Setelah seri Harry Potter dan The
Twilight Saga telah merampungkan seri mereka, penonton seolah kehilangan film
seri yang akan sangat ditunggu-tunggu kelanjutannya di setiap tahun. Tapi rasa
kehilangan ini segera terobati saat sebuah film berjudul The Hunger Games yang
merupakan adaptasi novel trilogy karya Suzanne Collins diluncurkan pada Maret
2012. Film pertama ini mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa sehingga
project lanjutannya pun segera dibuat, bahkan seri pamungkasnya pun akan dipecah
menjadi dua film seperti yang dilakukan film-film seri berdasarkan novel
pendahulu mereka yang menuai sukses luar biasa.
Akhir tahun ini, tepatnya pada November
2013, sequel dari The Hunger Games yang berjudul Catching Fire pun dirilis. Berbeda
dari film pertama, film kedua ini disutradarai oleh Francis Lawrence yang bukan
saja sudah berhasil menelurkan karya-karya berkualitas seperti Constantine, I
Am A Legend dan Water for Elephants, tapi sang sutradara asal America ini pun
merupakan sutradara video clip yang sudah malang melintang dan menangani begitu
banyak penyanyi terkenal seperti Backstreet Boys, Britney Spears, Justin
Timberlake, Beyonce dan bahkan sang Lady Monster: Lady Gaga.
Catching Fire masih mengisahkan dua
pemeran utamanya: Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dan Peeta Mellark (Josh
Hutcherson) yang sebelumnya telah berhasil memenangkan pertandingan tahunan Hunger
Games ke-74 sebagai satu-satunya dan pertama kalinya pemenang yang merupakan
dua orang sepasang kekasih. Padahal sebenarnya Katniss tidak memiliki perasaan
special terhadap Peeta sementara Peeta menyimpan perasaan yang tidak berbalas
terhadap teman satu Districtnya itu. Tapi hubungan pura-pura mereka sudah
menjadi konsumsi public, dan Presiden Coriolanus Snow (Donald Sutherland)
sendiri mendatangi Katniss di rumah kemenangannya di District 12 untuk
memastikan sekaligus mengancam Katniss agar mau melanjutkan acting mereka
sebagai sepasang kekasih bersama Peeta sepanjang tur kemenangan ke seluruh
District yang akan mereka lakukan bersama. Katniss sama sekali tidak bisa
melawan. Dia bahkan rela untuk mengumumkan pernikahan di depan seluruh District
dan di depan kamera walaupun itu berarti dia harus membohongi semua orang lagi
dan lagi.
Tapi ternyata pengaruh yang
dibawa Katniss dan Peeta tidak hanya sekadar hubungan romantis mereka saja,
tapi juga perbuatan mereka yang melanggar peraturan dan menentang Capitol
membuat berbagai orang di hampir seluruh District tergerak untuk melakukan
pemberontakan terhadap Capitol. Hal ini membuat Presiden Snow semakin kebakaran
jenggot. Dengan niat yang sangat mengebu-gebu untuk ‘memusnahkan’ Katniss,
President Snow yang dibantu oleh ketua komite Hunger Games yang baru: Plutarch
Heavensbee (Philip Seymour) merencanakan permainan Hunger Games yang berbeda
dari pada sebelumnya. Dalam rangka memperingati Hunger Games yang ke-75,
Presiden Snow dan Plutarch mengadakan Quarter Quell ke-3 di mana dalam Quarter
Quell ini para pemenang sebelumnya dari seluruh District akan diundi dan harus
bertarung lagi untuk mendapatkan seorang pemenang di antara para pemenang yang
lain. Sebagai satu-satunya pemenang wanita dari District 12, Katniss sama
sekali tidak bisa mengelak untuk mengikuti Quarter Quell tersebut bersama Peeta
yang langsung mengajukan diri setelah sebelumnya mentor mereka: Haymitch
Abernathy (Woody Harrelson) yang terpilih.
Bersama tim kemenangan yang sama
seperti sebelumnya: Haymitch sebagai mentor, Effie Trinket (Elizabeth Banks)
sebagai ‘manager’ dan juga Cinna (Lenny Kravitz) sebagai penata busana, Katniss
dan Peeta pun harus mempertaruhkan nyawa sekali lagi. Menurut Haymitch, kali
ini Katniss dan Peeta harus bisa berkoalisi bersama para peserta dari District
yang lain agar mereka tidak menjadi sasaran empuk pertama yang akan dibunuh di
medan pertempuran nanti. Bagi Katniss yang sama sekali tidak mudah bergaul
dengan orang lain, ini adalah hal yang cukup sulit, tapi untunglah dengan
kekakuannya Katniss akhirnya bisa bersahabat dengan Finnick Odair (Sam Claflin)
dan Mags (Lynn Cohen) dari District 4, Wiress (Amanda Plummer) dan Beetee
Latier (Jeffrey Wright) dari District 3 dan juga satu-satunya peserta dari
District 7 yang arogan Johanna Mason (Jena Malone). Di arena, mereka saling
membantu untuk bisa mempertahankan diri dan melancarkan rencana mereka yang
ternyata sangat diluar dugaan, bahkan oleh Katniss dan Peeta sendiri.
Dalam sebuah film yang terdiri
dari beberapa seri, memang tidak mudah membuat sebuah sequel. Biasanya film
kedua akan mendapatkan ekspektasi yang cukup besar dari penonton film
pertamanya. Mereka telah mendapatkan sebuah fondasi yang bisa dibilang cukup
kuat dari film pertama tersebut dan mengharapkan sebuah kisah lanjutan yang
setidaknya harus bisa lebih baik dari pada film pertama. Jika sebuah seri film
berdasarkan novel laris, ini merupakan sebuah tantangan tambahan yang sangat
memerlukan perhatian tambahan. Pasalnya, para penonton akan terdiri dari para pembaca
yang sudah lebih dulu membaca dan tahu bagaimana kisah dalam buku dan film
kedua ini akan berakhir. Sang sineas harus bisa ‘menerjemahkan’ film kedua ini
dengan sangat baik jika tidak ingin dicerca para pembaca PLUS dicerca para
penonton film pertamanya. Benar, membuat sebuah sequel film sangat tricky. Bahkan
film seri sebesar Harry Potter, Twilight Saga dan juga Pirates Of The Caribean pun
cukup kewalahan membuat sebuah sequel yang bisa memuaskan berbagai pihak.
Tapi sequel The Hunger Games ini
sepertinya cukup berhasil. Saya memberikan tiga dari lima bintang. Beberapa media
review film yang menampung berbagai komentar dari penonton di seluruh dunia
mendapatkan nilai yang cukup bagus untuk film ini. Bahkan para kritikus pun
menyetujuinya. Dengan alur yang cepat, plot yang jelas dan karakter tokoh yang sudah
cukup kuat di benak para penonton, rasanya memang semua komentar bagus tersebut
tidaklah terlalu berlebihan. Ditambah lagi, jajaran pemain dalam film pertama
kembali menempati posisi mereka yang membuat para penonton lebih mudah
mengingat karakter dan peran mereka seperti sebelumnya. Kualitas acting mereka
pun tentunya tidak perlu diragukan lagi, di mana Jennifer Lawrence yang baru
saja memenangkan Academy Award dan berbagai penghargaan lain beberapa waktu
yang lalu memang bermain sangat apik di sini.
Menurut saya pribadi, film ini
cukup menghibur. Memang actionnya tidak terlalu mendominasi, begitu pula dengan
romance scene nya yang bisa dibilang minim. Tapi film ini lebih mengutamakan
plot dan tema politik yang kompleks, isu social dan mengacu pada kisah di dalam
novelnya yang pastinya akan membuat para penggemar novel trilogy ini akan
bersorak gembira. Untuk para penonton yang tidak pernah menonton film
pertamanya atau lupa dengan kisah Hunger Games yang ditampilkan satu tahun yang
lalu, mungkin akan mengalami sedikit ‘lost’. Mungkin jika beberapa peraturan
atau hal kecil mengenai Hunger Games bisa sedikit diingatkan kembali dalam film
ini, kendala ini akan bisa teratasi. Yah, saya sih menyarankan untuk menonton
bersama teman yang memang mengetahui dengan pasti kisah Hunger Games ini atau
mungkin bisa menonton film pertamanya lebih dahulu agar tidak merasa ‘lost’
seperti itu.
Oh iya, untuk para penonton ‘baru’ atau yang tidak mengikuti kisah dalam novelnya, jangan kesal dulu dengan ending film yang menggantung itu yah. Maklum, film kedua ini memang merupakan film lanjutan dan juga merupakan ‘perpanjangan’ dari film pertama ke film ketiga: Mocking Jay yang akan dibagi menjadi dua bagian itu. So, silahkan gregetan aja deh… ;)