Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 11 -
- Part 11 -
… Episode sebelumnya …
Jenny kaget bukan main karena ternyata Kevin adalah sahabat Lars! Tadinya Jenny hanya ingin memperkenalkan Kevin kepada teman-teman di kantornya agar mereka bisa mengatakan kepada Lars bahwa Jenny memang sudah punya pacar, tapi secara tidak sengaja Kevin dan Lars benar-benar bertemu dan ternyata mereka adalah sahabat karib! …
Jenny mengurungkan niatnya untuk mematahkan tulang-tulang Louise saat bertemu dengan sahabatnya itu keesokan pagi. Itu dikarenakan Louise bisa membela diri dengan mengatakan alasan yang benar-benar tepat sehingga sekarang Jenny sedang sibuk berpikir dari mana alasan-alasan itu bisa di dapat Louise.
" Gua ngaku, emang gua yang ngasih tau semua hal tentang lo ke Kevin, tapi itu karena gua mau semua rencana kita berhasil. Kevin kan bakal jadi cowok lo yang udah jadian lama, masa dia nggak tau apa-apa tentang lo atau tentang keluarga lo? "
Jenny hanya diam karena merasa sudah pernah mendengar alasan ini dikatakan. Dia berusaha untuk mengingat dimana dia pernah mendengarnya sambil memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Dan akhirnya dia ingat kalau alasan itu pernah dikatakan Kevin kepadanya.
" Lo pasti udah kong-kalikong sama Kevin. Iya, kan? "
" Kan gua udah bilang—"
" Ya-ya… Ini supaya rencana kita berhasil. Gitu? " Jenny menyelesaikan perkataan Louise sambil membanting jeansnya ke dalam koper.
" Emang itu alasannya. " Bela Louise sambil melipat pakaian Jenny dan memasukkannya ke dalam koper. " Ngomong-ngomong Jen, lo bener-bener mau tinggal sama nyokap lo? " Tanya Louise lagi.
" Kenapa? "
" It's so not like you! Gua tau gimana sifat lo, lo nggak bakalan mau tinggal sama nyokap lo, kecuali kepaksa. Bener, kan? "
" Kalo gua bilang, gua mau tinggal sama nyokap gua karena gua sayang sama dia, apa itu termasuk alasan terpaksa? "
" Bukan berarti gua nggak yakin lo nggak sayang sama nyokap lo… "
" Iya, gua tau… Sebenernya itu bukan hanya alasannya sih… "
" Jadi apa? "
" Gua mau tinggal sama dia karena dia bilang gua hanya bakal tinggal sama dia tiga bulan, nggak lebih. "
" Itu alasannya? "
" Iya. "
Akhirnya Louise diam. Baginya tidak ada hal yang berbeda antara alasan pertama dan alasan kedua, tapi dia tidak mengatakan pendapatnya itu kepada Jenny karena mungkin saja bagi Jenny alasan itu sangat berbeda dan mempunyai arti tersendiri baginya. Mengatakan hal yang sebenarnya kepada Jenny yang baru saja mengurungkan niat untuk menghancurkan tulang-tulangnya bukanlah hal yang tepat.
" Gimana tampang Lars waktu tau kalo sobatnya yang jadi pacar lo? " Tanya Louise lagi dengan serius.
" Lo nggak bakal percaya kalo nggak ngeliatnya sendiri, soalnya gua aja nggak nyangka. Dia keliatan lega banget! Malah dia bilang kalo tadinya dia mikir gua boong sama dia soal pacar gua. "
" Hah, dia ngomong gitu? " Jenny mengangguk. " Kalo gitu buat apa lo capek-capek boong mulu sama dia? " Jenny mengangkat bahunya.
" Gua juga nggak tau, gua ngerasa bego banget. "
" Kalo gitu, Kevin nggak ada gunanya dong? "
" Iya, seharusnya gitu. Tapi masalahnya gua udah terlanjur ngenalin dia sebagai pacar gua. "
Louise memukul dahinya sendiri. " Ancur! Kalo gitu, mau nggak mau lo harus ngelanjutin akting lo sebagai pacarnya Kevin dong? " Jenny mengangguk lemah.
" Kevinnya gimana? "
" Dia kaget juga sih, tapi dia malah tetep kekéh bilang kalo dia bakal bikin gua jatuh cinta sama dia. Ih… " Jenny mengernyit dengan jijik. " Nggak mungkin lah gua bisa suka sama cowok botak kayak dia, apa lagi jatuh cinta? Kebalik kali nih dunia. "
" Tapi, Kevin tuh cowok yang baik loh, Jen. Lo jangan ngeliat dia hanya gara-gara dia botak dong. "
" Nggak, tapi dia emang nyebelin. Gua nggak suka sama dia. "
Jenny mulai emosi lagi sehingga Louise mulai ikut tertawa supaya Jenny tidak emosi lagi melihat wajahnya yang serius. Di tengah acara tertawa bersama yang agak kaku itu, tiba-tiba terdengar bunyi klakson dari luar.
" Itu pasti supir yang dikirim nyokap gua, ntar ya gua liat dulu. " Jenny melangkah keluar sementara Louise memasukkan pakaian yang terakhir dan menutup koper. Tapi tidak lama kemudian Jenny masuk lagi ke dalam kamar sambil marah-marah.
" Kenapa Jen? " Tanya Louise keheranan.
" Nyokap gua emang gila! " Tanpa menjelaskan apa-apa lagi Jenny langsung meraih ponselnya dan menghubungi ponsel ibunya. Terdengar suara 'Halo' yang menyahut di ujung sana. " Mom, ngapain mom kirim mobil box kesini? "
" Halo Jenny sayang… Ada apa? Kamu kan mau tinggal denganku? Karena itu mom mengirim sebuah mobil box untuk mengambil barang-barangmu… "
Jenny semakin geram. " Jenny hanya tinggal tiga bulan disana, bukan selamanya. Mom kira Jenny mau pindah rumah apa? Jenny hanya bawa dua koper mom! "
" Dua koper? Apa itu cukup sayang… "
" Lebih dari cukup! Pokoknya Jenny udah suruh supir mom pulang, Jenny pergi sama mobil Jenny sendiri aja. "
" Ya, terserah kamu sayang… "
Jenny dan Lili menutup telepon bersamaan. Lili melanjutkan acara di salonnya sedangkan Jenny melanjutkan acara ngomel-ngomelnya.
" Nyokap lo ngirim mobil box? " Louise bertanya dengan kaget.
" Iya! Parah, kan? Gua pergi pake mobil gua aja. "
" Well, have a good time! "
" I won't, trust me. "