IRON MAN 3


Apa yang kalian harapkan dari film superhero yang menampilkan tokoh yang sama untuk ketiga kalinya di bioskop? Sebuah prekuel mungkin? Atau sebuah sekuel lain yang menampilkan musuh yang jauh lebih kuat atau jauh lebih terkenal dari pada dua film sebelumnya? Well, kurang lebih pertanyaan semacam inilah yang memenuhi otak saya saat mendengar bahwa salah satu film superhero jebolan Marvel, Iron Man, akan dirilis pada akhir bulan April ini.
Film yang kali ini disutradarai oleh Shane Black yang sebelumnya menyutradarai Kiss Kiss Bang Bang pada tahun 2005 ini masih menceritakan kisah seputar Tony Stark (Robert Downey Jr.) dengan alter egonya sebagai Iron Man. Pada film ketiga ini, Tony mengalami hubungan yang tidak terlalu harmonis dengan kekasih/assistentnya, Virginia ‘Pepper’ Potts (Gwyneth Paltrow) karena Tony terlalu berlebihan mengurusi armor-armornya. Walaupun pada akhirnya Tony malah menjadikan Pepper sebagai CEO Stark Industries tapi Pepper tetap merasa Tony masih kurang memperhatikannya.
Sementara itu, Tony dihadapkan oleh kesalahan masa lalunya di mana pada penghujung tahun 1999 lalu dia dengan seenaknya membuat seorang penemu bernama Aldrich Killian (Guy Pearce) menunggu di atas gedung hotel yang dingin pada malam tahun baru sendirian. Tadinya Tony mengatakan bahwa dia berniat mendanai penelitian yang dilakukan Aldrich, tapi Tony malah menghabiskan waktu dengan Dr. Maya Hansen (Rebecca Hall) yang merupakan seorang Botanis. Merasa sakit hati karena tidak ditanggapi, Aldrich berusaha mengembangkan penelitiannya sendiri dan bertahun-tahun kemudian datang ke Stark Industries untuk ‘membalas dendam’ dengan menawarkan penelitiannya lagi kepada Pepper yang merupakan CEO baru di perusahaan besar itu. Tidak disangka bahwa ternyata sebelumnya Pepper dan Aldrich pernah menjalin hubungan.
Di lain pihak, sebuah terror terjadi dalam pemerintahan Amerika. Seseorang yang mengaku bernama Mandarin (Ben Kingsley), meng-hack semua stasiun televisi dan menyiarkan aksi terorisme yang dilakukannya untuk mengancam Presiden Ellis. Semua pemboman yang dilakukan Mandarin merupakan pemboman yang tidak biasa karena keberadaan bom tersebut tidak bisa terdeteksi dan tidak ada jejak yang ditinggalkan selain bayangan hitam para korban yang seolah lenyap ditelan api bersuhu 3000°C. Kemudian Mandarin berhasil menjebak Col. James Rhodes (Don Cheadle) yang digunakan pemerintah Amerika sebagai Iron Patriot/War Machine dan menangkapnya lalu menggunakan armor itu untuk menculik Presiden Ellis yang sedang berada di dalam Air Force One. Aksi terror Mandarin tidak hanya sampai di situ. Dilatarbelakangi dengan kekesalan Tony karena salah satu bodyguard paling setianya menjadi korban bom misterius itu, Tony dengan penuh emosi menantang Mandarin untuk mendatangi alamatnya sehingga dia ‘dihadiahi’ penyerbuan besar-besaran yang mengakibatkan rumah Tony beserta isinya hancur berantakan.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Apakah kali ini Iron Man akan benar-benar berakhir? Dan bagaimana hubungannya dengan Pepper? Dan juga bagaimana nasib Presiden Ellis yang disandera oleh Mandarin?
Sebelum saya melanjutkan untuk ‘membedah’ film ini, perlu saya kabarkan bahwa sebelum menonton film ini di bioskop, sebuah stasiun televisi sudah sangat baik hati menayangkan dua film Iron Man sebelumnya berturut-turut sehingga otak saya merasa disegarkan kembali. Dan otomatis akan lebih mudah bagi saya untuk membandingkan film terbaru dengan kedua film sebelumnya. Jadi, bersiap-siap saja yah, pembedahan saya kali ini sepertinya akan cukup ‘menyakitkan’. Hohohohoho…. *evil laugh*
Oke, dari mana saya harus memulai? Oh, seperti biasa, saya akan mulai dengan membedah ceritanya terlebih dahulu. Dan satu kata untuk film Iron Man 3 kali ini: kacau. Ide cerita mengenai terorisme sebenarnya merupakan ide yang menarik, tapi bumbu dendam pribadi yang ditambahkan malah membuat ceritanya bertambah aneh. Alurnya kacau, kadang melompat-lompat ke sana kemari. Terlalu banyak adegan kebetulan, juga penuh dengan joke yang sama dengan dua film sebelumnya sehingga terasa basi. Dialognya tidak terlalu mudah dimengerti. Bayangkan jika kalian tidak diingatkan kembali pada dua film sebelumnya sementara cukup banyak unsur joke atau dialog yang berkaitan dengan kedua film tersebut tapi tidak mendapatkan penjelasan yang cukup. Saya rasa penonton akan cukup bingung dibuatnya. Juga cerita yang cukup rumit ini membuat film ini tidak cocok bagi anak-anak.
Tokoh yang dihadirkan terlalu banyak sehingga karakter masing-masing tokoh tidak bisa tergali dengan baik. Walau begitu, seperti biasa, animasinya masih patut diacungi jempol. Tapi beberapa armor tambahan hanya mampu memukau saya sebentar saja dan akhirnya terlupakan. Dan apa yang terjadi dengan tokoh antagonisnya?! Aduh, saya berusaha untuk tidak memberi terlalu banyak spoiler di sini, tapi saya tidak tahan untuk tidak menjerit tentang hal ini: KENAPA MANDARIN MENJADI SEPERTI ITU?!?! Memang saya tidak terlalu kenal sosok Mandarin sebelumnya, saya hanya tahu bahwa Mandarin adalah tokoh antagonis utama dalam komik Iron Man. Dengan begitu, saya kira tokoh ini akan begitu memukau, tapi ternyata…. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa acting Ben Kingsley tidak bagus, malah menurut saya actingnyalah yang paling memukau di sini. Tapi, sekali lagi, kenapa Mandarin jadi seperti itu, sih?!?!?!
Belum lagi, menurut saya, endingnya terlalu memaksakan dan tidak masuk akal. Ada begitu banyak pertanyaan yang menggantung di dalam hati dan tidak ada perasaan puas saat film ini selesai saya tonton. Oh iya, jika kisah para tokoh superhero Marvel ini diurutkan, maka Iron Man 3 seharusnya merupakan kisah kelanjutan setelah kisah The Avenger terjadi. Ini bisa dibuktikan dengan sedikit trauma yang dirasakan Tony Stark di film ini, walaupun mungkin fakta ini tidak bisa ditangkap penonton dengan mudah. Tapi kok, Tony sama sekali tidak menyinggung mengenai superhero yang lain? Atau bahkan nama salah satu tokoh The Avenger pun tidak. Bahkan S.H.I.E.L.D pun berperan sangat sedikit di film ini. Itu merupakan salah satu pertanyaan yang tidak saya temukan jawabannya bahkan setelah film ini selesai.
Mungkin sebelumnya saya terlalu banyak berekspektasi pada film ini. Atau mungkin saya sudah terlalu banyak mendapat beberapa bocoran adegan kerennya melalui berbagai preview dan iklan yang beredar sehingga akhirnya saat saya menonton adegan itu secara langsung, tidak ada lagi sensasi takjub yang saya rasakan. Dan yang lebih disayangkan lagi, ternyata tidak ada adegan wow lain yang disisakan untuk bisa memukau penonton lagi.
Mohon maaf untuk para penggemar Iron Man yang membaca review saya kali ini, tapi dengan sangat terpaksa saya hanya memberika dua setengah dari lima bintang untuk film ini. Eit, jangan marah-marah dulu. Saya juga termasuk salah satu fans Iron Man dan Robert Downey Jr. tapi saya tetap harus menilai secara objectif dan seperti inilah penilaian saya. Yah, sebagai tambahan saja nih, partner saya sampai mengatakan kalau di film Superman berikutnya tokoh Lex Luthor yang merupakan antagonis utama mendapatkan nasib yang sama dengan Mandarin, dia akan ‘membunuh’ sutradaranya. Sebagai penggemar berat Superman sekaligus Lex Luthor, saya rasa dia cukup serius :D.