Saya baru saja keluar dari teater bioskop setelah menonton film berjudul ‘Act
of Valour’. Seperti biasa, ada senyum lebar dan sedikit ‘disorientasi waktu’
yang biasa saya rasakan saat keluar dari teater. Dan tentu saya ada begitu
banyak akar pembicaraan seru menyangkut film tersebut yang akan saya
perdebatkan dengan partner saya tidak lama lagi. Tapi, lidah saya mendadak kelu
saat saya berjalan keluar gedung dan menemukan poster film ‘The Raid’ yang
masih diputar di teater yang lain. Saya baru tersadar bahwa hanya dalam waktu
seminggu saja, sudah ada dua film dengan tema serupa yang saya tonton di
bioskop. Dan, mau tidak mau, suka tidak suka, secara otomatis, saya
membandingkan kedua film ini.
Sebagai seorang penulis, tentunya yang saya nilai pertama kali dari setiap
film yang saya tonton adalah segi ceritanya, kekuatan para tokohnya, alurnya
dan sejenisnya. Saya bukan pakar film, saya juga tidak tahu-menahu mengenai
dunia film Hollywood dan tetek bengek-nya. Jadi lupakan tentang sutradara, para
actor dan actris-nya atau produser dan distributor film tersebut, mari kita
bandingkan dari segi yang saya pahami saja supaya_paling tidak_saya tidak dicap
sebagai orang sok tahu. Dan berhubung film ‘The Raid’ sudah pernah saya bahas
sebelumnya, jadi kali ini saya akan membahas dari sisi film ‘Act Of Valour’
saya. Silahkan anda bandingkan dan simpulkan sendiri (^_^).
‘Act Of Valour’ bercerita mengenai satu peleton US Navy yang terdiri dari
delapan orang pasukan terlatih. Dengan latar belakang yang berbeda, mereka
masing-masing telah mengabdikan diri selama bertahun-tahun dan memiliki skill
khusus yang melengkapi team mereka dengan baik. Setiap orang memiliki kehidupan
pribadi, membangun keluarga dan membesarkan anak-anak mereka masing-masing.
Tapi setiap orang juga menyadari tugas dan tanggung jawab yang harus mereka
jalani sebagai anggota US Navy, pasukan elite yang paling dibanggakan tentara
Amerika.
Tugas mereka kali ini adalah membebaskan seorang dokter wanita yang ternyata
adalah mata-mata Amerika yang disandera seorang Bandar narkoba besar di Meksiko.
Dengan berbagai peralatan canggih, skill yang hampir tak tercela dan bantuan
yang dapat diandalkan, mereka berhasil melaksanakan tugas dan menyelamatkan
sandera. Tapi ternyata tugas mereka tidak hanya sampai di situ. Sang Bandar
narkoba ternyata memiliki keterikatan khusus dengan seorang teroris yang sudah
menjadi bagian dari daftar Orang Paling Dicari pemerintah Amerika terkait
tindakan terorisme yang terjadi di Filipina.
Penyelidikan pemerintah Amerika sampai kepada kemungkinan sang teroris akan
melakukan tindakan teror terbesar di Amerika yang diperkirakan akan lebih
menggemparkan dibandingkan insiden 9/11 beberapa tahun yang lalu. Jadi, tugas
mereka bertambah berat. Mereka tidak hanya harus melakukan penyelidikan dan
mengumpulkan berbagai bukti mengenai tindakan illegal sang teroris, tapi juga
harus menggagalkan berbagai uji coba penyelundupan senjata canggih, mengetahui
rencana mereka dan menggagalkannya sebelum semua itu terlaksana.
Tugas ini tidak mudah dilakukan, bahkan bagi pasukan secanggih US Navy
milik Amerika yang seolah tak terkalahkan. Karena bukan saja melibatkan
kalangan teroris internasional yang kejam dan tanpa ampun, tapi juga melibatkan
beberapa Negara, yang sama artinya dengan mengancam nama besar Amerika sendiri
jika tidak dilakukan dengan benar. Berhasilkah mereka melakukan tugas dan
kembali kepada keluarga yang mereka cintai dengan selamat?
Terlepas dari segala bentuk terorisme yang benar-benar terjadi, segala
kontroversi tentang betapa arogannya pemerintah Amerika dan segala macam
rahasia umum yang bersangkutan dengan politik antar Negara yang serba sembraut
dan dipenuhi banyak kepentingan, dan jika dipandang melalui kaca mata orang
awam seperti saya, film ini cukup memuaskan. Paling tidak, film ini dapat
menyajikan sebuah film dengan ‘paket lengkap’.
Yang saya maksud dengan paket lengkap adalah dari segi ceritanya. Sebagai
film ber-genre ‘war-action’ film ini berhasil mencampur unsur action dan drama
dengan sangat lihai. Ini terbukti dari sisi drama dua tokoh utamanya yang
ter-eksplore dengan baik dan
disajikan dengan kadar pas. Paling tidak para penonton tidak hanya disajikan
adegan peperangan saja dari
awal sampai akhir cerita. Alur cerita juga berjalan dengan lancar, tidak ada
alur mundur yang berbelit-belit dan dialog yang terjadi pun disajikan dengan pas.
Tema cerita juga tersalurkan dengan seimbang, di mana digambarkan bahwa menjadi
seorang prajurit tidak hanya memikirkan mengenai tugas saja, tapi ada begitu
banyak hal yang harus mereka korbankan demi Negara: istri, anak, keluarga
bahkan nyawa. Latar belakang cerita pun berhasil disampaikan dengan baik,
setiap perubahan konflik yang diterima para tokoh dapat dijelaskan dan
dipertanggung jawabkan kepada penonton walaupun hanya melalui beberapa baris
dialog dan scene pendek percakapan dua tokoh saja. Ini terdengar seperti hal
yang sepele, tapi detail kecil ini kadang kala menjadi penting untuk
‘memasuk-akalkan’ perkembangan konflik para tokohnya sehingga para penonton
tidak perlu berandai-andai dan merangkai sendiri detail ceritanya.
Para penonton disuguhi adegan penuh peluru dengan sangat seru. Lengkap
dengan berbagai jenis senjata api yang keren, atribut tentara yang mentereng
dan adegan tembak menembak yang membuat geleng-geleng kepala. Belum lagi
strategi perang mereka yang sangat rapi, taktik gerilya yang penuh
kehati-hatian juga kerja sama antar team yang selalu bisa diandalkan. Peperangannya
pun disajikan dengan cukup masuk akal, tidak terlalu berlebihan. Paling tidak
satu peleton yang beranggotakan delapan orang pasukan ini tidak berhasil
melaksanakan tugas mereka sendirian begitu saja, seolah membunuh sekelompok
nyamuk dengan raket listrik. Ada begitu banyak pasukan dari Angkatan Bersenjata
lain yang siap membantu. Pokoknya semuanya mengagumkan. Kalau saja saya adalah orang Amerika, saya pasti
akan sangat bangga dengan pasukan US Navy ini.
Dari segi sinematografinya, tidak ada kata yang bisa mewakili selain
lambaian dua jempol dari kedua tangan saya. Sebenarnya pada umumnya pengambilan
gambar dilakukan dengan cara yang biasa, tidak ada bedanya dengan film-film
lain yang memang sudah bagus. Tapi yang membuat film ini berbeda adalah cara
pengambilan gambar melalui ‘first person camera’ yang membuat para penontonnya
seolah benar-benar terlibat dalam perang yang sedang berlangsung. Cara
pengambilan gambar dengan cara ini juga membuat para penontonnya seolah sedang
bermain game perang semacam ‘Counter Strike’ yang untungnya malah akan membuat
para penonton semakin larut dalam film. Ditambah dengan pengambilan angle
yang_tetap_menarik dan pergerakan kamera yang dinamis, membuat semuanya
berjalan dengan mulus.
Tapi, tentu saja, tidak ada film yang sempurna.
Sama seperti film perang buatan Amerika lainnya, kebanyakan film-film ini
selalu menyajikan tindakan heroic yang terlalu berlebihan, seolah tentara
Amerika adalah tentara paling kuat dan tidak pernah dapat dikalahkan.
Bagaimanapun caranya, berapa banyak pun korbannya dan seberapa parahnya kerusakan
yang terjadi, pada akhirnya tentara Amerika akan selalu berhasil menang dan
bendera Amerika akan berkibar dengan megahnya di akhir cerita. Film-film
Amerika juga tidak segan-segan mengangkat isu-isu politik yang menyangkut
Negara mana pun, tidak peduli apakah Negara yang bersangkutan akan merasa
tersinggung atau menghujat balik. Selama tentara Amerika akan berhasil menang
pada akhirnya, isu apa pun tidak jadi masalah.
Di satu sisi, pengulangan eksekusi yang sama di setiap film perang buatan
Amerika akan membuat para penonton bosan. Paling tidak, para penonton selain
warga Negara Amerika sendiri akan semakin mencibir Amerika sebagai Negara
arogan dan licik. Tapi di sisi lain, justru keahlian Amerika yang satu inilah
yang sebelumnya tidak kita sadari tapi berdampak cukup besar bagi para
warganya. Pasalnya, secara tidak langsung rasa nasionalisme warga Amerika akan
meningkat setiap kali selesai menonton film dengan akhir heroic seperti ini.
Bagaimana tidak bangga jika warga negaranya dapat mengalahkan setiap penjahat
yang ada? Warga Negara mana yang tidak bangga jika di setiap film yang mereka
tonton terpampang bendera negaranya yang berkibar tak terkalahkan walaupun
bendera itu harus terinjak-injak lebih dulu?
Mungkin tidak banyak Negara lain yang menaruh perhatian lebih untuk
menyisipi misi meningkatkan rasa nasionalisme warganya melalui film yang mereka
ciptakan. Tapi, tidak bisa disangkal, bahwa cara ini cukup unik dan efektif juga, apa lagi di zaman modern ini,
di mana bioskop sudah menjadi
pilihan terfavorit bagi kawula mudanya dan para penerus bangsa lebih menyukai
berkeliaran di mall dari pada terjun ke medan perang dan membela bangsa dan
negaranya.
Tapi bagaimana pun, setiap film memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing dan sebagai penonton yang berada di dunia nyata,
sudah merupakan tugas kita untuk bisa memilih pengaruh positif mana yang harus
diambil dan pengaruh negative mana yang harus ditinggalkan.
100412 ~Black Rabbit~