… Episode sebelumnya …
Jenny sudah lama berbohong kepada Lars kalau dia sudah punya pacar, padahal tidak ada satu laki-laki pun yang bisa merebut hatinya kecuali Lars. Tapi kebohongan sudah terlanjur dibuat, mau tidak mau Jenny harus menemukan jalan untuk bisa menghentikan kebohongan itu…
Irama musik yang berdentam keras langsung menerpa Lars saat dia baru saja melangkah masuk ke klub. Sebenarnya acara berkunjung ke klub ini di luar rencana, hanya saja hari ini Lars sudah melewati rutinitas kerja yang sangat melelahkan. Sebagai manager, Lars sibuk sekali memperkenalkan pegawai baru dikantornya kepada pegawai lamanya, belum lagi rapat yang harus dihadirinya, juga arsip-arsip yang harus ditanda tanganinya menyita begitu banyak konsentrasi, energi dan pikiran yang membuatnya lelah. Karena itu setelah akhirnya menuntaskan tugasnya, Lars memutuskan untuk sedikit bersantai dan pergi ke klub. Well... Jika syarafmu sudah begitu tegang maka kau harus menenangkannya, dengan melihat wanita-wanita cantik yang bergoyang mengikuti irama adalah salah satu caranya.
Jadi Lars sudah duduk di salah satu bangku dan mulai meneguk bir rendah alkohol pertamanya sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. Para clubers terlihat begitu bersemangat bergoyang mengikuti irama yang diracik seorang DJ di pojok ruangan, malah terkesan terlalu bersemangat. Tapi Lars tidak perduli dengan semua clubers itu. Yang sedang menarik perhatiannya adalah seorang wanita yang menari sangat lincah bertubuh tinggi, berambut hitam panjang mengenakan rok mini berwarna hitam dan tank top ketat yang membuatnya terlihat sangat seksi. Lincah, cantik dan seksi, perpaduan yang pas.
Lars sudah meneguk bir kelimanya, kali ini dengan kadar alkohol yang lebih tinggi namun tidak pernah lepas menatap wanita itu. Tampaknya wanita itu menyadari tatapan Lars sehingga dia menatap balik kepada Lars dan tersenyum seolah menyapa " Hai. ". Lars menanggapinya dengan menaikkan gelas birnya tanda menghormati senyum wanita itu lalu meneguk habis birnya. Acara perkenalan berjalan lancar karena sekarang wanita itu berjalan menghampiri Lars dan mau tidak mau Lars tersenyum bangga karena keberhasilannya kali ini. Wanita itu langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
" Hai, mau kenalan? Gua Cherry. Lo? "
" Lars. "
Ditambah sedikit berbasa basi, sedikit pendekatan biasa dan hasilnya Lars dan wanita bernama Cherry itu sudah bisa mengobrol layaknya kawan lama yang baru saja bertemu lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Dan tak lama kemudian Lars sudah terhuyung-huyung melangkah mengikuti Cherry ke lantai dansa. Dan masih dengan terhuyung-huyung pula, Lars mulai berdansa mengikuti irama bersama Cherry dan para clubers lainnya.
Ternyata berdansa di bawah pengaruh alkohol bukan paduan yang tepat, soalnya alkohol membuat Lars tidak menyadari gerakan tubuhnya sendiri. Yang dia tahu adalah bagaimana irama yang dibawakan DJ di pojok ruangan begitu membuatnya ingin menggoyangkan tubuhnya, dan Cheery yang berada di depannya terlihat sangat indah sehingga semua clubers lain terlihat seperti patung yang bisa bergoyang. Pokoknya Lars dan Cherry benar-benar bergembira. Tapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Secara tidak sengaja Cherry menyenggol seorang laki-laki yang duduk dipinggir lantai dansa bersama wanita pasangannya yang berpakaian berwarna putih. Saat itu laki-laki itu sedang memegang segelas anggur merah dan ketika Cherry tidak sengaja menyenggolnya, anggur itu tumpah mengenai pakaian pasangannya. Cherry dan Lars yang masih berada dibawah pengaruh minuman keras malah tertawa cekikikan melihat kelalaiannya Cherry itu, dia meminta maaf dengan cekikikan juga lalu berdansa lagi. Tapi laki-laki itu tidak bisa menerima ketidaksengajaan itu begitu saja. Dengan geram laki-laki itu menarik tangan Cherry dan membentaknya dengan marah. Cherry meminta maaf lagi dengan cengiran bodoh di bibirnya, tapi lagi-lagi laki-laki itu tidak bisa menerimanya begitu saja. Laki-laki itu membentak Cherry lagi dan mulai mengatakan kata-kata kasar. Lars sebagai pasangan Cherry malam itu tentu saja tidak terima wanitanya diperlakukan seperti itu, jadi dia mencoba melerai laki-laki itu walaupun seringaian bodoh belum bisa lepas dari bibirnya. Tapi ternyata perbuatan Lars itu malah membuat segalanya lebih parah karena ternyata laki-laki itu memiliki begitu banyak anak buah yang tersebar di seluruh klub ini yang bersedia dengan suka rela memberi pelajaran yang berharga untuk Lars. Jadi, perkelahian yang tidak seimbang pun dimulai. Lars yang masih berada dalam pengaruh minuman keras dikeroyok oleh beberapa orang tanpa kenal ampun. Tidak peduli Lars mabuk atau tidak, tidak peduli Lars tidak bisa membalas pukulan mereka, yang jelas mereka terus memukul Lars sampai babak belur. Cherry pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menjerit dan berkata 'Berhenti!' berulang-ulang. Untung saja petugas keamanan klub datang dan melerai pertengkaran itu. Walaupun mereka tidak mengusir orang-orang yang mengeroyok Lars tapi malah mengusir Lars dan Cherry keluar karena dianggap mengganggu, paling tidak perkelahian itu akhirnya berhenti dan Lars tidak mendapat pukulan lagi.
Cherry duduk disamping Lars sambil menangis melihat keadaan Lars. Kacau sekali. Tampang Lars yang ganteng itu menjadi sangat jelek dengan luka yang dideritanya. Kepalanya berdarah, tangannya lecet, bibirnya pun berdarah dan dia hampir pingsan. Untunglah ponsel Lars tidak hancur terkena pukulan tadi, jadi setelah Lars secara tidak sengaja mengeluarkan ponselnya, Cherry meraih ponsel itu dan mengecek buku teleponnya. Hanya satu nama yang ada di buku telepon, Cherry langsung menghubunginya. Teleponnya diangkat setelah deringan ketiga, dan suara seorang wanita yang menahan kantuk terdengar sebagai jawaban.
" Halo... ? "
" Ini Jenny, ya? "
Jenny langsung terbangun mendengar suara seorang wanita yang menyahut di ujung teleponnya, soalnya dia yakin benar kalau telepon itu dari Lars karena mendengar ring tonenya yang khas itu. Tapi kok suara wanita yang menyahut?
" Iya, ini siapa? " Tanya Jenny ingin tahu.
" Sorry ganggu, gua Cherry. "
" Iya... "
" Lo kenal Lars kan? "
" Lars kenapa? " Tanya Jenny. Sekarang dia sudah sepenuhnya bangun.
" Dia habis dipukulin. "
" Dipukulin?! "
" Iya. Ceritanya panjang. Lo bisa dateng ke sini? Gua nggak bisa nganterin Lars pulang, gua nggak tau rumahnya dimana. "
Langsung saja Jenny bangun dari tidurnya, meraih jaketnya yang tergantung, mengambil tas dan kunci mobilnya lalu bersiap-siap pergi sambil terus mendengar wanita yang bernama Cherry itu memberitahu di klub mana dia dan Lars sekarang berada.
" Ok, gua kesana sekarang juga, lo tunggu di situ ya. " Jenny memacu kemudinya melesat ke klub itu tanpa yakin apa yang ada dipikirannya sendiri. Panik, khawatir, marah, semuanya bercampur di dalam hatinya.
Sampai di klub yang dituju, Jenny hanya bisa terdiam melihat Lars yang terduduk dengan wajah penuh luka. Melihat Jenny didepannya Lars sempat melirik, mencoba tersenyum dan memanggil nama Jenny, tapi yang terdengar hanya rintihan. Duduk berjongkok disamping Lars terdapat seorang wanita bertampang khawatir menggenggam sekantong es batu untuk mengompres mata Lars yang bengkak. Wanita itu pastilah yang namanya Cherry. Dia berdiri menghampiri Jenny dan berkata: " Lo Jenny ya? Gua Cherry. Itu Lars, dia-- " Belum sempat Cherry menjelaskan, Jenny yang memang tidak mendengarkan apa yang dikatakan Cherry sedari tadi hanya melangkah ke arah Lars dan mulai memapahnya naik. Cherry segera membantu Jenny memapah Lars, tapi Lars sendiri malah merangkul leher Jenny dan sambil mabuk masih berusaha tersenyum dan mengobrol dengan Jenny, tidak memperdulikan keberadaan Cherry sama sekali. Jenny memapah Lars ke kursi penumpang di mobilnya, mengacuhkan mobil mewah Lars di tempat parkir. Lalu setelah berada di balik setir mobilnya, tidak perduli Lars yang tidak dililit sabuk pengaman, tidak perduli Cherry yang masih berdiri di samping mobil Jenny dengan tampang sangat menyesal, tidak peduli kalau sekarang sudah hampir pagi, dia melaju ke rumah Lars dengan mata yang perih menahan air mata.
Sampai dilantai bawah apartemen Lars, Jenny dibantu beberapa satpam apartemen memapah Lars ke lantai sepuluh tempat apartemen Lars berada. Dan setelah menidurkan Lars di tempat tidurnya, para satpam kembali ke tempat semula. Lars sendiri sudah tertidur karena mabuk dan kesakitan sementara Jenny melepas kemeja, sepatu dan perlahan mengobati luka-luka Lars lalu membuat semangkuk bubur. Semua itu dilakukan Jenny dengan deraian air mata yang tidak dapat dibendung lagi, tidak memerdulikan piyamanya yang kotor. Dia begitu sedih melihat Lars yang babak belur seperti itu hanya untuk seorang wanita yang dikenalnya kurang dari dua puluh empat jam. Dan mungkin yang lebih menyakitkannya lagi kalau ternyata wanita yang dibela Lars sampai seperti ini ternyata hanya mempermainkannya, tidak benar-benar mencintainya sepenuh hati, seperti Jenny. Jenny terdiam. Kalau saja Lars tahu isi hatinya dan membalas cintanya, mungkin_mungkin saja, kita tidak pernah tahu_kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi. Tentu saja, Jenny tidak akan pernah membiarkan Lars berkelahi dengan siapa pun dan untuk siapa pun, walaupun untuk dirinya sendiri.
Jenny masih menangis saat mengecup pipi Lars dan pulang.