TIPS NULIS #7: POINT OF VIEW


Wah, tema tips nulis kali ini agak bule, judulnya aja pake bahasa Inggris. Hehehehe… (^_^)

Yuk kita bahas, apa itu Point Of View?

Point Of View yang saya maksud adalah sudut pandang yang dipakai penulis untuk bercerita pada naskahnya. Sejauh ini saya mengenal dua jenis sudut pandang yang sering digunakan, yaitu secara Objectif dan Subjectif.

Sudut pandang secara Objectif adalah metode menulis yang mengibaratkan penulis sebagai pencerita. Biasanya penulis akan mengibaratkan tokohnya sebagai orang ketiga dan menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal ( misalnya menggunakan ‘dia’ atau ‘-nya’ ). Sedangkan sudut pandang secara Subjectif adalah metode menulis yang mengibaratkan penulis sebagai si tokoh itu sendiri. Biasanya penulis akan menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dalam bercerita ( misalnya menggunakan ‘aku’ ).

Penggunaan kedua sudut pandang ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya, penggunaan sudut pandang secara Objectif bisa memudahkan kita mengembangkan setiap karakter tokoh yang ada, tidak hanya tokoh utamanya saja. Cara seperti ini tentu memberi keluasaan bagi kita untuk mengembangkan tema yang ada atau bahkan meng-eksplore tema tersebut dari sudut pandang tokoh yang berbeda-beda pula.

Tapi jangan lupa untuk tetap mengembangkan tema dengan porsi yang tepat, ya. Jangan sampai mengembangkan tema dengan semua tokoh yang ada sehingga membuat tema melebar terlalu luas. Kita harus tahu benar sampai mana tema tersebut ingin kita gali. Lebih baik hentikan penggalian tema pada titik tertentu, terutama saat sedang menyusun naskah serial. Biarkan sisanya menjadi misteri agar para pembaca bisa merasa greget dan ingin tahu lebih jauh lagi. Percaya deh, walaupun mereka menggerutu karena menerima ending yang penuh misteri seperti itu, tapi cerita itu akan sangat membekas di pikiran mereka.

Sedangkan menulis dengan menggunakan sudut pandang Subjectif akan dengan mudah membuat para pembaca terhanyut pada kisah yang kita sajikan. Ini dikarenakan sudut pandang Subjectif yang kita gunakan membuat kita dapat meng-eksplore perasaan paling dalam sang tokoh utama. Dengan metode ini, tokoh utama yang kita bentuk adalah kaca mata yang kita ciptakan bagi para pembaca. Semua konflik, klimaks dan bahkan anti klimaks-nya disusun berdasarkan satu sudut pandang saja. Hal ini tentu saja merupakan senjata yang ampuh jika kita memang bertujuan mengajak para pembaca terlibat langsung dengan emosi sang tokoh utama. Contohnya seperti kisah Isabella Swan karya Stephanie Meyer dalam novel terkenalnya: The Twilight Saga.

Tapi metode ini bisa sangat menjebak jika kita tidak bisa menggunakannya dengan baik. Sudut pandang satu tokoh yang itu-itu saja dan meng-eksplore perasaan sang tokoh utama hingga terlalu jauh akan bisa membuat para pembaca bosan. Karena itu kita harus tahu benar porsi yang tepat untuk menceritakan setiap kisah. Saya pribadi selalu berusaha menyingkap detail perasaan sang tokoh utama secara perlahan, didukung dengan dialog yang pas dan ditambah shocking scene pada waktu yang tepat untuk menyiasatinya.

Sebagai penulis yang baik kita harus bisa menguasai kedua sudut pandang ini dengan baik karena keduanya sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan menulis kita. Orang lain tidak bisa memutuskan seorang penulis harus menggunakan sudut pandang yang mana, karena setiap penulis mempunyai ciri khas masing-masing. Karena itu cobalah menggunakan kedua sudut pandang ini lalu temukan kelebihan dan kekurangannya sesuai dengan gaya penulisanmu.

Oh iya, walaupun kedua sudut pandang ini memiliki kelebihan dan kekurangannya tapi bukan berarti tidak bisa digunakan dalam waktu bersamaan, loh! Memang, semua berhubungan erat dengan kreatifitas masing-masing penulis. Jika mampu, kita bisa saja menggunakan kedua sudut pandang ini dalam satu naskah. Misalnya pada bab satu kita menceritakan kisah dari sudut pandang Subjectif, lalu pada bab selanjutnya kita menggunakan sudut pandang Objectif tokoh yang lain. Bisa juga menggunakan metode sudut pandang Subjectif pada beberapa tokoh dalam satu naskah, bukan hanya tokoh utama saja. Metode inilah yang saya gunakan pada novel pertama saya: The Chronicle Of Enigma: The Two Rings.

Tapi, sekali lagi saya ingatkan, kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pahami dulu kedua metode ini baru putuskan akan memakai metode yang mana. Semua tergantung pada kreatifitas si penulis, jadi berkreasilah!

Seperti biasa, kalau mau tanya-tanya lebih lanjut atau yang mau request tema selanjutnya bisa contact saya di semua alamat social media saya. Oke! (^_^)

190512 ~Black Rabbit~