Hai, ketemu lagi di tips nulis.
Sekarang kita ngobrol tentang cara mempercantik diksi, yuk!
Diksi adalah pemilihan kata yang
kita pakai dalam menulis. Setiap penulis harus bisa menggunakan kata-kata yang
tepat dalam tulisannya, begitu juga tata bahasa, penggunaan tanda baca dan juga
pemahaman mengenai efisiensi kalimat. Saya hanya akan membahas tips-tipsnya
dari segi umum saja, yah.
Untuk menulis sebuah naskah, kita
memang harus memperhatikan pilihan kata yang kita gunakan. Walaupun tidak
diharamkan menggunakan kata-kata gaul, tapi memang lebih disarankan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apa lagi jika kita berniat menawarkan
naskah kepada pihak lain, misalnya redaksi majalah atau penerbit. Sebenarnya alasannya
simple: karena tidak semua orang bisa mengerti kata-kata gaul itu.
Begitu juga dengan penggunaan
bahasa daerah. Tapi kata-kata gaul dan bahasa daerah boleh digunakan sebagai
pelengkap dalam naskah, misalnya untuk membantu membangun suatu karakter atau
dipakai sebagai istilah keren. Itu pun dibutuhkan kelengkapan seperti foot note
atau catatan kaki sebagai penjelasannya.
Pemilihan diksi juga berpengaruh
terhadap sasaran pembaca yang ditargetkan. Maksudnya, jika target pembaca
naskah kita adalah para pembaca muda, maka kata-kata gaul bisa saja digunakan
tanpa perlu ditambahkan penjelasan apa-apa. Karena itu perhatikan juga target
pasar sasaran kita, yah.
Penggunaan diksi juga sangat
penting jika kita menulis puisi. Menurut saya, menulis puisi adalah hal yang
paling sulit karena saya sendiri tidak bisa menggunakan diksi yang ‘sangat
sastra’. Maksud saya, menggunakan bahasa yang penuh kiasan dan kadang kala (
menurut saya, loh… ) sulit dimengerti. Tapi seiring perkembangan zaman dan
moderenisasi, puisi sudah berkembang sehingga tidak perlu lagi menggunakan
bahasa sastra. Dengan kata-kata sederhana, kita sudah bisa menulis sebuah
puisi. Yang perlu kita perhatikan hanyalah membentuk ciri khas kita sendiri.
Tapi kalau memang kekayaan kosa kata kalian begitu lengkap dengan bahasa sastra
ini, silahkan saja digunakan, tapi kalau tidak, jangan dipaksakan. Gunakan saja
bahasa Indonesia yang sudah pasti bisa dimengerti oleh kita sebagai penulis dan
orang lain sebagai pembaca.
Selain permainan diksi, tanda
baca juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Ini adalah
keterampilan paling dasar bagi seorang penulis. Kita harus sudah mengerti kapan
saat yang tepat menggunakan tanda titik, koma, tanda tanya dan berbagai tanda
baca lainnya. Ini sangat mempengaruhi dinamika tulisan kita dan menentukan
pemahaman pembaca atas apa yang kita tulis.
Efisiensi kalimat juga penting,
loh! Ini menyangkut skill kita dalam memilih kata-kata yang akan kita gunakan,
jangan sampai menggunakan terlalu banyak kalimat yang itu-itu saja untuk menjelaskan
satu hal. Ini bisa membuat para pembaca menjadi bosan. Juga hindari menggunakan
kata-kata yang menjelaskan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas, misalnya
menggunakan kata kerja ‘naik ke atas’. Kata ‘naik’ sendiri memang memiliki arti
‘ke atas’ jadi tidak perlu ditambahkan, kecuali kata ‘ke atas’ digunakan untuk
menjelaskan keterangan tempat secara lebih spesifik, misalnya ‘naik ke atas
kereta’.
Selain itu, hindari juga
penggunaan kata yang dipanjang-panjangkan, misalnya: ‘rasanya begituuuu….’ Penggunaan
kata seperti ini sering kali membuat pembaca menjadi kesal karena membaca kata
yang sama terlalu lama. Lagi pula kata itu tidak efektif penggunaannya. Jika
mau memberikan kesan tertentu, lebih baik tambahkan saja keterangannya di akhir
kalimat, misalnya: ‘”rasanya begitu.” Kata Ratih dengan bosan dan nada bicara
yang malas.’
Membaca buku-buku berkualitas
tetap saja menjadi guru paling mujarab untuk kita pelajari. Tapi, sekali lagi
dan begitu sering saya ingatkan, pilihlah buku yang benar-benar berkualitas.
Saya sendiri pernah mendapatkan buku yang memiliki kualitas pengeditan yang
sangat mengecewakan. Bukan hanya terdapat begitu banyak kesalahan penulisan
alias typo, tapi juga alinea yang tidak jelas, foot note yang diletakkan begitu
saja sampai alur cerita yang berantakan, seolah buku itu dicetak tanpa melalui
proses editing yang semestinya, hanya dicetak apa adanya.
Itu sangat menyebalkan! Padahal
saya menemukan beberapa tulisan yang berpotensi bagus dan sungguh menarik untuk
dibaca, tapi karena proses editing yang kacau membuat saya malas menlanjutkan
membaca. Sayang sekali, kan? Karena itu, pilihlah bacaan yang benar-benar
berkualitas yah, karena bacaan kita sangat mempengaruhi gaya penulisan kita
masing-masing. Belajarlah dari yang terbaik agar bisa menghasilkan karya
terbaik juga.
Ada banyak hal lain yang perlu
diperhatikan untuk mempercantik diksi, tapi untuk membahasnya lebih dalam
dibutuhkan kemampuan seorang editor yang lebih berpengalaman. Saya di sini
hanya mencoba mengingatkan beberapa point yang umumnya sering terlewatkan saja.
Karenanya jika terdapat kekurangan dari penjelasan saya kali ini, saya mohon
maaf. Silahkan hubungi saya supaya saya bisa memperbaiki atau melengkapi
kekurangannya. Jadi, semoga bermanfaat dan selamat menulis! (^_^)
120512 ~Black Rabbit~