Multiplechoice


Sebuah layar menunggu dihadapanku, di bawahnya terdapat jajaran huruf-huruf yang siap untuk ditekan saat aku merangkai kata menjadi kalimat. Kalau saja menulis lebih mudah dari pada berbicara, mungkin aku tidak akan terdiam di atas tuts keyboard itu, merasa ingin merangkai kalimat-kalimat tapi malah diam membisu. Ternyata memang benar, inspirasi bisa datang kapan saja, di mana saja, tapi begitu tiba saat aku sangat membutuhkannya, inspirasi itu hilang entah kemana, lenyap ditelan tak tahu oleh apa. Tapi kadang kala merenung bisa sangat membantu untuk membangkitkan keinginan untuk menekan tuts dan menulis. Walaupun sebenarnya kadang kala tulisan yang dihasilkan malah tidak bermutu sama sekali, seperti tulisan ini misalnya. Yah… biarkan saja… bukankah sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk memanjakan moodku yang tidak menentu ini?
Oke, mari kita angkat satu tema untuk kali ini. Apa yang sedang aku pikirkan sekarang?
Hm… tunggu sebentar. Beri aku waktu untuk berpikir, paling tidak selama beberapa detik…
Yang sedang aku pikirkan saat ini adalah mengenai cinta. Oh astaga, tema ini sangat standart dan biasa sekali. Hal apa lagi yang bisa dipikirkan seorang gadis muda yang sedang galau kalau bukan soal cinta? Tapi memang itulah yang sedang aku pikirkan sekarang, jadi mau bagaimana lagi? Sudahlah… kita ambil saja tema ini, oke?
Baiklah, cinta… ada apa dengan cinta? Kedengarannya seperti sebuah judul film. Tapi cinta memang hal yang sangat tidak membosankan untuk diperbincangkan. Kali ini apa lagi ulahnya terhadapku? Sebenarnya masih sama, cinta bagiku adalah suatu perasaan yang paling sering mempermainkanku dengan seenaknya. Bagiku kadang cinta bisa begitu kejam. Dia bisa membuatku sakit hati dan begitu terpuruk kebingungan. Tapi di saat yang lain, cinta juga bisa membuatku senang, walaupun kalau mau jujur, cinta memang lebih sering membuatku limbung dan bingung.
Eh ngomong-ngomong, aku punya satu pertanyaan yang masih mengganjal di hatiku.
Jika kau diberikan beberapa pilihan yang cukup membingungkan, mana yang akan kau pilih?
  1. Seseorang yang ada di sisimu, begitu hangat seperti matahari pagi yang menyejukkan dan selalu bisa membuatmu nyaman. Membuatmu merasa bisa menjadi dirimu sendiri tanpa perlu berpura-pura, tapi suatu saat juga bisa membuatmu kesal karena perasaannya yang masih bimbang dan masih penuh pertanyaan hidup.
  2. Seseorang yang selalu membuatmu bertanya-tanya, begitu penasaran dan membuat geregetan. Yang begitu dewasa, mapan dan serius tapi juga terlihat sangat kesepian dan membuatmu merasa perlu bersikap lebih dewasa lagi dari pada sebelumnya. Kadang kala merebut hatinya hanya untuk sekedar bercakap-cakap saja merupakan tugas yang sangat berat dan membuatmu kikuk.
  3. Seseorang yang begitu ceria, selalu bisa membuatmu tertawa dengan leluconnya yang kocak dan mata kekanakkannya yang menggemaskan. Yang kadang kala begitu serampangan dalam hidup, begitu menikmati segala yang ada dalam hidupnya tapi juga terlihat berjuang sekuat tenaga untuk dapat membuktikan diri bahwa dia mampu mandiri. Perhatian yang diberikannya kadang begitu membuat gemas dan penasaran, tapi kau tahu ada begitu banyak halangan dan situasi yang membuatnya tidak akan mungkin bisa kau pilih.
Nah, diantara ketiga pilihan itu mana yang akan kau pilih?
Aku tahu semuanya tampak sangat membingungkan, aku juga merasa sebingung itu, bahkan lebih bingung lagi. Tapi kalian bisa kan membantuku untuk memilih mana yang terbaik bagiku? Karena jujur saja, ketiga pilihan itu adalah tiga hal yang paling sering aku pikirkan belakangan ini, yang membuatku bimbang.
Kalau saja aku boleh sedikit tamak, rakus sepertu orang kelaparan, maka aku akan memilih ketiganya. Tapi aku tahu itu tidak akan mungkin. Harus ada satu orang yang aku pilih, dan itu akan menentukan masa depanku.
Jujur saja, kadang kala aku membiarkan pikiranku melayang dan berandai-andai. Kalau saja aku memilih satu diantara tiga pilihan itu, bagaimana masa depanku nantinya?
Mungkin aku akan selamanya merasa nyaman dengan pilihan pertama, karena dia sudah begitu tahu mengenai diriku, mengenai keluargaku. Walaupun aku tidak yakin apa aku bisa diterima oleh keluarga besarnya dengan lapang dada, tapi aku yakin cintanya kepadaku memang tulus. Hanya satu yang tidak bisa aku dapatkan darinya, kepastian. Dia bahkan tidak tahu pasti apa yang menjadi target hidupnya tahun depan. Bukankah bagi wanita seorang laki-laki harus bisa merencanakan masa depannya dengan baik? Kalau tidak bagaimana dia bisa memimpin keluarganya nanti?
Jika aku memilih pilihan kedua, aku yakin masa depanku cukup terjamin. Dia memiliki masa depan yang cukup jelas, lebih jelas dari pada masa depan yang dimiliki pilihan pertama. Lagipula dia sudah sangat cukup umur, hanya tinggal mencari pasangan yang tepat baginya untuk segera berumah tangga dan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Tapi dia begitu serius. Setiap detik waktunya dihabiskan untuk bekerja, tidak ada waktu untuk bersenang-senang dan menghamburkan waktu berharga yang sebenarnya bisa dihabiskan di depan computer dan memandang angka-angka yang memusingkan kepala. Berada dihadapannya membuatku merasa harus bersikap jauh lebih dewasa, sesuatu yang masih belum bisa aku lakukan sampai saat ini. Sulit sekali mengambil hatinya, apa lagi aku sadar bahwa perasaannya yang begitu kesepian ternyata tidak bisa diobati begitu saja.
Dan pilihan ketiga keliahatannya jauh lebih santai. Dia adalah orang paling ceria yang pernah aku temui sejauh ini. Walaupun aku tidak tahu banyak mengenainya, tapi aku tahu bahwa sebagai anak laki-laki paling tua di keluarganya dia memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk dapat melanjutkan perusahaan keluarga dan membuktikan diri kepada sang ayah bahwa dia bisa menanggung beban sebesar itu. Tapi aku dan dia bagai bumi dan langit. Kalau kami bersatu maka besar kemungkinan kisah San Cai dan Tao Ming Tse akan terulang terhadap kami. Aku gadis biasa yang tidak mempunyai kekayaan ataupun kekuasaan apa-apa sedangkan keluarganya begitu perduli dengan sesuatu seperti itu. Tapi mengobrol dengannya sangat membuat santai dan menggembirakan, apalagi menerima perhatian darinya yang walaupun sebenarnya hanyalah perhatian antar teman tapi sangat membuatku bahagia.
Bagaimana? Pilihan-pilihan itu memang rumit, kan? Semuanya memiliki nilai lebih masing-masing yang bisa membuatku bahagia dan juga sedih dengan cara mereka masing-masing.
Kalau saja aku bisa memilih ketiganya…
Well, paling tidak empat halaman sudah terisi penuh dengan berderet-deret kalimat, berarti aku sudah melaksanakan tugasku untuk menulis. Dan pilihan-pilihan itu? Entahlah, biarkan saja waktu yang memilihkannya bagiku, aku menyerah.
241109 ~ Black Rabbit ~