THE HOST


Apa yang ada di pikiran kalian jika saya menyebutkan nama Stephenie Meyer? Kisah cinta segitiga antara Vampire ganteng, gadis lugu nan emosional dan seorang Warewolf yang tidak terlalu suka memakai kaos? Bisa saya bayangkan, para cewek akan langsung teringat dengan sosok ganteng dan cantik para pemain dan kisah cinta romantisnya. Dan para cowok pasti akan langsung berdecak kesal dan memutar mata mereka dengan bosan. Tapi eit, tunggu dulu! Kali ini Stephenie Meyer menuliskan kisah baru yang tidak hanya menyajikan sebuah kisah cinta biasa tapi juga menawarkan kisah mengenai makhluk luar angkasa yang unik. Novel yang kali ini ditujukan untuk para pembaca yang lebih dewasa ini berjudul The Host dan seorang sutradara bernama Andrew Niccol yang sudah lebih dulu cukup berhasil menelurkan karya seperti In Time, Gaattaca dan The Truman Show berhasil memfilmkannya.
Kisah ini terjadi dengan latar belakang bumi masa depan di mana saat itu sebagian besar bumi telah berhasil dikuasai oleh makhluk luar angkasa jenis parasit yang disebut ‘Souls’. Tapi tidak seperti alien pada umumnya, alien yang satu ini menginvansi bumi dengan mengambil tubuh para manusia dan menjadikannya inang bagi para Souls. Mereka tidak berniat menghancurkan bumi, tapi mereka ingin tinggal di bumi dan ‘memperbaiki’ bumi dengan menghilangkan semua sisi negative dalam diri manusia. Mereka berperilaku dengan sangat baik, tidak melakukan tindak kejahatan apa pun, tidak saling mencurigai, tidak saling bertengkar dan tidak melanggar hukum. Singkat kata, mereka menjadikan manusia dan bumi menjadi tempat yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Tapi tidak semua manusia berhasil ‘diambil alih’ oleh para Souls. Beberapa manusia yang berhasil menyelamatkan diri bersembunyi dan mencoba mencari berbagai cara untuk memberontak. Begitu pula dengan Melanie Stryder (Saoirse Ronan). Dia dan adik laki-lakinya, Jamie (Chandler Canterbury) berhasil selamat dari penangkapan dan secara tidak sengaja bertemu dengan Jared (Max Irons). Mereka bertiga akhirnya bekerja sama dan saling melindungi hingga pada akhirnya Melanie dan Jared pun saling jatuh cinta.
Suatu kelita seorang Seeker (Diane Kruger) dan anak buahnya mengetahui tempat persembunyian mereka. Karena ingin mengalihkan perhatian dan menyelamatkan adiknya, Melanie pun tertangkap. Dalam keadaan sekarat, sebuah Souls bernama Wanderer ‘dimasukkan’ ke dalam tubuh Melanie agar Seeker bisa mengetahui di mana tempat persembunyian para pemberontak yang lain. Tapi Melanie bukanlah seorang gadis yang lemah. Walaupun tubuhnya sudah ‘diambil alih’ tapi jiwanya yang kuat masih tetap memberontak sehingga Wanderer yang akhirnya dipanggil Wanda itu harus terbiasa mendengarkan keluh kesah Melanie di dalam kepalanya. Melanie juga ‘membagi’ semua memorinya mengenai kisah cintanya dengan Jared yang lama kelamaan membuat Wanda bersimpati.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri dan merasakan sikap Seeker yang mulai berubah, akhirnya Wanda bersedia membantu Melanie untuk mencari tempat para pemberontak yang kini dipimpin oleh pamannya, Jeb (William Hurt). Akhirnya Wanda dan Melanie berhasil menemui para pemberontak itu, namun pada awalnya hampir semua orang tidak percaya bahwa Wanda bukan mata-mata alien yang sengaja dikirimkan ke tengah-tengah mereka dan Wanda memang mengenal Melanie yang masih berada ‘di dalam kepalanya’. Tapi pada akhirnya para pemberontak mulai mau menerima keberadaannya. Bahkan Wanda mulai menyukai Ian (Jake Abel) yang baik dan simpatik. Tapi Seeker tidak tinggal diam dengan kepergian Wanda. Semakin lama dia semakin terobsesi untuk mengejar Wanda dan mencari keberadaan para pemberontak sementara kisah cinta yang membingungkan antara Melanie-Jared dan Wanda-Ian semakin bergulir.
Apa saya sudah menyinggung bahwa saya sangat suka dengan kisah yang satu ini? Maksud saya, sejak bukunya terbit dan saya membelinya dengan riang gembira, kisah ini langsung ‘nyantol’ di kepala saya. Ini bukan kisah yang terlalu ringan tapi juga bukan kisah yang rumit. Sebelumnya saya memang sangat suka dengan cara Meyer menulis yang sangat pintar mengaduk emosi para pembacanya, tapi saat saya membaca buku ini, saya langsung jatuh cinta dengan ide ceritanya yang tidak biasa. Memang tema tentang alien sudah menjadi tema umum, apa lagi sejak Superman menjadi sangat populer di seluruh dunia. Tapi di mana kalian bisa membaca kisah romance mengenai alien yang datang ke bumi bukan untuk menjajah melainkan untuk ‘memperbaiki’ bumi? Dan di mana ada kisah alilen yang sifatnya bahkan jauh lebih baik dari pada manusia itu sendiri sehingga membuat posisi manusia menjadi jauh lebih jahat dari pada sifat sang alien yang notabennya penjajah manusia bumi? Itulah yang menjadi keunikan novel yang satu ini.
Tapi menurut saya filmnya sendiri tidak sekelam novelnya. Bahkan cara sang sutradara menuangkan citra para alien yang menggunakan berbagai peralatan termasuk: motor,mobil maupun obat-obatan dengan warna chrome adalah brilian. Beberapa penonton mungkin akan cukup bingung dengan kisah ini pada awalnya karena latar belakang kisah diceritakan sedikit demi sedikit sepanjang film. Dan penonton mungkin akan sedikit mengerutkan kening mendengar perdebatan batin yang dialami Wanda dan Melanie, karena hal ini memang tidak biasa. Tapi pelan dan pasti emosi dan empati para penonton atas sosok Wanda/Melanie dibangun dengan pondasi yang kuat sehingga pada saat lelucon atau ironi kecil terjadi dalam diri sang tokoh utama, para penonton pun akan ikut bereaksi kesal atau tertawa bersama-sama.
Alurnya memang sedikit membingungkan dan para penonton dibiarkan merangkai sendiri tentang berbagai penggalan ingatan Melanie. Tapi karakter para tokohnya dibangun cukup kuat dan para penggemar novelnya pasti akan gembira karena sang sutradara tetap berpegang teguh dengan jalan cerita di novel. Memang ada beberapa adegan percintaan yang terlalu didramatisir dan pastinya akan membuat para cowok mencibir, apalagi film ini memang sangat minim adegan action. Tapi secara garis besar kisahnya yang unik juga mampu membuat para penonton tetap penasaran hingga akhir cerita. Lagi pula, jika dibandingkan dengan Twilight Saga, kisah yang ditampilkan dalam The Host memang jauh lebih menarik.
Sampai sekarang masih menjadi perdebatan tentang bagus atau tidaknya film ini. Sebagian besar kritikus mencibir film ini dengan mengatakan bahwa terlalu banyak adegan ‘cheesy’ di dalamnya dan tidak ada hal istimewa dalam film ini yang layak untuk diapresiasikan lebih. Tapi para penggemar Meyer, termasuk saya sendiri, menganggap bahwa film ini cukup berhasil. Saya rasa film Meyer kali ini terasa ‘lebih Meyer’ dari pada Saga terkenal itu. Dan saya cukup yakin bahkan para penonton cowok pun akan mengatakan bahwa film ini ‘cukup lumayan’. Karena seperti yang dikatakan partner saya: ‘film bukan hanya dilihat dari segi actionnya saja, tapi juga dari segi cerita’, dan The Host cukup berhasil dalam hal ini.
Saya memberikan tiga setengah dari lima bintang untuk film ini. Bukan hanya untuk berbagai alasan yang saya kemukakan di atas, tapi juga untuk acting Ronan yang keren dan juga untuk ending menggantung yang bisa mengindikasikan kisah lanjutannya bergulir. (^_^)