TIPS NULIS #4: MATANGKAN MATERI


Di tips nulis kali ini kita ngobrol tentang tips dan trik mematangkan materi cerita, yuk!

Banyak sekali teman yang mengeluh kalau mereka sering kali enggan melanjutkan cerita yang sedang mereka tulis di tengah jalan. Padahal, awalnya mereka begitu bersemangat untuk mulai menulis karena merasa mendapatkan ide yang benar-benar bagus. Tapi kenapa ide mentok bisa tiba-tiba menyerang dan membuat mereka berhenti hingga akhirnya sama sekali tidak menyelesaikan naskah itu?

Menurut saya, selain dikarenakan ‘writers block’ atau ide mentok yang bisa menyerang siapa saja, ini juga dikarenakan materi naskah yang sebenarnya belum matang.

Setiap penulis pastilah pernah merasakan saat-saat di mana ide mengalir dengan derasnya melalui otak seolah tidak ada habisnya. Tapi, tidak semua ide bisa dikembangkan menjadi materi cerita yang bagus. Menurut seorang sahabat saya, ide itu seperti bunga es yang akan cepat mencair jika tidak disimpan dengan baik. Karena itu cobalah tampung ide-ide menarik yang ditemukan itu ke dalam sebuah buku catatan. Saya pribadi mempunyai sebuah ‘buku ide’, tempat saya biasa menuliskan berbagai ide mentah yang tiba-tiba muncul di kepala.

Biasanya, jika terdapat sebuah ide yang begitu menarik bagi seorang penulis, maka ide itu akan terus terngiang-ngiang di kepala. Pada saat inilah coba untuk mengembangkan ide ini lebih jauh lagi. Jika tidak sempat menuliskannya di sebuah ‘buku ide’, maka kembangkan saja ide itu di otakmu. Untuk mematangkan sebuah ide, idealnya harus ditunjang dengan aspek-aspek lain sehingga menghasilkan materi yang menarik dan dapat digunakan untuk membangun sebuah cerita. Gunakan rumus menulis yang sudah kita bicarakan minggu lalu ( 5W-1H ). Intinya gali terus semua aspek ide cerita itu sehingga membentuk sebuah materi yang matang.

Mengembangkan ide tidak perlu dengan cara menuliskan ceritanya dari awal sampai akhir secara sistematis, tapi sebagai tahap awal tuliskan saja apa yang terlintas di kepala. Apakah ide ini akan benar-benar dipakai atau tidak pada akhirnya, itu urusan nanti. Yang penting ide itu sudah dituliskan dengan selamat di atas kertas dan bisa kita eksplore lagi di kemudian hari.

Kenapa harus memikirkan ending cerita lebih dulu, padahal ide ceritanya belum sampai pada tahap ending? Sebenarnya ini bukan metode yang mutlak harus dilakukan. Bagaimanapun juga, saat menulis akan ada begitu banyak ide yang mengalir dan bisa mempengaruhi keutuhan cerita atau bahkan mengubah ending. Tapi jika ide-ide yang datang tiba-tiba itu terus ditambahkan, maka ide cerita bisa melebar ke mana-mana. Ini tidak bagus. Ide cerita yang terlalu luas akan mengurangi kekuatan cerita itu sendiri.

Nah, inilah gunanya ending cerita yang telah kita susun pada awal tadi. Kerangka cerita itu membantu kita untuk tetap berada di jalan cerita yang sudah ditentukan saat mematangkannya. Jika di tengah jalan kita menemukan alternatif ending yang lebih menarik dan lebih bagus, silahkan saja mengubah endingnya, tidak masalah.

Lalu, apakah kalian pernah kebingungan menghadapi timbunan ide di ‘buku ide’-mu? Bagaimana menyiasatinya?

Kita bisa memilih ide-ide mana yang bisa kita pakai untuk menunjang tema yang telah kita tetapkan dan membantu mematangkan materi kita. Jika terdapat ide lain yang tidak kalah menarik tapi tidak bisa dipakai, gunakan ide itu untuk tema tulisan berikutnya saja. Dan jika terdapat ide-ide yang sama sekali tidak bisa dipakai, mungkin karena ide tersebut tidak cukup bagus atau sama sekali belum matang, jangan ragu untuk membuang ide itu jauh-jauh. Jangan memaksakan diri dengan tetap memasukkan ide itu ke dalam cerita yang sedang kita garap karena bisa beresiko merusak cerita. Tenang saja, ide bisa ditemukan di mana saja dan kapan saja. Jika kita kehilangan satu ide, akan ada sepuluh ide lain yang muncul di kepala bahkan mungkin dengan kualitas yang lebih baik lagi.

Setelah materi yang matang itu kita tuangkan ke dalam tulisan, pekerjaan kita belum selesai. Tulisan yang dihasilkan baiknya ‘diendap’ dulu selama beberapa waktu. Biasanya saya ‘mengendap’ tulisan selama minimal dua minggu. Saya akan mengosongkan pikiran saya dari materi itu lalu kembali membaca naskah itu dalam keadaan otak yang fresh. Ini saya sebut sebagai ‘proses editing pribadi’. Pada saat ini saya mencoba memposisikan diri sebagai pembaca, bukan penulis. Gunanya adalah untuk menelaah apakah tulisan yang kita kerjakan sudah bagus dan materi yang ingin kita berikan sudah tersampaikan dengan baik atau belum. Di kesempatan ini kita juga bisa meng-edit bagian naskah yang ternyata melenceng dari tema awal atau juga yang tidak sesuai dengan tema sama sekali.

Tapi ingatlah untuk meng-edit naskah seperlunya saja, jangan terlalu banyak mengubah naskah yang malah akan membawa naskah keluar dari tema. Coba baca lagi kerangka tulisan yang kita buat sebelum mulai menulis sehingga tema yang kita pilih benar-benar sudah berhasil dituangkan dan tidak melebar lagi. Sekali lagi saya ingatkan, ide-ide yang tidak bisa digunakan pada naskah ini bisa dipakai pada kesempatan lain, jadi jangan memaksa, yah.

Dan saya selalu mengatakan bahwa menulis itu butuh proses dan proses itulah yang menentukan kualitasnya. Jadi tidak perlu terburu-buru ingin menyelesaikan naskah sehingga melupakan inti tema yang ingin disampaikan. Nikmati saja setiap prosesnya dan menulislah dengan hati senang. Pastikan saja semua materi sudah matang dan siap dituangkan, tidak perlu terburu-buru.

Bagaimana, tips kali ini cukup mudah, kan? Seperti biasa, untuk kalian yang mau request tema untuk tips nulis berikutnya bisa menghubungi saya di media social apa saja.

Semoga bermanfaat dan selamat menulis… (^_^)

200412 ~Black Rabbit~