Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 2 -
- Part 2 -
… Episode sebelumnya …
Jenny yang pengangguran secara tidak sengaja berkenalan dengan Lars yang akhirnya memberinya pekerjaan dan membuat Jenny jatuh hati. Tapi setelah lebih dari dua tahun Jenny masih belum berani menyatakan perasaan kepada bosnya itu …
Sabtu malam itu, Lars terbangun dari tidur ayamnya dengan mata yang masih menahan kantuk, badannya lengket dengan keringat dan hanya ditutupi selimut. Lars meraih ponsel yang tergeletak diantara celana dan kemejanya yang berserakan di lantai. Diaktifkannya ponsel itu, lalu diliriknya jam di sudut monitor. 01.51 dini hari. Lars duduk di ujung tempat tidur dan melempar kembali ponselnya ke tempat semula.
Malam ini adalah malam ketiga yang dihabiskannya bersama seorang wanita. Untuk seorang laki-laki yang sudah cukup umur, mapan, dewasa, tampan dan kaya, ini adalah rekor yang payah. Apalagi mengingat kalau Lars adalah seorang pria yang sangat memuja sosok wanita dan yang selalu bisa mendapatkan wanita mana pun yang diinginkannya. Tapi dia bukan tipe laki-laki yang bisa menyebarkan 'kejantanannya' ke mana-mana_itu yang sering dikatakan Lars jika sedang membela diri. Dia bertekad tidak akan mudah jatuh cinta kepada sembarang wanita. Hanya wanita yang benar-benar sudah meyakinkannya bahwa dia berbeda dengan wanita-wanita lain yang dikenalnya selama ini yang bisa memenangkan hatinya.
Sejauh ini, wanita yang satu ini sudah berhasil meyakinkannya. Sekarang wanita itu sedang berada di dalam bath tube kamar mandi hotel, mendengarkan lagu-lagu bernada cepat melalui ear phone dan menggerak-gerakkan kaki coklat mulusnya mengikuti irama. Dari bibirnya berucap gumaman pelan yang berusaha mengikuti lagu yang didengarnya. Lars masuk menghampiri wanita itu dan lengannya yang besar merangkul wanita itu dari belakang. Wanita itu sedikit terkejut, lalu berbalik dan melepas ear phone dari telinganya dan berkata:
" Lars? Gua kira siapa? "
" Who… ? "
Lars merangkulnya lebih erat tapi kemudian wanita itu merenggangkan tubuhnya menjauhi Lars dan bertanya: " Lars, mobil lo nggak masuk area parkir, kan? Nggak pa-pa tuh? Mercy kan mobil mewah? "
" Hm… " Jawab Lars sekenanya, dia lebih berkonsentraasi untuk mencium wanita itu dari pada mencerna pendapatnya.
" Lars, gua serius! Kalo di curi orang gimana? "
" Nggak masalah. Ambil aja, gua nggak peduli. "
" Lars… " Wanita itu masih bersikeras dengan pendapatnya, membuat Lars memandangnya dengan kesal, lalu beranjak dan menjawab dengan ketus: " Udah gua bilang, gua nggak peduli. " Lalu dia pergi meninggalkan wanita itu sendirian di kamar mandi.
Wanita itu keluar dari dalam bath tube dan setelah melilit tubuhnya hanya dengan sehelai handuk, dia keluar dari kamar mandi dan bertanya lagi sambil sedikit berteriak.
" Gua serius, Lars! Mobil lo gimana? Mendingan lo masukin ke area parkir dulu…"
Lars membalikkan badan dengan sangat cepat, membuat wanita itu berhenti mendadak dan langsung terdiam. " Denger nggak apa yang gua bilang tadi? " Tanya Lars dengan sedikit mengancam. " Gua mau pulang, lo nggak usah ngehubungin gua lagi. Gua tinggalin duit di atas meja, lo bisa pulang kapan aja. "
" Heh! Lo kira gua pelacur apa!? " Wanita itu mulai naik pitam, tapi Lars tetap tidak perduli. Dia mengenakan pakaiannya dalam diam seolah tidak melihat ada seorang wanita berdiri di depannya dengan hanya menggunakan handuk sedang mengomelinya.
" Lo kenapa sih? Gua kan cuma khawatir sama mobil mewah lo itu. Lo marah? " Kata wanita itu lagi setelah tidak mendengar tanggapan apa-apa.
Tapi Lars diam saja. Dia mengambil ponselnya lalu keluar dari dalam kamar hotel itu tanpa mengatakan selamat tinggal atau apa. Wanita itu buru-buru menyusul Lars keluar kamar, tapi saat tersadar kalau dia tidak mengenakan apa-apa selain sehelai handuk, dia berhenti dan dengan geram berteriak: " Lars, you such a jurk! " dan membanting pintu kamarnya.
Ini yang dimaksudnya Lars dengan tipe wanita yang bisa membuktikan bahwa dirinya berbeda dengan wanita lain, yaitu wanita yang dapat membuktikan kalau dia tidak sama dengan wanita lain yang dikenalnya. Lars menginginkan wanita yang benar-benar peduli dengannya, yang tertarik dengan sosok seorang Lars; bukan wanita yang hanya melihatnya sebagai seorang eksekutif muda yang sukses, kaya dan memiliki mobil mewah; seperti semua wanita yang dikenalnya selama ini. Jelas wanita yang satu ini adalah tipe wanita yang seharusnya dihindari oleh Lars. Lagi-lagi ternyata dia salah menilai. Ini sudah ketiga kalinya Lars 'tidur' dengan wanita yang salah. Jatuh ke lubang yang sama untuk ketiga kalinya, benar-benar sial.
Lars sampai di lantai dasar hotel berbintang lima itu dan berjalan menuju mobilnya yang diparkir di pinggir jalan. Setelah masuk, dia menstarter mobilnya lalu meraih ponsel yang terdapat disaku kemeja sementara mobil mulai melaju ke jalan raya yang sepi. Lars menghubungi satu nomor, dan tak lama terdengar jawaban dari seorang wanita yang bersuara berat menahan kantuk.
" Ha...lo... "
" Jen! Ternyata dia sama aja kayak cewek-cewek lain! Sialan, sperma gua kebuang sia-sia! "
" Lars, please... Sekarang udah malem banget! Lo jangan minum lagi, jangan kemana-mana lagi ya... Mendingan lo pulang, entar pagi gua pasti ngedenger cerita lengkap lo. Ok?! "
" Ya udah... " Telepon ditutup dan Lars memutar mobilnya ke arah yang diyakininya akan membawanya pulang kerumah.
# # #
Akhirnya sisa malam itu dihabiskan Jenny dengan deraian air mata. Dia baru saja mendapat telepon dari bos yang sudah ditaksirnya selama bertahun-tahun, yang mengatakan bahwa dia baru saja tidur dengan seorang wanita lalu menyesalinya. Bayangkan betapa menyakitkannya hal itu! Sebenarnya ini bukan kali pertama Jenny menangisi tingkah Lars, kalau mau jujur, semenjak dia memutuskan jatuh cinta dengan Lars, air matanya sering sekali mengalir. Soalnya dia baru menyadari kenyataan yang sangat membuatnya kaget dan shock setelah benar-benar bekerja dengan Lars dan mengetahui dengan benar siapa Lars yang sebenarnya. Lars itu laki-laki playboy. Lebih tepatnya: pemuja wanita. Dia senang dengan tipe wanita seperti apa pun, dengan gaya bagaimana pun, dan dia bisa mendapatkan wanita seperti apa pun juga, kalau dia mau. Itu bisa sangat dipastikan. Jenny merasa sangat kaget saat mengetahui hal itu untuk pertama kalinya. Pasalnya, Jenny paling anti dengan tipe laki-laki yang seperti itu. Laki-laki seperti itu akan sangat mudah mematahkan hati seorang wanita, menduakan wanita, atau bahkan mempermainkan wanita sama halnya dengan bermain golf. Pokoknya, tipe laki-laki playboy adalah laki-laki yang tidak patut di dekati, apa lagi menjadi sasaran dijatuhi cinta.
Tapi ternyata Lars adalah tipe laki-laki seperti itu, Jenny nyaris pingsan saat mengetahuinya untuk pertama kali. Jenny terlanjur mencintai Lars. Dia juga tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, dia sendiri tidak sadar, yang jelas rasa cinta pada pandangan pertama-nya telah berubah menjadi rasa cinta dengan langkah yang mantap. Sehingga tanpa bisa dipercaya, anggapan Jenny kalau playboy itu patut di dorong ke jurang berubah menjadi suatu kewajaran. Jenny tidak keberatan kalau Lars yang playboy, bukan laki-laki lain; Jenny tidak keberatan kalau Lars yang mempermainkan wanita, termasuk mempermainkan dirinya; Jenny tidak keberatan kalau dia diduakan oleh Lars, bukan laki-laki lain. Pokoknya, rasa cinta Jenny tidak pernah hilang, sama halnya dengan kenyataan kalau Lars adalah seorang playboy yang tidak bisa dipungkiri.
Mau tahu kenyataan yang lebih menyakitkan lagi? Bersiap-siap saja ini akan sangat menyedihkan.
Ini menyangkut perasaan terpendam. Benar. Setelah sekian lama merasa sangat mengagumi bos nya yang playboy itu dan memaklumi ke-playboy-annya, tidak pernah sekali pun Jenny berani mengatakan perasaannya kepada Lars. Padahal perasaan itu sudah dipendamnya selama dua tahun lebih! Jenny tidak berani bertindak sejauh itu. Jujur saja, walaupun Jenny sudah begitu memaklumi sifat Lars yang playboy itu, dia tetap tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau dia mengatakan perasaannya dan semuanya jadi berantakan. Maksudnya, bagaimana kalau Lars tidak membalas cintanya dan menolaknya? Hubungannya dengan Lars sebagai bos dan karyawan akan berubah menjadi sangat tidak enak. Dan bagaimana kalau Lars ternyata menerimanya tapi di tengah jalan Lars yang playboy itu ketahuan menduakan cinta Jenny? Lebih parah lagi. Bukan saja hubungan profesi yang akan hancur, tapi juga hubungan pertemanan mereka yang dikorbankan. Karena setelah berjalannya waktu, Jenny dan Lars bukan hanya bos dan karyawan, mereka lebih bisa dibilang seperti bos dan asistennya, asisten pribadi bisa di bilang begitu. Lars tidak pernah menganggap Jenny sebagai seorang pegawai yang dibayarnya setiap bulan_padahal memang begitu. Dia lebih menganggap Jenny seperti temannya sendiri, sehingga hubungan mereka yang sedekat itu tidak berani dipertaruhkan Jenny untuk dihancurkan dengan kata-kata cinta.
Lagipula, ada satu hal lagi yang membuatnya tidak berani: dia bukanlah tipe wanita yang bisa dilirik Lars. Serius. Jenny ingat betul seorang wanita yang pertama kali dikenalkan Lars kepada Jenny sebagai pacarnya. Wanita itu tinggi semampai, dengan rambut berombak yang bagus sekali, dan wajah yang nyaris seperti barbie. Pokoknya, kalau dibandingkan dengan Jenny, sangat jauh berbeda. Begitu juga dengan wanita-wanita lain yang sempat dekat dengan Lars selama dua tahun ini, semuanya wanita-wanita yang pastinya punya jadwal perawatan tetap disalon paling mahal, bukan Jenny.
Jenny berjalan kearah cermin besar dipojok kamarnya dan memandangi bayangannya di cermin. Apa sih yang kurang di diri gua? Tanya Jenny di dalam hati. Kecuali matanya yang sembab dan sedikit bengkak, juga dadanya yang hanya berukuran 35 B, semuanya kelihatan baik-baik saja. Paling tidak begitu menurutnya. Rambut lurusnya tergerai hingga ke bahu dengan alami selaras dengan wajah ovalnya yang mulus. Bibirnya tipis tapi penuh, hidungnya sedikit mancung, matanya coklat dan sedikit besar, alisnya melengkung sempurna_hasil pemerataan Louise, sahabatnya. Sementara itu, tubuhnya langsing dengan berat badan ideal, sesuai dengan tingginya yang 171 cm. Kulitnya mulus berwarna putih pucat, dan betis juga pahanya kecil dan kencang berkat latihan gym bersama Lars. Sebenarnya latihan gym itu diikuti Jenny semata-mata hanya karena Lars yang memintanya. Mengingat bahwa kesempatan itu memberikan akses yang lebih sering untuk Jenny bersama dengan Lars yang dikaguminya, dia menyetujuinya saat itu juga. Dia tidak menyangka bahwa ketidak sengajaannya membawa hasil yang lumayan.
Jenny menghela napas lagi lalu kembali duduk di ujung tempat tidurnya. Gimanapun penampilan gua, kayaknya Lars tetep nggak bakal ngelirik gua, Jenny meratap di dalam hati dengan sangat merana. Dia menutupi wajah dengan kedua tangannya dan mulai menangis lagi.
Belum sempat Jenny menangis tersedu-sedu lebih lama lagi, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dan itu dari Lars. Buru-buru dibukanya pesan itu. Pesannya tertulis seperti ini:
Jen, ini Lars. Kita ketemu di gym pagi ini jam 6. Ok!
Hanya pesan sesingkat itu yang ditulis Lars, tapi percaya atau tidak, hanya dengan pesan itu saja bisa membuat Jenny begitu gembira dan langsung kembali tersenyum setelah menangis tersedu-sedu tadi. Kekuatan cinta benar-benar ajaib ya!
...Bersambung...