Wah, tema tips nulis kali ini agak bule, judulnya aja pake bahasa Inggris.
Hehehehe… (^_^)
Yuk kita bahas, apa itu Point Of View?
Point Of View yang saya maksud adalah sudut pandang yang dipakai penulis
untuk bercerita pada naskahnya. Sejauh ini saya mengenal dua jenis sudut
pandang yang sering digunakan, yaitu secara Objectif dan Subjectif.
Sudut pandang secara Objectif adalah metode menulis yang mengibaratkan
penulis sebagai pencerita. Biasanya penulis akan mengibaratkan tokohnya sebagai
orang ketiga dan menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal ( misalnya
menggunakan ‘dia’ atau ‘-nya’ ). Sedangkan sudut pandang secara Subjectif
adalah metode menulis yang mengibaratkan penulis sebagai si tokoh itu sendiri.
Biasanya penulis akan menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dalam
bercerita ( misalnya menggunakan ‘aku’ ).
Penggunaan kedua sudut pandang ini memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Misalnya, penggunaan sudut pandang secara Objectif bisa
memudahkan kita mengembangkan setiap karakter tokoh yang ada, tidak hanya tokoh
utamanya saja. Cara seperti ini tentu memberi keluasaan bagi kita untuk
mengembangkan tema yang ada atau bahkan meng-eksplore tema tersebut dari sudut
pandang tokoh yang berbeda-beda pula.
Tapi jangan lupa untuk tetap mengembangkan tema dengan porsi yang tepat,
ya. Jangan sampai mengembangkan tema dengan semua tokoh yang ada sehingga
membuat tema melebar terlalu luas. Kita harus tahu benar sampai mana tema
tersebut ingin kita gali. Lebih baik hentikan penggalian tema pada titik
tertentu, terutama saat sedang menyusun naskah serial. Biarkan sisanya menjadi
misteri agar para pembaca bisa merasa greget dan ingin tahu lebih jauh lagi.
Percaya deh, walaupun mereka menggerutu karena menerima ending yang penuh
misteri seperti itu, tapi cerita itu akan sangat membekas di pikiran mereka.
Sedangkan menulis dengan menggunakan sudut pandang Subjectif akan dengan
mudah membuat para pembaca terhanyut pada kisah yang kita sajikan. Ini
dikarenakan sudut pandang Subjectif yang kita gunakan membuat kita dapat
meng-eksplore perasaan paling dalam sang tokoh utama. Dengan metode ini, tokoh
utama yang kita bentuk adalah kaca mata yang kita ciptakan bagi para pembaca.
Semua konflik, klimaks dan bahkan anti klimaks-nya disusun berdasarkan satu
sudut pandang saja. Hal ini tentu saja merupakan senjata yang ampuh jika kita
memang bertujuan mengajak para pembaca terlibat langsung dengan emosi sang
tokoh utama. Contohnya seperti kisah Isabella Swan karya Stephanie Meyer dalam
novel terkenalnya: The Twilight Saga.
Tapi metode ini bisa sangat menjebak jika kita tidak bisa menggunakannya
dengan baik. Sudut pandang satu tokoh yang itu-itu saja dan meng-eksplore
perasaan sang tokoh utama hingga terlalu jauh akan bisa membuat para pembaca
bosan. Karena itu kita harus tahu benar porsi yang tepat untuk menceritakan
setiap kisah. Saya pribadi selalu berusaha menyingkap detail perasaan sang
tokoh utama secara perlahan, didukung dengan dialog yang pas dan ditambah
shocking scene pada waktu yang tepat untuk menyiasatinya.
Sebagai penulis yang baik kita harus bisa menguasai kedua sudut pandang ini
dengan baik karena keduanya sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan
menulis kita. Orang lain tidak bisa memutuskan seorang penulis harus menggunakan
sudut pandang yang mana, karena setiap penulis mempunyai ciri khas
masing-masing. Karena itu cobalah menggunakan kedua sudut pandang ini lalu
temukan kelebihan dan kekurangannya sesuai dengan gaya penulisanmu.
Oh iya, walaupun kedua sudut pandang ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya tapi bukan berarti tidak bisa digunakan dalam waktu bersamaan,
loh! Memang, semua berhubungan erat dengan kreatifitas masing-masing penulis.
Jika mampu, kita bisa saja menggunakan kedua sudut pandang ini dalam satu naskah.
Misalnya pada bab satu kita menceritakan kisah dari sudut pandang Subjectif,
lalu pada bab selanjutnya kita menggunakan sudut pandang Objectif tokoh yang
lain. Bisa juga menggunakan metode sudut pandang Subjectif pada beberapa tokoh
dalam satu naskah, bukan hanya tokoh utama saja. Metode inilah yang saya
gunakan pada novel pertama saya: The Chronicle Of Enigma: The Two Rings.
Tapi, sekali lagi saya ingatkan, kedua metode ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Pahami dulu kedua metode ini baru putuskan akan
memakai metode yang mana. Semua tergantung pada kreatifitas si penulis, jadi
berkreasilah!
Seperti biasa, kalau mau tanya-tanya lebih lanjut atau yang mau request
tema selanjutnya bisa contact saya di semua alamat social media saya. Oke!
(^_^)
190512 ~Black Rabbit~