Di tips nulis kali ini kita ngobrol tentang tips dan trik mematangkan
materi cerita, yuk!
Banyak sekali teman yang mengeluh kalau mereka sering kali enggan
melanjutkan cerita yang sedang mereka tulis di tengah jalan. Padahal, awalnya
mereka begitu bersemangat untuk mulai menulis karena merasa mendapatkan ide
yang benar-benar bagus. Tapi kenapa ide mentok bisa tiba-tiba menyerang dan
membuat mereka berhenti hingga akhirnya sama sekali tidak menyelesaikan naskah
itu?
Menurut saya, selain dikarenakan ‘writers block’ atau ide mentok yang bisa
menyerang siapa saja, ini juga dikarenakan materi naskah yang sebenarnya belum
matang.
Setiap penulis pastilah pernah merasakan saat-saat di mana ide mengalir
dengan derasnya melalui otak seolah tidak ada habisnya. Tapi, tidak semua ide
bisa dikembangkan menjadi materi cerita yang bagus. Menurut seorang sahabat
saya, ide itu seperti bunga es yang akan cepat mencair jika tidak disimpan
dengan baik. Karena itu cobalah tampung ide-ide menarik yang ditemukan itu ke
dalam sebuah buku catatan. Saya pribadi mempunyai sebuah ‘buku ide’, tempat
saya biasa menuliskan berbagai ide mentah yang tiba-tiba muncul di kepala.
Biasanya, jika terdapat sebuah ide yang begitu menarik bagi seorang
penulis, maka ide itu akan terus terngiang-ngiang di kepala. Pada saat inilah
coba untuk mengembangkan ide ini lebih jauh lagi. Jika tidak sempat
menuliskannya di sebuah ‘buku ide’, maka kembangkan saja ide itu di otakmu. Untuk
mematangkan sebuah ide, idealnya harus ditunjang dengan aspek-aspek lain
sehingga menghasilkan materi yang menarik dan dapat digunakan untuk membangun
sebuah cerita. Gunakan rumus menulis yang sudah kita bicarakan minggu lalu (
5W-1H ). Intinya gali terus semua aspek ide cerita itu sehingga membentuk
sebuah materi yang matang.
Mengembangkan ide tidak perlu dengan cara menuliskan ceritanya dari awal
sampai akhir secara sistematis, tapi sebagai tahap awal tuliskan saja apa yang
terlintas di kepala. Apakah ide ini akan benar-benar dipakai atau tidak pada
akhirnya, itu urusan nanti. Yang penting ide itu sudah dituliskan dengan
selamat di atas kertas dan bisa kita eksplore lagi di kemudian hari.
Kenapa harus memikirkan ending cerita lebih dulu, padahal ide ceritanya
belum sampai pada tahap ending? Sebenarnya ini bukan metode yang mutlak harus
dilakukan. Bagaimanapun juga, saat menulis akan ada begitu banyak ide yang
mengalir dan bisa mempengaruhi keutuhan cerita atau bahkan mengubah ending.
Tapi jika ide-ide yang datang tiba-tiba itu terus ditambahkan, maka ide cerita
bisa melebar ke mana-mana. Ini tidak bagus. Ide cerita yang terlalu luas akan
mengurangi kekuatan cerita itu sendiri.
Nah, inilah gunanya ending cerita yang telah kita susun pada awal tadi.
Kerangka cerita itu membantu kita untuk tetap berada di jalan cerita yang sudah
ditentukan saat mematangkannya. Jika di tengah jalan kita menemukan alternatif
ending yang lebih menarik dan lebih bagus, silahkan saja mengubah endingnya,
tidak masalah.
Lalu, apakah kalian pernah kebingungan menghadapi timbunan ide di ‘buku
ide’-mu? Bagaimana menyiasatinya?
Kita bisa memilih ide-ide mana yang bisa kita pakai untuk menunjang tema
yang telah kita tetapkan dan membantu mematangkan materi kita. Jika terdapat
ide lain yang tidak kalah menarik tapi tidak bisa dipakai, gunakan ide itu
untuk tema tulisan berikutnya saja. Dan jika terdapat ide-ide yang sama sekali
tidak bisa dipakai, mungkin karena ide tersebut tidak cukup bagus atau sama
sekali belum matang, jangan ragu untuk membuang ide itu jauh-jauh. Jangan
memaksakan diri dengan tetap memasukkan ide itu ke dalam cerita yang sedang
kita garap karena bisa beresiko merusak cerita. Tenang saja, ide bisa ditemukan
di mana saja dan kapan saja. Jika kita kehilangan satu ide, akan ada sepuluh
ide lain yang muncul di kepala bahkan mungkin dengan kualitas yang lebih baik
lagi.
Setelah materi yang matang itu kita tuangkan ke dalam tulisan, pekerjaan
kita belum selesai. Tulisan yang dihasilkan baiknya ‘diendap’ dulu selama
beberapa waktu. Biasanya saya ‘mengendap’ tulisan selama minimal dua minggu.
Saya akan mengosongkan pikiran saya dari materi itu lalu kembali membaca naskah
itu dalam keadaan otak yang fresh. Ini saya sebut sebagai ‘proses editing
pribadi’. Pada saat ini saya mencoba memposisikan diri sebagai pembaca, bukan
penulis. Gunanya adalah untuk menelaah apakah tulisan yang kita kerjakan sudah
bagus dan materi yang ingin kita berikan sudah tersampaikan dengan baik atau
belum. Di kesempatan ini kita juga bisa meng-edit bagian naskah yang ternyata
melenceng dari tema awal atau juga yang tidak sesuai dengan tema sama sekali.
Tapi ingatlah untuk meng-edit naskah seperlunya saja, jangan terlalu banyak
mengubah naskah yang malah akan membawa naskah keluar dari tema. Coba baca lagi
kerangka tulisan yang kita buat sebelum mulai menulis sehingga tema yang kita
pilih benar-benar sudah berhasil dituangkan dan tidak melebar lagi. Sekali lagi
saya ingatkan, ide-ide yang tidak bisa digunakan pada naskah ini bisa dipakai
pada kesempatan lain, jadi jangan memaksa, yah.
Dan saya selalu mengatakan bahwa menulis itu butuh proses dan proses itulah
yang menentukan kualitasnya. Jadi tidak perlu terburu-buru ingin menyelesaikan
naskah sehingga melupakan inti tema yang ingin disampaikan. Nikmati saja setiap
prosesnya dan menulislah dengan hati senang. Pastikan saja semua materi sudah
matang dan siap dituangkan, tidak perlu terburu-buru.
Bagaimana, tips kali ini cukup mudah, kan? Seperti biasa, untuk kalian yang
mau request tema untuk tips nulis berikutnya bisa menghubungi saya di media
social apa saja.
Semoga bermanfaat dan selamat menulis… (^_^)
200412 ~Black Rabbit~