Ny. Lars – Part 16 -


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 16 -

 
… Episode sebelumnya …
Benar saja, acara double datenya bersama Kevin, Lars dan Cherry tidak berjalan dengan cukup mulus. Bukan hanya merasa sangat menderita melihat kemesraan Lars dan Cherry, tapi juga karena terlalu stress Jenny meminum sampanye terlalu banyak dan mengakhiri acara itu dengan muntah-muntah …

 
Kevin sudah membawa Jenny ke dalam mobilnya dan memapahnya ke kursi penumpang di depan. Setelah Cherry membawa Jenny dari toilet dengan wajah pucat pasi, dia langsung berpamitan dengan Lars dan Cherry untuk mengantar Jenny pulang. Lars masih sempat menggeleng-geleng dengan prihatin dan mendekati Jenny lalu menanyakan apa Jenny baik-baik saja sambil memegang tangan dan mengelus kepalanya. Jenny tidak bisa menjawab pertanyaan Lars itu, dia malah merasa kalau matanya panas sekali menahan air mata dan berusaha mati-matian untuk tidak menghambur kepelukan Lars dan mengadukan semua yang dirasakannya saat itu.
" Ugh! " Jenny memegangi kepalanya yang sakit dan memejamkan matanya.
" Lo udah baikan? " Tanya Kevin yang sudah ada dibalik setir.
Jenny berusaha mengangguk.
" You'r drunk. Mangkanya kalo nggak biasa minum, jangan minum! Gua anter lo pulang sekarang. " Kevin sudah memasukkan gigi satu dan mulai menjalankan mobilnya saat tiba-tiba tangan Jenny memegang lengannya untuk menghentikannya.
" Gua nggak bisa pulang kerumah itu dulu, Kev. Lo anter gua kemana aja deh, asal jangan ke rumah itu dulu. Gua butuh waktu buat nenangin diri gua dulu.. "
" But Jenny, you'r drunk… "
" Kevin, please… "
Dan Kevin menyerah. " Di dalam dasbor ada air putih, mendingan lo minum dulu, biar lo agak mendingan. " Jenny mematuhinya dengan sangat berterimakasih.
Kevin membawanya menuju salah satu perumahan elite yang terletak di bagian atas kota. Dia berhenti di salah satu bukit kecil yang dihiasi lampu-lampu kota dan bintang, membuat seolah-olah kumpulan bintang dan lampu-lampu kota adalah satu kesatuan.
" Ini tempat favorit gua. Kalo lagi suntuk biasanya gua kesini. Dari sini kita bisa ngeliat langit sama pemandangan seluruh kota. " Kevin membuka atap mobilnya, lalu menggeser jok nya sedikit kebelakang sehingga posisinya sedikit berbaring. Jenny juga melakukan hal yang sama sehingga dia bisa melihat semua bintang yang sedang bersinar sangat terang di langit sana.
" Sekarang lo pasti mikir kalo gua tuh cewek yang bego. Jelas-jelas gua udah ditolak secara nggak langsung, tapi masih aja tetep ngejer-ngejer. " Kata Jenny setelah sebelumnya terdiam cukup lama sambil menarik mantel untuk menutupi badannya dengan lebih erat karena merasakan semilir angin yang bertiup melalui atap mobil yang terbuka.
" Lo kedinginan? Mau gua tutup atepnya? "
Jenny buru-buru menggeleng.
" Gua sama sekali nggak anggap lo bego. Gua cuma baru sadar kalo ternyata lo bener-bener suka sama Lars. "
" Gua juga nggak nyadar kalo gua bisa sebegini sukanya sama Lars. " Jenny menutup matanya dan memutuskan untuk membiarkan mulutnya mengatakan semua yang dirasakannya saat itu kepada Kevin, yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan kepada siapa pun kecuali Louise.
" Awalnya gua kira gua hanya kagum sama Lars, gua biarin perasaan gua ngalir gitu aja, dan tau-tau gua udah segini sukanya sama Lars. Akhir-akhir ini malah gua kira gua udah salah jatuh cinta. "
" Jadi lo sebenernya nggak cinta sama Lars? " Kevin bertanya dengan sangat antusias.
" Gua belum yakin. " Jenny menggeleng dengan lemah, menatap Kevin yang malah terlihat sangat bersemangat lalu menyadari ketidak sengajaannya mengatakan anggapannya yang satu ini, sehingga buru-buru ditambahkannya: " Bukan berarti gua nggak bakal ngejer Lars lagi loh! "
" Gua tau. " Jawab Kevin dengan tidak rela. " Emang nggak gampang ngelupain orang yang udah kita sukain selama bertahun-tahun. Tapi bukan berarti gua nggak bakal ngejer lo lagi. Gua tetep bakal nyuri hati lo dan ngingetin lo kalo Lars itu playboy. "
Jenny mendengus kesal dengan sedih. " Gua sadar banget kalo Lars itu memang playboy, malah gua sempet hampir nyerah gara-gara sikap Lars itu. Tapi nggak tau kenapa, gua masih ngarepin dia. Tadinya gua kira gua bakal bisa ngedapetin perasaan cinta yang selama ini gua kangenin dari dia. Sikap dewasanya, romantisnya, gua kira gua bisa ngedapetin semuanya dari Lars, sesuatu yang nggak pernah gua dapetin dari orang lain. " Jenny berhenti untuk membasahi bibirnya dengan air putih yang masih digenggamnya sedari tadi.
" Semenjak bokap-nyokap gua cerai, gua berpikir kalo cinta tuh nggak ada yang indah, gua nggak percaya sama cinta lagi. Tapi waktu gua ketemu Lars, gua ngerasain lagi rasa cinta itu. Dia selalu perhatiin gua, dia satu-satunya orang yang nggak minta gua harus keliatan tegar, kayak orang lain. " Jenny menghapus setetes air mata yang ternyata sudah mengalir dipipinya, lalu melanjutkan.
" Gua bilang gua udah punya cowok hanya gara-gara gua marah sama dia soalnya gua tau kalo dia tuh playboy. Tapi sejak itu sikapnya jadi lain, dia nggak seperhatian dulu. Gua jadi nyesel banget. "
" Mangkanya lo cari 'pacar sementara' biar Lars tau kalo lo nggak bohong, trus lo putus sama 'pacar sementara' lo itu, dan Lars bakal merhatiin lo lagi? " Jenny hanya diam menanggapi kesimpulan Kevin itu, sementara Kevin menanggapinya sebagai pengakuan bahwa kesimpulannya itu benar.
" Lars memang playboy, dia mengagumi semua wanita di dunia ini, dia bisa ngedapetin semua wanita yang mau dia dapetin tanpa bersusah payah, dan dia sadar banget soal itu. Jadi menurut gua, lo nggak bakal bahagia kalo sama dia. "
Jenny tersenyum pahit. Seharusnya dia ingat kalau Kevin yang ambisius ini tidak akan menyerah hanya karena Jenny menumpahkan semua perasaannya terhadap Lars.
" Lagian dia udah punya cewek, lo liat sendiri, kan? Walopun gua nggak yakin berapa lama mereka bisa sama-sama. "
" Lo tau sesuatu tentang Cherry kan, Kev? Kalian udah saling kenal, kan? Gua ngeliat waktu kalian kenalan tadi. Ada yang aneh, Cherry kikuk banget, dia pasti nyembunyiin sesuatu tentang lo. Iya, kan? "
Sekarang Kevin yang menghela napas dengan lemah, lalu mengangguk lebih lemah lagi.
" Lo ada hubungan apa sama Cherry? "
" Gua nggak bisa cerita, Jen. "
" Tapi ini kan ada hubungannya sama Lars, sama sahabat lo. "
" Gua tau kalo gua sama Lars itu sobatan, tapi bukan berarti gua bisa mencampuri semua urusan dia. Dia juga nggak bisa ikut campur urusan gua sembarangan. " Jenny kelihatan ingin marah, dia tidak habis pikir kalau Kevin harus menyembunyikan sesuatu mengenai Cherry yang sedang dekat dengan sahabatnya, ini kan menyangkut sahabatnya sendiri. Louise dan Jenny tidak bertindak seperti itu, walaupun Jenny tahu kalau persahabatannya dengan Louise tidak bisa disamakan dengan persahabatan Kevin dengan Lars.
" Lars juga nggak bisa ikut campur urusan gua sama lo, Jen. " Kevin melanjutkan dan Jenny menengok tidak mengerti. " Walaupun Lars itu sobat gua, gua tetep nggak bakal nyerahin lo sama dia. Dari dulu, gua dan Lars sealu bersaing, terutama masalah cewek. Kita berdua suka tipe cewek yang hampir sama, mangkanya kadang bisa suka sama satu cewek yang sama. Selama ini gua selalu ngalah, malah cenderung kalah sama Lars. Tapi sekarang gua nggak bakal ngebiarin diri gua kalah. Gua nggak bakal ngelepasin lo, Jenny. " Kevin mendadak meraih tangan Jenny dan menatapnya dalam-dalam.
" Gua nggak bakal ngebiarin lo pergi dari genggaman gua, gua bakal berjuang buat ngedapetin lo. Gua nggak bakalan bikin lo sedih, gua pasti bisa bikin lo ceria lagi. " Kini Kevin sudah memegang pipi Jenny dan mengusap matanya yang masih menyimpan air mata.
Lalu dengan sangat tiba-tiba Kevin mencium bibir Jenny. Jenny sempat terkaget-kaget, tapi entah kenapa dia tidak berusaha menghentikan Kevin. Dia malah merasa perasaan hangat yang sama seperti yang dirasakannya saat Kevin memeluknya saat berdansa tadi, dan diam-diam Jenny menikmatinya. Perasaannya tiba-tiba menjadi sangat tenang, dan terlelap.
Mereka berciuman cukup lama, hingga saat mereka berhenti, Jenny sudah merasakan kelelahannya yang memuncak dan membuatnya sangat mengantuk. Dia membenamkan diri di kursi dan memejamkan mata rapat-rapat. Kevin juga kembali merebahkan dirinya ke kursi dan mencoba meredakan hatinya yang berdebar-debar.
" Jen, kepala lo udah mendingan? " Kevin diam sambil menunggu jawaban dari Jenny, tapi nihil, Jenny tidak menjawab apa-apa. Kevin menatap Jenny dan menemukannya sudah tertidur dengan napas teratur. Kevin tersenyum. Dia mengelus pipi Jenny perlahan dan berkata lirih. " Lars pasti nyesel ngelepasin lo, Jen. "
Kevin membuka jasnya dan mengenakannya untuk menutupi tubuh Jenny yang terlelap, lalu dibetulkan posisi duduknya, ditutup atap mobilnya, dan mengecilkan pendingin mobilnya. Kevin menstater mobilnya dan membawanya dengan kecepatan yang lambat_supaya tidak membangunkan Jenny_dan membawa Jenny pulang. Entah kenapa, dia begitu yakin kalau Jenny tidak lagi membencinya seperti sebelumnya karena peristiwa ini. Jadi tidak sia-sia dia telah menerima ajakan Lars tanpa minta persetujuan Jenny dulu. Tidak sia-sia juga Jenny stress sampai mabuk begini.

 
...Bersambung...