Ny. Lars – Part 17 -


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 17 -

 
… Episode sebelumnya …
Entah kenapa Jenny bersedia bercerita kepada Kevin tentang perasaannya yang sebenarnya terhadap Lars, dan walaupun itu tetap tidak merubah pendirian Kevin untuk menunjukkan kepada Jenny bahwa Lars tidak pantas untuknya, paling tidak Kevin bisa mengerti dan memaklumi. Dan mereka pun berciuman …

 
Lars duduk dibelakang kemudi sambil menggenggam tangan Cherry yang duduk di sebelahnya. Setelah acara double date yang ditutup dengan Jenny yang mabuk dan diantar Kevin, Lars memutuskan untuk mengantar Cherry pulang juga. Kini dia sudah ada di bawah apartemen Cherry.
" Lo nggak usah nganterin gua sampe ke atas. Udah malem, gua juga udah capek. "
Lars menggenggam jari-jari tangan Cherry dengan lebih erat, lalu menatapnya dengan penuh cinta. " Bener? " Tanyanya, Cherry mengangguk.
Lars memandangnya lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih dalam. " Cherry, gua bener-bener sayang sama lo. " Cherry diam.
" Honestly, gua nggak pernah seserius ini sama cewek. Selama ini cewek yang ngedeketin gua hanya mau duit gua aja. Tapi lo nggak, Cherry. You'r different. There's something inside of you, yang nggak dimilikin cewek lain. " Cherry masih diam. Untuk sesaat dia tidak bisa mengatakan atau bahkan tidak tahu harus bersikap seperti apa menanggapi perkataan Lars ini. Akhirnya dia tersenyum dan mengangguk pelan. Lars ikut tersenyum. Dia meraih wajah Cherry dan mengelusnya beberapa saat. Pandangan mata mereka saling bertemu, lalu seolah Lars meminta izin melalui pandangan matanya itu, Lars mencium Cherry. Ciuman paling tulus dari hati yang paling dalam yang tidak pernah dia lakukan terhadap wanita lain. Awalnya Cherry sempat tersentak kaget juga, dia tidak menyangka kalau Lars akan menciumnya seperti ini, dan dia merasakan sensasi yang lain dalam dirinya. Anehnya, sensasi itu bukan sesuatu yang menggelitiknya seperti sensasi yang telah diberikan pacar-pacarnya sebelumnya. Tidak ada getaran, tapi Cherry mengacuhkannya dan tetap menerima ciuman Lars itu.
Cherry keluar dari mobil Mercedes Lars, sempat melambaikan tangan beberapa saat, lalu melenggang masuk.
Ponsel Cherry langsung berdering sesaat setelah dia masuk ke dalam kamarnya. Diraihnya ponsel itu dan dijawabnya.
" Hallo? "
" Hallo, Cher. "
" Oh, Juwi, kenapa? " Itu telepon dari Juwita, adik salah satu temannya.
" Gua mau minta tolong sama lo, bisa nggak? "
" Minta tolong apaan? " Tanya Cherry yang sekarang sedang melepaskan sandal berhak lima senti yang dipakainya.
" Tommy ada di sini, Cher. Dia balik ke sini buat nemuin lo, tapi dia ngeliat lo sama orang lain dan dia kecewa banget. Dia mabuk, Cher. Gua udah berusaha nenangin dia, tapi dia nggak mau dengerin omongan gua. Gawat kalo dia kayak gini mulu. Lo mau kan dateng kesini, dan ngomong sama dia? " Jawab Juwita yang nada suaranya tidak lagi setenang tadi, malah terdengar sangat gemetar dan menahan tangis.
Cheery sebenarnya kaget dan khawatir mendengar kabar Tommy yang buruk itu, tapi dia sudah terlanjur berjanji untuk tidak akan mencampuri masalah apapun yang menyangkut Tommy. Dia adalah bagian dari masa lalu yang sungguh-sungguh ingin dilupakannya.
" Juwi, sorry banget… gua nggak bisa. Gua nggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia. "
" Tapi, Cher… dia down banget! Hanya lo satu-satunya orang yang deket sama dia, dia pasti mau dengerin omongan lo. "
" Tapi—Gua nggak bisa, Ju! "
" Cher, please… gua minta tolong kali ini aja… "
Cherry merasa pertahanan diri yang telah dibangunnya selama ini sedang terancam. Dia mulai runtuh mendengar Tommy yang mulai memberantaki dirinya lagi dan mendengar Juwita yang meminta pertolongan darinya dengan sangat memelas itu. Tapi dia tidak bisa masuk ke dalam jurang yang sama dua kali. Dia sudah bisa lepas dari Tommy, dia tidak akan mau kembali lagi. Tidak dengan cara apa pun juga.
" Juwi, gua bener-bener minta maaf, gua nggak bisa. "
Cherry buru-buru menutup telepon itu, sebelum keteguhan hatinya tergoyahkan lagi karena mendengar permintaan Juwita yang memelas itu. Ponselnya berdering lagi dengan nomor yang sama, Juwita lagi yang menelepon. Cherry memutuskan untuk mematikan ponselnya tanpa menjawab telepon dari Juwita itu. Dia terduduk di ujung tempat tidur lalu menangis tersedu-sedu di sana.

 
...Bersambung...