Ny. Lars – Part 15 -


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 15 -

 
… Episode sebelumnya …
Jenny sedang menghadapi dilemma besar dalam hidupnya saat menghadapi detik-detik terakhir acara double datenya bersama Lars. Dia tahu acara itu tidak akan berjalan dengan lancar, tidak perduli seberapa yakinnya Louise tentang hal sebaliknya. Sekarang Jenny hanya bisa berharap semoga Kevin benar-benar bisa menjadi penyelamatnya …

 
Jenny berjalan ke dalam restoran tempat perjanjiannya dengan Lars, yaitu sebuah restoran kecil favorit Lars yang benar-benar mencerminkan diri Lars. Arsitekturnya terkesan simpel, elegan tapi klasik. Setiap meja dibatasi dengan dinding tripleks yang dilukis sederhana setinggi 1,5 meter, cukup memberikan privasi bagi orang-orang di balik bilik itu. Di ujung ruangan terdapat panggung yang selalu dinaiki seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu slow_lagu kesukaan Lars. Dan apa yang menjadi favorit Lars dari restoran ini adalah restoran ini menyuguhkan sampanye_minuman favoritnya_secara legal. Tidak heran kalau harga satu botol sampanye saja benar-benar selangit.
Setelah menyerahkan mantelnya kepada salah seorang pelayan di tempat penitipan mantel dan topi, dan setelah Kevin menyebutkan nama Lars kepada pelayan lain, mereka berdua berjalan mengikuti pelayan itu yang menjadi petunjuk jalan. Sepanjang perjalanan Jenny baru sangat menyesal telah memilih gaun yang begitu terbuka di bagian belakang punggungnya itu. Tadinya dia begitu ingin terlihat cantik dan sedikit seksi dengan mengenakan gaun ini supaya_paling tidak_penampilannya tidak akan terlihat sangat jauh berbeda dengan Cherry yang pasti akan terlihat sangat mengesankan. Tapi dia tidak memperhitungkan salah satu kemungkinan ini: kalau Kevin yang akan memeluknya sepanjang malam ini, karena Kevin memang pacarnya. Tadinya dia kira tidak perlu ada acara berpelukan atau sekadar merangkul pinggul. Tapi ternyata ada, dan Jenny tidak bisa menghindar karena memang baginilah kalau menjadi sepasang kekasih.
Kalau mau jujur, yang membuat Jenny sedikit jengah dengan aktifitas sepasang kekasih antara dia dan Kevin adalah kenyataan kalau Kevin memang pria baik yang cocok menjadi pacar yang baik, seperti yang dikatakan Louise beberapa waktu yang lalu. Dan Jenny sempat mempertimbangkan kemungkinan itu, sehingga keberadaan Kevin jadi berubah dari yang pada awalnya hanyalah pacar sementara yang tidak ada spesialnya menjadi seorang pria yang terang-terangan menyukainya dan ternyata layak dipacari juga. Ini berdampak sangat besar terhadap Jenny, mangkanya sekarang dia sedikit jengah kalau berada di dekat Kevin. Tapi langsung Jenny buang jauh-jauh pemikirannya yang itu, dan meyakinkan dirinya kalau semua itu hanya hal biasa, bukan sesuatu yang penting dan patut diperhatikan.
Mereka sampai di salah satu bilik di pojok ruangan. Pelayan yang mengantar mereka tadi berpamitan setelah sampai di depan bilik dan mereka berdua masuk ke dalam. Ruangan itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu terang dengan sebuah meja bundar berukuran sedang dengan empat bangku berlapis kain putih mengelilinginya. Kelihatannya cukup nyaman. Tapi Jenny langsung menyesal karena baru saja mengatakan kepada dirinya sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja karena ternyata semuanya tidak baik-baik saja. Yang membuat keadaan menjadi tidak baik-baik saja adalah dua manusia yang duduk di dua kursi yang disediakan disana. Itu Lars, dengan balutan kemeja putih yang dua kancing teratasnya tidak terkancing dengan benar dan jas hitam. Didepannya ada seorang wanita cantik mengenakan long dress pink pucat bertali bahu dengan belahan dada yang sedikit terbuka memperlihatkan buah dadanya yang menggiurkan.
' 35B. Oh Bukan, 36A. ' Pikir Jenny cepat.
Wanita itu Cherry, dengan rambut hitam panjang dan kulit coklat sempurna. Sayangnya wanita itu sedang memegang pipi Lars dan bibir mereka hanya berjarak beberapa senti, mereka nyaris berciuman.
Tubuh Jenny kontan lemas. Tangannya gemetar dan hatinya tak keruan. Ini diluar skenario, seharusnya mereka berempat akan double date, berbincang-bincang mengenai masa-masa sekolah Lars dan Kevin dulu, dan tertawa-tawa karenanya. Mungkin Jenny nantinya memang tidak bisa menghindari pemandangan mesra antara Lars dan Cherry, tapi tidak adegan ciuman dan tidak sedini ini. Tanpa sadar Jenny menggenggam lengan Kevin dengan tangannya yang gemetar. Sebenarnya Kevin pun kaget melihat adegan itu dan melihat wanita yang akan mencium sahabatnya, tapi saat Jenny menggenggam lengannya dengan gemetar, pikirannya langsung teralihkan.
Untunglah adegan itu tidak berlanjut sampai puncak, karena sepertinya Lars dan Cherry menyadari keberadaan Kevin dan Jenny di pintu, mereka langsung memisahkan diri. Lars naik dan menghampiri sahabatnya lalu memeluknya. Jenny yang sadar kalau adegan itu tidak jadi mencapai 'puncak' langsung mengubah raut wajahnya dan mengecup pipi Lars.
" Kalian telat tau! " Kata Lars dengan sumringah.
Jenny dan Kevin hanya bisa tersenyum.
" Oh, kenalin. Ini Cherry. Cherry, ini asisten gua, Jenny. Dan ini sahabat gua, Kevin. " Lanjut Lars sambil memperkenalkan mereka satu per satu.
Cherry mengulurkan tangan ke arah Jenny dan berkata sambil tersenyum manis: " Hai, kita pernah ketemu, kan? "
" Iya, tapi baru kali ini kita kenalan. " Balas Jenny.
Tapi saat hendak menjabat tangan Kevin, Cherry diam sesaat. Dia melihat wajah Kevin yang tenang dan dia berubah menjadi kikuk. Akhirnya Kevin mengulurkan tangan lebih dulu, disambut Cherry yang berkata 'Hai' dan tersenyum, lagi-lagi dengan kikuk. Jenny sempat aneh dibuatnya, tapi sepertinya Kevin dan Cherry tidak merasa aneh lagi, karena ketika mereka mulai duduk dan mengobrol, baik Cherry maupun Kevin bersikap biasa-biasa saja. Lagi pula, bukan itu yang memenuhi pikiran Jenny. Yang memenuhi pikirannya adalah umpatan kasar yang diteriakkannya dalam hati saat melihat adegan romantis antara Lars dan Cherry yang ternyata terus berlanjut. Lars sering meraih tangan Cherry dan menggenggamnya dengan lembut, atau memainkannya naik turun sambil terus berbicara. Jenny tidak tahan. Dia langsung meraih lengan Kevin yang duduk di sampingnya dan ikut tersenyum kikuk sambil menahan napas. Saat itu, entah bagaimana, ternyata hanya Kevin lah satu-satunya orang yang bisa menjadi sandaran bagi Jenny saat ini. Tidak ada Louise, tidak ada Norman, hanya ada Kevin, 'pacar sementara' nya yang ternyata memang bisa diandalkan. Dan Jenny semakin bersyukur saat Kevin_yang sepertinya mengerti dengan penderitaan Jenny kali ini_membalas genggaman tangannya, memainkan tangannya naik turun sambil terus berbicara dan meremasnya dengan lembut dan mengelus kepala Jenny dengan halus saat mendengar lelucon sambil tertawa, seolah-olah menyamakan kedudukan dengan Lars. Kali ini Jenny tidak merasa jengah sama sekali, dia malah merasa sangat bersyukur. Ada Kevin di sampingnya. Walaupun statusnya hanya 'sementara', paling tidak malam ini Jenny punya pacar yang ternyata sangat mengerti dirinya.
Penderitaan Jenny belum selesai sampai disitu. Kini setelah makanan utama dihabiskan, Lars dan Cherry melangkah menuju lantai dansa dan ber-slow dance mengikuti irama. Kali ini rasa syukurnya kepada Kevin yang telah 'menolongnya' tadi sudah hilang entah kemana. Yang sekarang dirasakannya hanyalah rasa tercekik di tenggorokan dan panas dipelupuk mata saat melihat Lars dan Cherry yang saling berpelukan sambil berdansa. Cherry semakin merapatkan diri ke tubuh Lars yang kekar dan mereka tertawa bersama. Sekarang tubuh Jenny sudah menggigil. Dia mencoba menenangkan diri dengan membayangkan tubuhnyalah yang berada di pelukan Lars dan berdansa dengannya, tapi pikiran itu malah membuatnya makin nelangsa. Kevin sendiri memandangi pasangan Lars-Cherry dan Jenny bergantian dengan pandangan kesal.
" Jen, lo kenapa sih dari tadi? " Tanyanya kesal. Jenny hanya terdiam dengan masih memandangi dua sejoli itu. " Kalo gua tau bakalan jadi kayak gini, gua nggak bakal terima ajakan double date dari Lars. "
" Emang siapa yang suruh terima ajakan Lars? Lo sendiri kan? Lo tanya pendapat gua dulu nggak? Nggak kan? "
" Gua hanya mau nunjukin ke lo kalo Lars cowok playboy. Dia udah punya cewek baru dan dia keliatan bahagia. Walopun gua nggak yakin dia bakalan bisa bahagia sampe kapan. "
" Maksud lo? "
Kevin meraih gelas sampanyenya dan mengesapnya sedikit. Asam. Dia sudah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dikatakannya. Kevin memilih untuk menanggapi pertanyaan Jenny dengan diam. Jenny juga meraih gelas sampanyenya dengan kesal, tapi bukan hanya mengesapnya, dia malah menegaknya sampai habis. Kevin kaget, apalagi melihat Jenny meraih botol sampanye di ujung meja, menuangkannya lagi. Kevin tahu, Jenny bukan tipe orang yang menyukai minuman keras, apalagi sampanye yang bisa memabukkan itu. Buru-buru direbutnya gelas dan botol dari tangan Jenny dan menarik Jenny ke lantai dansa, berusaha mengalihkan perhatian Jenny. Kevin merangkul Jenny ke dalam pelukannya dan mulai berdansa. Jenny kaget melihat sikap Kevin ini, dia melihat wajah Kevin yang sekarang sudah sangat dekat dengan wajahnya dan menatapnya keheranan dengan kepala yang mulai pusing. Kevin baru saja sadar kalau dia dengan sangat lancang telah memeluk Jenny dan sekarang Jenny sedang memelototinya, tapi dia tidak mengendurkan pelukannya. Kevin malah memeluk Jenny dengan lebih erat dan berkata ditelinga Jenny dengan mantap. " Gua emang nggak bisa se-romantis Lars, but I know how to treat a lady. "
Hangat. Dan Jenny malah membalas pelukan Kevin itu dan berdansa mengikuti irama. Tidak tahu karena apa_mungkin karena dia sudah mulai mabuk_untuk sesaat Jenny terhanyut di dalam ketenangan dan kehangatan pelukan Kevin. Rasanya ada sebuah tangan kekar yang telah menyelamatkannya dari jurang yang sangat dalam dan tak bertepi yang hampir saja menelan Jenny. Jenny memejamkan matanya untuk merasakan kehangatan itu lebih lama lagi.
Tapi saat membuka mata dan melihat Lars yang sedang menumpahkan wajahnya ke leher Cherry, hatinya pedih lagi. Ternyata jurangnya masih ada. Tangan Jenny gemetar lagi, matanya panas lagi, hatinya berdebar-debar lagi, dan kehangatan Kevin sudah pergi entah kemana. Kevin melihat ke arah yang sama dengan Jenny dan menyadari bahwa Jenny sedang memperhatikan Lars dan Cherry lagi. Dia memutar tubuhnya dan tubuh Jenny yang dipeluknya, sehingga pandangan Jenny terhalangi, lalu Kevin berkata: " Nggak usah dipaksain kalo lo nggak sanggup, Jen. "
Terlambat, Jenny sudah tidak bisa kembali tenang seperti tadi. Dia melepas pelukan Kevin dan melangkah ke meja. Diraihnya gelas yang sudah diisi sampanye tadi dan diminumnya hingga habis. Kepalanya pusing, hatinya sakit, matanya berat menahan air mata dan perutnya sudah sangat mual, tapi Jenny tidak perduli. Diraihnya botol sampanye lagi, dituangkannya lagi ke dalam gelas, lalu diminumnya lagi sampai habis. Tapi saat dia hendak menuangkan sampanye ke gelas berikutnya, Kevin menghentikannya. Kevin merebut botol sampanye dan gelas itu lalu diletakkannya jauh dari jangkauan dan menarik Jenny menjauhi meja.
" Lo apa-apaan sih!? "
Jenny tidak mendengar perkataan Kevin. Dia sedang merasakan perutnya yang terasa mual bukan main dan ingin muntah. Buru-buru dia berlari kearah kamar mandi dan menabrak Lars yang selesai berdansa dan akan kembali ke meja.
" Jen? " Lars menyapanya, tapi Jenny tidak menjawab apa-apa dan hanya melesat pergi. " Dia kenapa, Kev? " Tanya Lars sesudah sampai di meja.
Kevin terlihat sangat kacau. Raut wajahnya menunjukkan gabungan dari perasaan marah, kesal, panik dan tidak tahu harus berbuat apa, bercampur menjadi satu. Dia hanya menjawab dengan singkat. " Dia minum sampanye, kayaknya dia mabuk. "
" Mabuk? Dia minum berapa banyak? " Tanya Cherry dengan terkaget-kaget.
" Tiga Gelas. "
Lars menggeleng. " Dia nggak pernah minum, apalagi minum sampe tiga gelas. "
" I'll get her. "
Cherry menyusul Jenny ke toilet dan menemukan Jenny tengah membungkuk di salah satu bilik toilet dan mengeluarkan seluruh makanan yang tadi dimakannya. Kalau bisa, Jenny rela memberikan apa saja asalkan dia bisa mengeluarkan semua perasaannya saat itu bersama dengan muntahannya.

 
...Bersambung...