyegarkan, paling tidak untuk hidung dan hatiku. Semua itu membuat helaan napasku begitu nikmat terasa.
Namun tiba-tiba sebuah nama melintas di kepalaku. Kenikmatan yang kurasa langsung hilang seketika, entah kemana, digantikan perasaan jengkel, kesal, marah. Ingin rasanya aku mengumpat dengan keras: Bajingan!
Dia bukan siapa-siapa buatku. Dia hanyalah seorang teman yang aku temui karena suatu kesempatan. Keadaan membuat kami terpaksa harus terus berhadapan satu sama lain setiap hari, Sembilan jam sehari, enam hari dalam seminggu, dua puluh enam hari dalam sebulan. Tidak ada yang special selain itu. Kalau dipikir-pikir kami bahkan tidak saling mengenal satu sama lain, bahkan setelah hampir dua tahun harus melewatkan waktu saling memandang tanpa kami kehendaki.
Awalnya keadaan begitu terkendali dan menyenangkan. Kebersamaan terasa sangat manis dan tawa riang selalu menyertai, seolah semua hal di dunia ini adalah lelucon paling kocak yang pernah kami dengar walaupun sebenarnya itu adalah hal paling tragis yang pernah kami terima. Dunia seolah milik kami, dan menertawakan semuanya adalah hal paling menarik. Tapi semua hal yang terasa terlalu baik belum tentu akan berakhir sangat baik, karena semua hal itu akan dipaksakan untuk bisa terasa selalu baik sehingga akhirnya kehilangan rasa dan arti. Kedekatan kami berubah menjadi kebencian.
Aku telah berpikir cukup lama, mungkin bahkan sampai terlalu banyak berpikir, dan aku tidak bisa menemukan apa penyebab semua kekacauan ini.
Manisnya kebersamaan telah menguap tertiup angin menjadi partikel-partikel kecil atom yang tak berarti tanpa kesatuan sehingga yang tersisa adalah hambar. Dan menelan semua itu malah meninggalkan rasa pahit di pangkal tenggorokanku dan itu membuatku merasa ingin muntah.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kawan bisa dengan mudahnya berubah menjadi lawan? Kenapa kebencian bisa lebih terasa dari pada kebersamaan? Kemana pengertiannya? Sifat manisnya? Canda tawanya? Nasihat bijaknya? Hangat persahabatannya saat duet kami dulu? Aku tidak mengerti. Sosoknya yang aku kenal dulu seolah hilang di telan bumi. Ada yang menculiknya dan mengubahnya menjadi orang lain, mungkin begitu. Pasti ada sesosok alien yang telah mencuci otaknya dan menggantikannya dengan otak makhluk asing sehingga tidak lagi bisa aku kenali. Pasti begitu.
Apa yang harus aku lakukan untuk bisa menyelamatkannya?
Dia sedang berada di dalam bahaya, jika lebih lama lagi terkurung di dalam pribadi itu maka dia akan berubah menjadi orang gila, orang yang benar-benar tidak aku kenal. Aku tidak menyukai ide itu. Aku ingin dia kembali, sahabat yang dulu aku kenal. Tapi bagaimana caranya? Kebencianku telah begitu akut tertanam di dalam hatiku, tanpa aku sadari. Karena sedikit saja aku mendekat maka dia akan melukaiku semakin dalam, jauh lebih dalam dari pada sebelumnya. Dan tentu saja itu membuatku semakin muak.
Entahlah.
Sudahlah.
Aku tidak mengerti, dan sepertinya tidak akan bisa mengerti.
Apa pun usahaku, bagaimanapun caraku, sepertinya semua itu percuma. Penyakitnya sudah merasuk begitu dalam, sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Karena baginya yang seharusnya diselamatkan adalah aku, yang terserang suatu penyakit akut adalah aku dan yang mengalami penculikan oleh alien adalah aku. Aku, bukan dia. Jalannya sudah setepat pemikirannya, langkahnya adalah yang paling baik untuknya, tentu saja aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku adalah korban, bukan penyelamat. Posisi itu berlaku kebalikan untuknya.
Aku sudah lelah untuk melakukan penyelamatan, aku cukup muak untuk membenci, aku tidak sanggup untuk memaklumi.
Terserah.
Pilihlah jalanmu yang terbaik, kau tak perlu lagi aku. Sejak awal memang tidak.
Sekarang aku menggigil. Udara sejuk itu lama kelamaan malah membuatku kedinginan, sangat tidak nyaman dan tidak bersahabat. Tapi para pembenci hujan memang harus merasa puas sekarang, karena langit mendukung mereka. Tidak ada lagi setetes pun hujan yang tumpah membasahi bumi sehingga untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu ini malam hari tidak lagi basah. Udara berubah nyaman secara perlahan dan keadaan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, paling tidak memanfaatkannya dengan melakukan perjalanan singkat untuk menikmatinya.
081009 ~Black Rabbit~