Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 1 -
- Part 1 -
" My love ... there's only you in my life... "
Bulan Februari baru saja dijelang, tapi lagu-lagu bertema cinta sudah berkumandang dimana-mana dan dekorasi bertema senada terlihat di sepanjang jalan; termasuk di supermarket yang sedang Jenny datangi. Para pelayannya mengenakan celemek bergambar hati dan terdapat berbagai macam coklat yang ditawarkan dengan harga bersaing dan bentuk yang lucu-lucu. Ini semua untuk menyambut perayaan Valentine yang sudah di depan mata. Semua orang mulai sibuk mencari kado apa yang tepat untuk diberikan kepada kekasihnya; coklat saja atau ditambah sebuah boneka teddy bear, coklat dengan bunga, atau sesuatu yang lebih manis dari itu. Bahkan bukan hanya kepada kekasih saja, semua orang akan sibuk mencari kado apa yang tepat untuk diberikan kepada orang tua, kakak atau adik mereka, bahkan keponakan sekalipun.
Tapi Jenny tidak segembira dan seantusias itu menyambut perayaan Valentine kali ini seperti orang lain. Saat ini dia sedang berada di supermarket, berbelanja sambil meratapi nasibnya yang baru saja kehilangan pekerjaan. Tepatnya dua minggu yang lalu, Jenny baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai seorang resepsionis di salah satu hotel yang cukup terkenal. Setelah tiga bulan masa percobaan, dan saat Jenny merasa kalau dia sudah mulai bisa betah dipekerjaan ini, managernya malah memecatnya dengan alasan bahwa kinerjanya tidak sesuai dengan yang diharapkan sang manager. Padahal Jenny yakin betul kalau sebenarnya Pak manager lebih memilih Susi yang seksi dan genit itu dari pada dia yang sebenarnya lebih giat bekerja. Yah, Jenny hanya bisa menghela napas saja dan berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik lagi dari pada menjadi resepsionis yang dikalahkan oleh seorang perempuan genit dan seksi yang tanpa otak.
Yang membuat usaha Jenny untuk bisa melewatkan bulan ini dengan lebih optimis menjadi kandas adalah kenyataan kalau ini adalah bulan Februari, bulan penuh cinta, bulan yang diperuntukkan khusus untuk orang-orang yang mempunyai pasangan. Dan bagi orang-orang yang tidak mempunyai pasangan_seperti Jenny_maka bersiaplah untuk gigit jari dan merasa lebih nelangsa dari pada sebelumnya. Sudah setengah tahun Jenny tidak didampingi pasangan. Awalnya dia enjoy-enjoy saya, soalnya pikirannya sedikit teralihkan saat dia sedang serius-seriusnya mengurusi pekerjaan barunya. Tapi saat sekarang dia sudah tidak mempunyai pekerjaan lagi, tidak mempunyai pacar adalah kesengsaraan tambahan yang membuatnya makin merasa terpuruk. Jadi sudah bisa dipastikan kalau tahun ini hari Valentine akan dilewatinya tanpa pacar, ditambah tanpa pekerjaan yang berarti tanpa uang. Sempurna.
Kembali kepada Jenny yang sedang berada di sebuah supermarket, sendirian dan sedang menghela napas panjang sekali sambil mencoba untuk tidak mengingat bahwa jumlah rekening bank nya semakin menipis. Dia memang hidup sendirian, jadi semua biaya hidup juga ditanggungnya sendiri. Tadinya , keputusan untuk hidup sendirian ini memang diputuskannya saat dia mendapatkan pekerjaan, dengan perhitungan setiap bulan gaji yang diterimanya akan cukup untuk menghidupi_paling tidak_dirinya sendiri. Tapi saat pekerjaan sudah tidak dipunyai lagi, maka tidak akan ada yang bisa memberinya uang untuk menghidupi dirinya sendiri, sehingga tabungan yang selama ini sudah mati-matian dipertahankan agar tidak dipakai harus dibobol juga. Pernah terpikirkan oleh Jenny untuk meminta bantuan kedua orang tuanya yang sudah tinggal terpisah itu, tapi harga dirinya lebih tinggi dari pada niat itu.
Jenny masih saja melamun sambil mendorong troli belanjaannya dari satu gang ke gang lainnya. Pikirannya melayang kembali ke buku tabungannya yang semakin menipis. Dan tiba-tiba seseorang menabrak punggungnya, membuat Jenny terjungkal dan hampir saja masuk ke dalam trolinya sendiri. Secepat kilat dia mengembalikan keseimbangan tubuhnya dan langsung berbalik untuk melihat siapa gerangan sang penabrak yang akan menerima omelan panjangnya. Tapi saat melihat sang penabrak itu, dia malah diam. Yang menabraknya adalah seorang laki-laki, tampan_jujur saja, berumur sekitar 25 tahun_lebih tua darinya, bertubuh jangkung dan berkulit putih, rambutnya sedikit gondrong dan matanya tajam seperti elang. Intinya, laki-laki ini ganteng bukan main, dan Jenny... bisa dikatakan: jatuh cinta pada pandangan pertama.
" Sorry-sorry... " Kata laki-laki itu duluan sambil memasang tampang menyesal yang tetap saja membuat semua wanita mau mengampuninya walaupun dia membuat kesalahan yang lebih besar dari pada sekedar menabrak Jenny.
" Nggak pa-pa kok. " Gila, ini cowok ganteng banget! Jawab Jenny sambil berteriak dalam hati dan berharap bisa melihat wajah laki-laki ini lebih lama. Tapi Jenny tidak bisa menatap wajah laki-laki ini lebih lama, karena setelah meyakinkan kalau Jenny tidak apa-apa dan tidak marah, laki-laki itu beranjak pergi sambil berkata lagi: " Sekali lagi, sorry ya! "
Jenny mengangguk dan berbalik melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti tadi sambil sedikit menyayangkan tidak ada nasib bagus yang bisa membuatnya berkenalan dengan laki-laki itu.
Tapi tenyata pertemuan dengan laki-laki itu tidak hanya sampai disitu saja. Beberapa hari berikutnya saat Jenny pergi ke supermarket yang sama, lagi-lagi tanpa sengaja dia bertemu lagi dengan laki-laki ganteng itu. Kali ini memang tidak ada moment bertabrakan lagi, tapi mereka hanya saling bertatapan dan saling tersenyum karena sama-sama saling ingat kalau mereka pernah bertemu. Kejadian ini sempat berulang beberapa kali dan mereka tetap hanya bertukar senyum. Sampai suatu saat, di supermarket yang sama saat Jenny hendak mengambil sebotol juice yang hanya tinggal satu-satunya di atas rak, dia bertemu tangan dengan orang yang ternyata ingin mengambil botol juice yang sama, dan saat melihat wajah orang itu, Jenny melihat wajah ganteng yang sama sedang melihat dengan sama terkejutnya kearah Jenny. Jenny buru-buru menarik tangannya, begitu juga dengan laki-laki itu dan mereka berdua berkata refleks bersamaan: " Sorry ". Terkejut mendengar seruan yang sama, mereka saling menatap lagi dan sama-sama tersenyum.
" Lo aja yang ambil, gua nggak terlalu butuh, kok. " Kata laki-laki itu setelah tersenyum.
" Nggak, lo aja. Gua juga nggak terlalu butuh. " Jawab Jenny, merasa tidak enak.
" Nggak lo aja, beneran, gua bener-bener nggak butuh. " Kata laki-laki itu lagi. Kali ini dia memberikan botol juice itu ke tangan Jenny dan tersenyum lagi. Jenny tidak bisa berkata apa-apa lagi sehingga dia hanya bisa kembali tersenyum dan berkata: " Thank's. "
" Kayaknya kita selalu nggak sengaja ketemu, ya. Kenalin, gua Lars. " Laki-laki yang mengaku bernama Lars itu mengulurkan tangannya pada saat Jenny tidak menyangka kalau dia mengajak berkenalan terlebih dahulu, jadi saat mendengar laki-laki itu berkata seperti tadi otak Jenny sempat berhenti berpikir sejenak karena terlalu kaget. Dia buru-buru memasukkan botol juicenya ke dalam troli dan menyambut uluran tangan laki-laki itu. " Jenny. " Katanya sambil tersenyum.
Obrolan berkembang secepat yang tidak bisa Jenny bayangkan. Mereka terus mengobrol, menanyakan pekerjaan masing-masing, menanyakan keluarga masing-masing, bahkan saling menanyakan pendapat minyak goreng mana yang lebih bagus, atau kaldu mana yang lebih asli. Sampai akhirnya mereka tidak canggung lagi untuk menanyakan nomor telepon masing-masing. Tidak bisa dibayangkan bagaimana senangnya Jenny bisa berkenalan dengan seorang laki-laki ganteng yang bisa mengobrol panjang lebar dengannya tanpa dia sendiri merasa risih. Ini kejadian langka, dan Jenny terheran-heran bagaimana hal ini bisa terjadi dengan mudahnya. Mereka berpisah setelah masing-masing sampai di depan kasir dan siap membayar belanjaan mereka. Lars sempat berjanji untuk menelepon Jenny sebelum mereka berpisah, dan Jenny langsung tidak sabar menunggu waktu itu walaupun Lars belum hilang dari pandangannya.
Tapi ternyata tidak.
Waktu itu tidak datang secepat yang Jenny harapkan. Satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu; Lars belum juga meneleponnya. Jenny sudah sangat putus asa. Dia terpaksa harus menelan kenyataan bulat-bulat bahwa ternyata Lars tidak akan pernah meneleponnya. Mungkin Lars tidak benar-benar tertarik dengannya, mungkin Lars merasa tidak perlu menelepon Jenny karena ternyata pertemuan mereka hanya pertemuan biasa, tidak ada pertemuan istimewa yang harus ditindak lanjuti dengan acara telepon-menelepon.
Waktu tetap bergulir baik Jenny mau atau tidak mau, dan tidak terasa hari Valentine tiba juga. Dia baru saja pulang dari bank setelah mengecek tabungannya yang sekarang sudah benar-benar berkurang. Pintu depan dibuka, dan langkah kaki pertamanya baru saja selesai saat tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Lars yang tertera di layar ponselnya dan Jenny hampir saja berteriak sangkin senangnya. Akhirnya si ganteng itu telepon juga! Jeritnya dalam hati. Buru-buru dijawabnya telepon itu dan terdengar suara Lars yang bahkan lebih merdu dari pada yang Jenny bayangkan. Mereka mengobrol sama serunya seperti saat mereka pertama kali mengobrol waktu itu. Dan percakapan itu berakhir dengan sesuatu yang sangat tidak terbayangkan sebelumnya. Lars menawarinya pekerjaan. Iya! Jenny saja awalnya mengira kalau Lars tidak serius dengan perkataannya, tapi ternyata dia benar-benar serius. 150% serius, begitu kata Lars. Dan tentu saja Jenny menerimanya. Maksudnya, tidak mungkin dia akan menolak kesempatan yang sangat bagus seperti itu. Uang tabungannya yang nyaris habis itu akan terisi lagi, dia bisa bersama dengan Lars yang ganteng itu dan tentu saja dia tidak akan menjadi seorang pengangguran lagi. Tiga hal dapat diselesaikan dalam satu keputusan hanya oleh seorang Lars, dia benar-benar hebat. Bahkan masalah percintaan Jenny pun dapat diselesaikan saat itu juga, karena setelah resminya Jenny bekerja bersama Lars, maka dengan itu resmi jugalah perasaan Jenny: dia akan mengejar bos nya dan bercita-cita untuk bisa berpacaran dengan Lars. Siapa tahu dia malah bisa menjadi istri Lars, mereka akan sangat cocok sekali. Ny. Lars, sebutan yang bagus kan?
Jadi, mulai saat itu Jenny melewati hari-harinya dengan hal baru yang membuatnya sangat bersemangat, penuh warna, cinta, perjuangan dan air mata, sehingga dua tahun lewat bagaikan dua hari saja...
…Bersambung…