Tips nulis kali ini kita membicarakan tentang satu aspek yang paling saya
suka, yaitu: penokohan.
Membentuk tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memang benar-benar menyenangkan
bagi saya, terutama membentuk tokoh utama. Soalnya, kita bisa menggunakan tokoh
mana pun dan bagaimanapun yang kita suka! Lagi pula, tokoh utama adalah pusat dari
cerita yang kita susun. Dialah yang pertama kali dilihat dan pastinya yang
paling diingat para pembaca. Sebagian besar tokoh utama bahkan bisa lebih
terkenal dari pada judul buku itu sendiri. Saya pernah mengatakan kalau tokoh
utama dalam cerita itu sama seperti seorang vokalis band, jadi sangat penting
untuk membentuk karakternya dengan sempurna.
Tapi bagaimana cara membentuk tokoh utama dengan baik sehingga bisa begitu
melekat bagi para pembaca?
Kalian tentu pernah membaca komik Jepang, kan? Dan pernahkah kalian melihat
di salah satu pojok halamannya terdapat profil para tokoh komik tersebut? Biasanya,
isi profil itu bukan hanya berisi gambar tokoh, nama, umur dan jenis kelamin
tapi juga dilengkapi golongan darah bahkan sifat dan favorit mereka. Benar-benar
seperti biodata yang sering ditulis anak SD, ya. Kedengarannya memang kocak dan
sepele, tapi tahukah kalian kalau sebenarnya itu adalah salah satu cara yang
sangat efektif untuk membentuk karakter dengan sempurna? Benar, saya serius,
loh!
Dengan mengetahui detail tokoh yang kita gunakan, kita bisa lebih memahami
karakternya seolah tokoh itu benar-benar nyata. Tokoh yang kuat dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada kita tentang bagaimana dia akan bertindak
saat kita memberikan sebuah konflik. Cara ini dapat ‘menghidupkan’ cerita yang
kita bangun.
Cara itu tidak hanya bisa kita gunakan pada tokoh utama saja, tapi juga
bisa digunakan pada pemeran pembantu, tokoh antagonis atau tokoh mana saja. Intinya,
dengan meng-eksplore setiap tokoh maka kita akan dapat menciptakan suasana yang
pas dan memberikan konflik yang mendalam. Oh iya, cara meng-eksplore karakter
dengan detail seperti ini juga dapat membantu kita dalam menyusun dialog yang
tepat, karena dialog dan karakter sangat berhubungan erat dan harus saling
mendukung.
Tapi, walaupun kita bebas menciptakan tokoh bagaimana pun yang kita mau,
bukan berarti kita melupakan segi manusiawi tiap tokohnya, loh. Bagaimana pun
juga, bahkan seorang super hero sekali pun mempunyai kelemahan. Jika kita
menciptakan tokoh yang terlalu baik sehingga tidak mungkin melakukan kesalahan
atau malah terlalu jahat sehingga tidak mungkin dikalahkan, bukankah konflik
yang kita hadirkan akan sulit diselesaikan dan membuat pembaca bosan? Kita harus
bisa membuat para pembaca terhanyut pada kisah yang kita tuliskan dan tidak
rela meninggalkan tokoh utama kita sebelum sampai pada halaman terakhir.
Selain itu, nama setiap tokoh yang kita gunakan juga sangat menentukan, dan
lagi-lagi adalah sebuah kesenangan tersendiri mencari nama yang tepat untuk
setiap karakter, sama seperti mencari nama untuk calon bayi di dalam kandungan.
Setiap nama memiliki arti tersendiri dan sering kali mempengaruhi karakter dari
tokoh yang menggunakannya.
J.K Rowling yang terkenal dengan serial Harry Potter-nya, bahkan melakukan
riset untuk menamai setiap tokoh dalam ceritanya dan setiap nama memiliki arti
yang sesuai dengan karakter masing-masing. Cara ini DAN kehati-hatian ini
terbukti sangat berpengaruh. Para tokoh yang diciptakan Rowling mampu memainkan
peran mereka masing-masing dengan sangat baik, penuh karakteristik dan bahkan
memiliki penggemarnya masing-masing.
Benar, memang sebegitu besarnya sebuah nama dalam mempengaruhi cerita yang
kita sajikan. Karenanya, pilihlah nama yang sesuai untuk setiap tokoh kita. Tidak
perlu menggunakan nama yang terlalu unik sehingga susah dibaca, tapi gunakan
nama yang gampang diingat dan mudah diucapkan lalu bentuklah karakteristik yang
kuat dan sulit dilupakan, itu kuncinya.
Wah, menceritakan tema penokohan memang tidak ada habisnya! Tapi cukup
sampai di sini saja yah. Lain kali kita bahas lagi lebih mendalam.
Tetap semangat dan selamat menulis… (^_^)
050512 ~Black Rabbit~