Jatuh cinta.
J-A-T-U-H-C-I-N-T-A
Aneh sekali, kenapa dua kata ini bisa-bisanya membuat keningku berkerut dan otakku berpikir keras?
Baru saja beberapa hari yang lalu aku mengalami hal yang sangat aneh. Dengan sangat tiba-tiba aku menemukan sebuah toko. Toko ini bukan toko baru, bisa ku lihat dari cat dindingnya yang tidak lagi berwarna mengkilap seperti baru dipoles. Toko ini juga tidak terlalu menarik perhatianku pada awalnya, aku pasti akan melewatkannya begitu saja tanpa menoleh sedikit pun jika aku berjalan di depannya. Tapi begitu aku memperhatikan apa yang terpajang di balik kaca etalasenya yang tidak terlalu besar, tiba-tiba kakiku berhenti untuk mengamatinya. Di balik etalase itu hanya terpasang sebuah papan berwarna coklat dengan sebuah gambar hati besar di tengah-tengahnya. Sebuah tulisan yang juga cukup besar tertulis di samping gambar hati itu dengan tinta berwarna merah dan sebuah tanda seru di akhir kata: SALE. Deretan kata-kata yang lebih kecil tertulis di bawahnya untuk menerangkan symbol itu.
" Cinta: ditawarkan kepada siapa saja yang berminat dengan diskon menarik. Jangan sampai kehabisan, persediaan terbatas. "
Dan aku termenung dengan kening menempel di kaca,mata memicing untuk membaca kata-kata kecil itu berulang-ulang dan bahkan begitu ingin meraba papan itu untuk meyakinkan diriku bahwa semua itu adalah nyata.
Astaganaga, akhirnya aku hanya bisa mengutuk di dalam hati.
Zaman sekarang memang sudah benar-benar gila. Banyak orang yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada hal yang tidak bisa di beli dengan uang. Wanita, kekuasaan, harta, anak dan bahkan cinta. Dan kini aku menemukan sebuah toko dengan cinta yang ditawarkan dengan diskon menarik di etalasenya. Sial, ternyata perkataan mereka benar.
Kenapa?
Kenapa saat ini aku bisa menemukan toko ini, melihat ke etalasenya dan merasa sangat tertarik dengan barang yang di tawarkan itu? Bagaimana bisa? Sementara aku seharusnya tidak membutuhkan cinta yang lain lagi? Tapi bagaimana aku bisa menolak kalau ternyata toko itu sepertinya hanya menawarkannya kepadaku? Tidak ada orang lain yang tertarik melihat etalase itu selain aku, padahal mereka sama-sama melewati depan toko itu seperti aku tapi mereka malah lebih tertarik melihat tingkah lakuku yang bodoh di depan toko itu dari pada memandangi etalasenya. Aneh benar…
Dan tingkah laku bodoh apa yang aku lakukan?
Aku berdebar-debar seperti orang gila. Setiap kali aku melihat papan hati itu, jantungku berdebar lebih cepat, napasku tiba-tiba terasa sesak, perutku mual dan aku tidak bisa lagi menggerakkan seluruh tubuhku dengan benar tanpa menimbulkan getaran aneh. Dan parahnya lagi, aku yakin kalau semua itu adalah gejala penyakit membahayakan yang dinamakan jatuh cinta.
Oh-tidak.
Tidak-tidak-tidak-tidak boleh.
Aku tidak boleh merasakan itu.
Berhenti bertindak bodoh, ayo kuasai dirimu sendiri.
Apa yang ditawarkan melalui etalase belum tentu sebagus seperti yang kau lihat saat itu. Bulan terlihat begitu cantik jika di lihat dari bumi, tapi saat kau bisa melihatnya dari dekat maka tidak ada keindahan yang kau dapat kecuali kawah-kawah besar yang merusak permukaan dan hawa dingin yang tidak bersahabat. Dan apa yang ditawarkan di balik etalase kaca itu juga sama, jadi seharusnya aku tidak perlu merasa begitu menginginkannya.
Lagipula, apa kau lupa dengan pengalaman burukmu dulu?
Ingatkah kau bahwa dulu kau juga pernah begitu tertarik dengan etalase sebuah toko dan saat kau akhirnya memutuskan untuk mengambil barang itu ternyata barang itu menyakitimu? Dia menyakitimu begitu dalam sehingga kau bahkan begitu takut untuk melihat etalase toko-toko lain?
" Tapi aku tidak mau kita menjadi saudara! "
Iya, aku mengingatnya. Aku mengingatnya dengan sangat jelas bagaimana rasa itu begitu menusukku sekian lama.
Tapi… bukankah aku berhak merasakan kebahagiaan, walaupun sedikit? Aku melihat kebahagiaan di balik etalase itu, aku melihat cita-citaku di sana yang menunggu untuk di wujudkan. Dan aku melihat rasa aman di sana, rasa yang tidak pernah aku lihat di toko lain, rasa yang begitu menggiurkan.
Aku begitu ingin mendapatkannya dan entah kenapa aku merasa begitu yakin bahwa ini adalah hal benar yang harus aku lakukan.
Begitu sampai di titik ini aku merasa bahwa papan iklan di balik etalase itu sudah tidak penting lagi. Aku tidak perlu membaca kata-kata yang menggiurkan itu lagi, aku tidak perduli diskon berapa pun yang akan aku terima. Aku hanya ingin masuk ke dalam toko itu dan melihat-lihat. Aku yakin akan menemukan sesuatu yang sangat berharga di sana.
Angin sepoi-sepoi yang cukup dingin menerpa wajahku saat aku berjalan menuju pintu kaca toko kecil itu. Sebuah papan yang bertuliskan kata: OPEN langsung tertangkap mataku di sana. Aku menarik napas panjang saat tanganku sudah menggenggam gagang pintu lalu mencoba mengatur lagi detak jantungku supaya terdengar lebih pelan dan mencoba merapikan rambutku dengan satu tangan. Aku mendorong gagang pintu itu dengan satu gerakan mantap yang langsung di sambut bunyi bel kecil yang berbunyi nyaring.
" Hai… "
Aku di sambut oleh seorang pria yang tersenyum tulus. Dan aku langsung tersadar bahwa pria ini adalah pria kedua yang memiliki pandangan mata paling dahsyat yang pernah aku temui.
~Black Rabbit~