CLOUD ATLAS


Pada review film saya sebelumnya, saya mengutip quote dari partner saya yang mengatakan: “Film bukan hanya dilihat dari segi actionnya saja, tapi juga dari segi cerita.” Dan ternyata pada film berikut yang saya tonton bersama partner saya itu, hal ini terbukti.
Weekend kemarin kami memutuskan untuk menonton Cloud Atlas, sebuah film dengan multiple sutradara, multiple stories, multiple era dan multiple plot. Film berdurasi 171 menit yang diadaptasi dari sebuah novel buah karya David Mitchell dengan judul yang sama ini disutradarai oleh dua bersaudara Lana dan Andy Wachowski yang sudah terbukti sangat sukses menyajikan trilogy The Matrix yang fenomenal. Dan bukan hanya Wachowski bersaudara saja, tapi kursi penyutradaraan juga disandangkan pada Tom Tykwer, seorang sutradara asal Jerman yang juga sukses menyutradarai berbagai film, termasuk Run Lolla Run dan Perfume: The Story of a Murderer yang dipuji banyak kritikus.
Film ini menceritakan enam kisah yang berbeda di mana keenam kisah tersebut terjadi pada era yang berbeda dengan tokoh yang berbeda pula. Berikut saya coba jabarkan kisahnya satu per satu.
Pertama, kisah yang terjadi pada tahun 1849. Seorang pengacara yang berasal dari San Fransisco bernama Adam Ewing (Jim Sturgess) melakukan perjalanan bisnis ke Chatham Island sebagai utusan ayah mertuanya, Haskell Moore (Hugo Weaving). Tapi dalam perjalanannya dia tidak sengaja meyaksikan penyiksaan terhadap seorang budak bernama Autua (David Gyasi) yang membuatnya pingsan. Dr. Henry Goose (Tom Hanks) berusaha menolong Adam dengan mengatakan bahwa dia terserang penyakit dari sebuah cacing di tubuhnya. Padahal Dr. Hendry hanyalah seorang pembohong yang meracuninya dengan perlahan untuk mendapatkan kekayaan Adam. Sementara itu dalam perjalanan kembali ke San Fransisco dengan keadaan yang tidak sehat, Adam bertemu lagi dengan Autua. Sang budak menjadi penumpang gelap di kapal itu dalam usahanya melarikan diri dari perbudakan. Saat Ewing mengetahui keberadaannya, sang budak memintanya untuk membujuk kapten kapal agar tidak melemparkannya ke laut karena sudah berani menjadi penumpang gelap. Tanpa disengaja Adam berhasil meyakinkan kapten kapal yang ternyata merupakan keputusan yang tepat karena Autua akan berperan sangat penting dalam hidupnya.
Kisah kedua terjadi pada tahun 1936 yang menceritakan mengenai kisah seorang musisi Inggris biseksual miskin bernama Robert Forbisher (Ben Whishaw). Dia memutuskan untuk meninggalkan kekasihnya, Rufus Sixsmith (James D’Arcy) dan bekerja para seorang composer tua bernama Vyvyan Ayrs (Jim Broadbent). Sambil bekerja membantu Vyvyan dalam menciptakan berbagai music, Robert berharap suatu saat dia akan bisa membuat musicnya sendiri. Dan kerja kerasnya itu akhirnya membuahkan hasil. Robert berhasil menciptakan sebuah simfoni yang dia beri judul ‘Cloud Atlas Sextet’. Mengetahui keberhasilan anak buahnya, Vyvyan tidak terima dan  menuntut namanya ikut dicantumkan sebagai salah satu penciptanya. Tentu saja Robert tidak setuju dan mereka pun bertengkar hingga dengan tidak sengaja Robert menembak Vyvyan hingga meninggal. Dalam keadaan kalut, Robert kabur dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dengan meninggalkan surat-surat yang ditujukan kepada kekasihnya: Rufus.
Berikutnya menceritakan kisah yang terjadi pada tahun 1973 mengenai seorang jurnalis bernama Luisa Rey (Halle Berry). Gadis ini bertemu dengan Rufus Sixsmith tua (James D’Arcy) yang telah berprofesi sebagai peneliti tenaga nuklir. Rufus menawarkan berita kepada Luisa mengenai sebuah reactor nuklir yang dimiliki oleh Llyod Hooks (Hugh Grant). Tapi belum sempat memberikan info yang dimaksud, Rufus dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran yang disewa Hooks bernama Bill Smoke (Hugo Weaving). Lalu Rey bertemu dengan seorang peneliti lain bernama Isaac Sachs (Tom Hanks) yang mau membantunya, tapi Isaac juga dibunuh oleh Smoke sementara Luisa sendiri ditabrak hingga jatuh dari jembatan. Untungnya nasib baik masih menaungi Luisa. Dia selamat dari maut dan akhirnya mendapatkan bantuan dari Joe Napier (Keith David), salah satu mantan bodyguard Hooks yang ternyata adalah sahabat ayah Luisa.
Kisah keempat terjadi pada tahun 2012 yang menceritakan kisah mengenai seorang penerbit berumur 65 tahun bernama Timothy Cavendish (Jim Broadbent). Hidupnya yang biasa saja tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat saat salah satu penulisnya yang berhasil membuatnya kaya bernama Dermot Hoggins (Tom Hanks) memerintahkan teman-teman premannya untuk meminta sejumlah uang kepada Timothy atas hasil penjualan buku biografinya. Timothy tidak mempunyai uang sebanyak itu. Dengan panic dia meminta bantuan sang kakak, Denholme Cavendish (Hugh Grant) untuk meminjam sejumlah uang. Tapi Denholme yang sudah sangat kesal dengan sang adik malah menjebak Timothy sehingga dia terkurung di sebuah panti jompo. Dengan bantuan dari teman-teman sesama penghuni panti yang juga ingin melarikan diri, Timothy berhasil melarikan diri dan akhirnya membuat sebuah novel yang kemudian difilmkan berdasarkan kisah hidup Luisa Rey.
Yang kelima bercerita mengenai seorang ‘genetically-engineered fabricant’ atau hasil cloning bernama Sonmi-451 (Donna Bae). Kisah ini mengambil setting di Noe Seoul pada tahun 2144 di masa depan, di mana Sunmi sedang diinterogasi sebelum detik-detik hukuman matinya dilaksanakan. Sunmi menceritakan bahwa dia dan beberapa cloning lainnya bekerja pada sebuah restoran cepat saji yang terkenal bernama Papa Song’s yang dikelola oleh Seer Rhee (Hugh Grant). Sebagai cloning, dia bekerja seperti robot dengan jadwal yang sudah ditentukan, wajah yang tanpa ekspresi dan kemampuan berpikir yang nyaris nol. Tapi suatu ketika salah seorang cloning mengajaknya ‘memberontak’ dari Seer Rhee, Sunmi akhirnya bertemu dengan Hae-Joo Chang (Jim Sturgess), seorang komandan pemberontak yang menamai kelompok mereka dengan sebutan ‘Union’. Hae-Joo membantu Sunmi untuk mengetahui tentang hal buruk yang dilakukan manusia terhadap para cloning seperti dirinya dan meminta Sunmi untuk membantu pemberontakan mereka. Tapi yang tidak disangka-sangka, Sunmi malah jatuh cinta kepada Hae-Joo dan akhirnya Sunmi pun setuju untuk membantu Union membeberkan kebenaran tentang perbudakan yang dialaminya.
Dan kisah yang terakhir terjadi di suatu tempat bernama ‘Big Island’ pada 106 winter setelah ‘The Fall’ (dalam novelnya dituliskan tahun 2321). Diceritakan pada masa itu sebuah kelompok primitive bernama The Valley adalah salah satu dari sedikit kelompok manusia yang tersisa di bumi setelah ‘The Fall’ terjadi dan seorang laki-laki bernama Zachry (Tom Hanks) tinggal bersama kakak dan keponakannya dalam kelompok itu. Suatu saat penduduk The Valle kedatangan salah satu anggota ‘Prescients’ bernama Meronym (Halle Berry) yang meminta Zachry menemaninya mendaki sebuah gunung. Di gunung itu terdapat sebuah stasiun komunikasi yang telah lama ditinggalkan yang dipercaya Meronym bisa mengirimkan sinyal bantuan ke luar angkasa. Tapi gunung itu juga dikuasai oleh kelompok kanibal bernama Kona yang mengejar mereka dan juga menghabisi penduduk The Valley. Dan bukan hanya itu, Zachry mempunyai ‘seorang sisi gelap’ dalam dirinya yang bernama ‘Old Gorgie’ (Hugo Weaving) yang sering kali menghasut Zachry untuk melakukan berbagai hal jahat.
Nah, bisa kalian bayangkan bagaimana enam cerita dengan enam plot berbeda dan seting era yang berbeda pula bisa berada dalam satu film? Well, mungkin hanya Wachowski bersaudaralah yang bisa dan berani menyajikan semua itu PLUS mengeksekusinya dengan indah. Semua kisah memang diceritakan sepenggal demi sepenggal dan pada awalnya akan membuat penonton kebingungan. Tapi seiring berputarnya roll film, semua kisah bergulir dengan lincah. Uniknya lagi, semua kisah saling berhubungan, baik itu secara nyata atau hanya hubungan samar yang ternyata cukup berperan penting pada detail cerita. Para tokoh masing-masing memiliki kerekteristik yang kuat, dengan kisah mereka yang unik. Film ini juga menceritakan bagaimana masa lalu, masa kini dan masa depan seseorang dapat saling berhubungan, entah kita menyadarinya atau pun tidak.
Make up yang digunakan dalam film ini pun sangat-amat layak diacungkan empat jempol. Para actor dan aktris yang berperan di dalam film ini harus memerankan begitu banyak tokoh, mulai dari tokoh utama, pemeran pembantu hingga para cameo. Tapi bahkan untuk memerankan seorang cameo saja, para actor dan aktris menggunakan make up yang sangat luar biasa sehingga wajah mereka sulit dikenali lagi. Saya dan partner saya bahkan sangat terkejut saat melihat bahwa beberapa pemeran pembantu unik di dalam film ternyata diperankan oleh salah satu pemeran utamanya. Benar-benar luar biasa.
Memang tidak ada cukup banyak adegan action dalam film ini. Dan bahkan saya sangat yakin untuk sebagian besar penonton film ini akan terasa sangat membosankan dan membingungkan. Tapi dari segi cerita, film ini sangat kuat. Para penonton benar-benar diberi kebebasan untuk merangkai semua cerita dan mencari hubungan antar cerita itu sendiri. Bagi saya dan partner saya, sepanjang film kami juga cukup sibuk menebak-nebak siapa yang memerankan setiap tokoh unik di dalam film ini, dan itu cukup menyenangkan.
Saya dengan senang hati memberikan empat dari lima bintang untuk film ini. Para actor dan aktris terkenal yang berperan di dalamnya seperti Tom Hanks, Halle Berry, Jim Broadbent, Hugo Weaving, Jim Sturgess, Ben Whishaw, James D’Arcy, Susan Sarandon dan lain-lain memang sangat menentukan keberhasilan film ini. Tapi cara pengambilan gambar yang bagus, efek yang menakjubkan, scenario yang indah, juga cerita yang menarik, plot yang unik dan make up yang luar biasa pun sangat-amat mengagumkan. Saran saya sih, bagi kalian yang tidak terlalu suka menonton film dengan tema yang cukup ‘berat’, lebih baik hindari film ini. tapi untuk kalian yang ingin mencari suasana baru dalam menonton film dan tidak hanya mencari serunya adegan action yang penuh kejar-kejaran dan kegiatan penghancuran, film ini adalah salah satu rekomendasi terbaik saya. Jadi, silahkan mempertimbangkan dulu matang-matang, yah. (^_^)