TIPS NULIS #6: PERCANTIK DIKSI


Hai, ketemu lagi di tips nulis. Sekarang kita ngobrol tentang cara mempercantik diksi, yuk!

Diksi adalah pemilihan kata yang kita pakai dalam menulis. Setiap penulis harus bisa menggunakan kata-kata yang tepat dalam tulisannya, begitu juga tata bahasa, penggunaan tanda baca dan juga pemahaman mengenai efisiensi kalimat. Saya hanya akan membahas tips-tipsnya dari segi umum saja, yah.

Untuk menulis sebuah naskah, kita memang harus memperhatikan pilihan kata yang kita gunakan. Walaupun tidak diharamkan menggunakan kata-kata gaul, tapi memang lebih disarankan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apa lagi jika kita berniat menawarkan naskah kepada pihak lain, misalnya redaksi majalah atau penerbit. Sebenarnya alasannya simple: karena tidak semua orang bisa mengerti kata-kata gaul itu.
Begitu juga dengan penggunaan bahasa daerah. Tapi kata-kata gaul dan bahasa daerah boleh digunakan sebagai pelengkap dalam naskah, misalnya untuk membantu membangun suatu karakter atau dipakai sebagai istilah keren. Itu pun dibutuhkan kelengkapan seperti foot note atau catatan kaki sebagai penjelasannya.

Pemilihan diksi juga berpengaruh terhadap sasaran pembaca yang ditargetkan. Maksudnya, jika target pembaca naskah kita adalah para pembaca muda, maka kata-kata gaul bisa saja digunakan tanpa perlu ditambahkan penjelasan apa-apa. Karena itu perhatikan juga target pasar sasaran kita, yah.

Penggunaan diksi juga sangat penting jika kita menulis puisi. Menurut saya, menulis puisi adalah hal yang paling sulit karena saya sendiri tidak bisa menggunakan diksi yang ‘sangat sastra’. Maksud saya, menggunakan bahasa yang penuh kiasan dan kadang kala ( menurut saya, loh… ) sulit dimengerti. Tapi seiring perkembangan zaman dan moderenisasi, puisi sudah berkembang sehingga tidak perlu lagi menggunakan bahasa sastra. Dengan kata-kata sederhana, kita sudah bisa menulis sebuah puisi. Yang perlu kita perhatikan hanyalah membentuk ciri khas kita sendiri. Tapi kalau memang kekayaan kosa kata kalian begitu lengkap dengan bahasa sastra ini, silahkan saja digunakan, tapi kalau tidak, jangan dipaksakan. Gunakan saja bahasa Indonesia yang sudah pasti bisa dimengerti oleh kita sebagai penulis dan orang lain sebagai pembaca.

Selain permainan diksi, tanda baca juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Ini adalah keterampilan paling dasar bagi seorang penulis. Kita harus sudah mengerti kapan saat yang tepat menggunakan tanda titik, koma, tanda tanya dan berbagai tanda baca lainnya. Ini sangat mempengaruhi dinamika tulisan kita dan menentukan pemahaman pembaca atas apa yang kita tulis.

Efisiensi kalimat juga penting, loh! Ini menyangkut skill kita dalam memilih kata-kata yang akan kita gunakan, jangan sampai menggunakan terlalu banyak kalimat yang itu-itu saja untuk menjelaskan satu hal. Ini bisa membuat para pembaca menjadi bosan. Juga hindari menggunakan kata-kata yang menjelaskan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas, misalnya menggunakan kata kerja ‘naik ke atas’. Kata ‘naik’ sendiri memang memiliki arti ‘ke atas’ jadi tidak perlu ditambahkan, kecuali kata ‘ke atas’ digunakan untuk menjelaskan keterangan tempat secara lebih spesifik, misalnya ‘naik ke atas kereta’.

Selain itu, hindari juga penggunaan kata yang dipanjang-panjangkan, misalnya: ‘rasanya begituuuu….’ Penggunaan kata seperti ini sering kali membuat pembaca menjadi kesal karena membaca kata yang sama terlalu lama. Lagi pula kata itu tidak efektif penggunaannya. Jika mau memberikan kesan tertentu, lebih baik tambahkan saja keterangannya di akhir kalimat, misalnya: ‘”rasanya begitu.” Kata Ratih dengan bosan dan nada bicara yang malas.’

Membaca buku-buku berkualitas tetap saja menjadi guru paling mujarab untuk kita pelajari. Tapi, sekali lagi dan begitu sering saya ingatkan, pilihlah buku yang benar-benar berkualitas. Saya sendiri pernah mendapatkan buku yang memiliki kualitas pengeditan yang sangat mengecewakan. Bukan hanya terdapat begitu banyak kesalahan penulisan alias typo, tapi juga alinea yang tidak jelas, foot note yang diletakkan begitu saja sampai alur cerita yang berantakan, seolah buku itu dicetak tanpa melalui proses editing yang semestinya, hanya dicetak apa adanya.

Itu sangat menyebalkan! Padahal saya menemukan beberapa tulisan yang berpotensi bagus dan sungguh menarik untuk dibaca, tapi karena proses editing yang kacau membuat saya malas menlanjutkan membaca. Sayang sekali, kan? Karena itu, pilihlah bacaan yang benar-benar berkualitas yah, karena bacaan kita sangat mempengaruhi gaya penulisan kita masing-masing. Belajarlah dari yang terbaik agar bisa menghasilkan karya terbaik juga.

Ada banyak hal lain yang perlu diperhatikan untuk mempercantik diksi, tapi untuk membahasnya lebih dalam dibutuhkan kemampuan seorang editor yang lebih berpengalaman. Saya di sini hanya mencoba mengingatkan beberapa point yang umumnya sering terlewatkan saja. Karenanya jika terdapat kekurangan dari penjelasan saya kali ini, saya mohon maaf. Silahkan hubungi saya supaya saya bisa memperbaiki atau melengkapi kekurangannya. Jadi, semoga bermanfaat dan selamat menulis! (^_^)

120512 ~Black Rabbit~