DESPICABLE ME 2

Berbeda dengan film pertamanya, dalam Despicable Me 2 ini Felonious Gru (Steve Carell) tidak lagi bertingkah jahat untuk mencuri bulan. Gru disibukkan dengan tugas mengurus anak-anaknya: si bungsu Agnes (Elsie Fisher), si tomboy Edith (Dana Gaier) dan si sulung Margo (Miranda Cosgrove). Seiring dengan beranjak dewasa ketiga anak angkatnya itu, Gru harus menerima kenyataan saat Margo mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan Agnes mendambakan sosok seorang ibu dalam keluarga kecil mereka sehingga peran Gru sebagai ayah mulai menjadi sedikit rumit. Gru yang sudah pensiun sebagai penjahat memutuskan untuk memulai usaha membuat selai dan jeli bersama partnernya: Dr. Nefario (Russell Brand). Tapi sifat petualangan mereka tidak bisa dibendung begitu saja. Dr. Nefario yang tidak bisa bertahan dalam situasi yang membosankan tersebut akhirnya mengundurkan diri sebagai ahli senjata Gru untuk menerima pekerjaan lain yang dianggapnya lebih menantang dan lebih menarik.

Suatu ketika seorang gadis bernama Lucy Wilde (Kristen Wiig) datang menemui Gru dan mengaku sebagai salah satu agen AVL alias Anti Villian League. Dia dikirim oleh ketua AVL, Silas Ramsbottom (Steve Coogan) untuk meminta bantuan Gru menyelidiki kasus hilangnya serum PX-41 dari laboratorium mereka. Serum tersebut merupakan senjata mematikan yang bisa mengubah orang yang menggunakannya menjadi mesin pembunuh berdarah dingin. Menurut penyelidikan lebih lanjut, jejak serum tersebut terakhir kali terlacak di dalam Paradise Shopping Mall. Nah, di sinilah peran Gru. Dengan bantuan Lucy, dia harus menyamar sebagai pemilik toko kue untuk menemukan siapa di antara pemilik toko lain di mall yang menyembunyikan serum tersebut.

Mereka bertemu dengan Eduardo Perez (Benjamin Bratt), pemilik restoran Mexico yang diyakini Gru sebagai El Macho, seorang super-villian yang dikabarkan meninggal karena melemparkan diri ke dalam gunung berapi aktif bersama seekor hiu dan sekumpulan TNT. Dengan menggunakan instingnya sebagai ‘mantan penjahat’, Gru meyakini bahwa Eduardo memang adalah El Macho dan dialah yang telah mencuri dan berniat menggunakan serum tersebut untuk tujuan tertentu. Tapi Gru tidak bisa membuktikannya sehingga Lucy dan Silas Ramsbottom tidak bisa mempercayainya. Lagi pula, Gru tidak bisa menyingkirkan ketidaksukaannya terhadap anak laki-laki Eduardo: Antonio Perez (Moisés Arias) yang mendekati Margo.

Sementara itu, tanpa Gru sadari, beberapa minion yang dimilikinya diculik oleh sang penjahat untuk disuntik serum PX-41 itu sehingga berubah menjadi evil-minion yang ganas dan akan menghancurkan apa saja yang ada dihadapannya. Apakah benar Eduardo adalah El Macho yang mendalami semua kejahatan ini? Dan bagaimana jika akhirnya Gru malah jatuh cinta kepada Lucy?

Tanpa diduga sebelumnya, film pertamanya: Despicable Me yang dirilis pada 2010 lalu disambut positif bukan hanya oleh para kritikus film tapi juga oleh para penonton. Akhirnya pada musim panas tahun ini film keduanya pun dirilis dengan harapan dapat menyaingi popularitas film debut tersebut. Dan ternyata doa itu pun terkabul. Dengan budget $ 76 juta saja, film ini sudah berhasil meraih hampir $ 300 juta dalam waktu kurang dari satu minggu saja (berdasarkan data dari Wikipedia pada tanggal 9 Juli 2013).

Seperti film animasi yang menargetkan penonton dari kalangan anak-anak dan remaja pada umumnya, tema yang diangkat pada film ini cukup sederhana. Tokoh yang dihadirkan pun jumlahnya tidak terlalu banyak tapi cukup berkarakter dan dapat dengan mudah diingat oleh para penonton. Dengan alurnya yang cukup cepat dan didukung dengan humor menggelitik dan aksi-aksi yang kocak, film yang sepenuhnya dibuat di Perancis ini terasa segar untuk ditonton dan sangat mudah dinikmati tanpa perlu repot-repot ‘berpikir’.

Salah satu hal pendukung yang sangat menyegarkan tentu saja kehadiran para minion di dalam film ini. Dengan tubuh kecil berwarna kuning, wajah polos dan tingkah yang lucu, para minion ini memang sangat mencuri perhatian. Pada film pertama mereka hanya hadir sebagai ‘pemanis’ saja, tapi perlahan dan pasti kehadiran mereka mulai menguasai hati para penonton. Sepertinya kedua sutradara: Chris Renaud dan Pierre Coffin pun sangat menyadari hal tersebut. Karena itulah kedua sutradara yang juga menjadi pengisi suara untuk lebih dari 800 minion ini memberikan porsi yang lebih besar bagi para minion dalam film keduanya ini. Dan formula ini pun terbukti ampuh karena para penonton dari semua kalangan, baik yang sudah pernah menonton film pertamanya atau pun belum, bisa terpingkal-pingkal menyaksikan aksi Kevin, Bob, Stuart dan para minion lainnya. Eh, kabarnya kedua sutradara sedang menggarap film spin-off yang akan menampilkan kisah para minion sebelum bertemu dengan Gru, loh. Wah, kalau sudah begini, kedudukan para Penguin dari Madagaskar atau bahkan Scratch dari Ice Age bisa sangat terancam!

Oh iya, ada sedikit intermezzo lagi, nih. Kabarnya sang sutradara: Pierre Coffin memiliki darah Indonesia. Tepatnya, sutradara bernama lengkap Pierre-Louis Padang Coffin ini adalah anak dari seorang penulis terkenal Indonesia: NH. Dini dengan seorang diplomat bernama Yves Coffin. Nah, dengan deretan nama orang-orang terkenal di dunia yang memiliki darah Indonesia seperti ini, kita sebagai warga Negara Indonesia asli seharusnya tidak lagi malu untuk berkarya lebih giat dan mengharumkan nama bangsa, bukan?


Anyway, saya memberikan empat dari lima bintang untuk film animasi ini. Bukan hanya karena kehadiran para minion yang sangat mengocok perut di sepanjang film,tapi juga karena ending cerita yang sangat-amat-sungguh lucu. Saya tidak akan membocorkan ending filmnya di sini, tapi jika kalian baru akan menonton film ini, silahkan tertawa terpingkal-pingkal melihat endingnya, ya…. :D