Los Angeles tahun 1940-an dikuasai
oleh seorang mafia bernama Mickey Cohen (Sean Penn). Cohen membangun kerajaan
mafianya dengan menjual obat-obatan terlarang, memiliki begitu banyak tempat perjudian
dan menculik sejumlah wanita-wanita muda untuk bisnis prostitusinya. Tidak ada
satu orang pun yang berani mengganggu daerah kekuasaannya. Bukan saja karena
Cohen yang merupakan mantan petinju ini terkenal cukup kejam, tapi juga dia
dilindungi oleh para polisi beserta petinggi-petingginya yang sudah ‘dibeli’
dengan sejumlah uang dan wanita-wanita muda.
Tapi ada satu orang yang berani
‘mengganggu’ berbagai aktifitas illegal Cohen dan gengnya itu. Dia bahkan
menghancurkan sebuah kasino milik Cohen tanpa bantuan siapa pun. Pria nekat itu
bernama Sersan John O’Mara (Josh Brolin), seorang veteran perang dunia kedua
yang idealis, jujur dan pantang menyerah. Selama bertugas sebagai tentara,
O’Mara telah menerima begitu banyak penghargaan untuk aksi heroiknya. Dan kini
setelah menjadi salah satu anggota Los Angeles Police Department atau LAPD,
naluri kepahlawanannya tidak bisa dibendung untuk melawan kekuasaan Cohen yang
lalim.
Mendengar salah seorang anak
buahnya mau menghentikan tindakan illegal Cohen dengan berani, tidak takut mati
dan tidak mempan disogok, sang kepala polisi Bill Parker (Nick Nolte) meminta
O’Mara untuk membentuk sebuah tim kecil yang berani memerangi geng Cohen tanpa
mengatas namakan pihak kepolisian. Tindakan ini sebenarnya cukup beresiko karena
kelompok yang akan dibentuknya ini harus melakukan aksi mereka sendiri dan
tidak akan mendapatkan pengakuan dari pihak LAPD jika gagal. Tapi lagi-lagi
sifat heroic O’Mara membuatnya menyetujui tawaran ini. Dengan bantuan sang
istri yang sedang hamil tua, O’Mara merekrut Coleman Harris (Anthony Mackie),
Conway Keeler (Giovanni Ribisi), Navidad Ramirez (Micheal Peña), Max Kennard
(Robert Patrick) dan Jerry Wooters (Ryan Gosling) dan menamakan diri mereka
dengan sebutan Gangster Squad.
Mereka memulai penyelidikan
mengenai Cohen dan sebagai permulaan, mereka menyerang sebuah casino milik
Cohen tanpa persiapan matang yang membuat O’Mara dan Navidad tertangkap. Sejak
saat itu taktik O’Mara yang cenderung nekad diredam oleh Jerry yang berpikiran
lebih ‘logis’ dan dibantu Conwell yang mengusulkan untuk memasang alat penyadap
di rumah Cohen. Sementara itu diam-diam Jerry yang flamboyan dan playboy
menjalin hubungan dengan Grace Faraday (Emma Stone), kekasih sekaligus guru
etiket pribadi Mickey Cohen.
Seiring dengan taktik penyerangan
yang makin matang, usaha mereka untuk menghancurkan mata rantai bisnis illegal
Cohen yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Chicago ini mulai
membuahkan hasil. Hingga Cohen pun naik pitam dan mulai menuntut balas yang
membahayakan bukan saja para anggota Gangster Squad itu sendiri, tapi juga
anggota keluarga mereka.
Walaupun tokoh Cohen merupakan
tokoh nyata dan tokoh lain adalah fiktif, tapi film ini disajikan dengan apik dan cukup ringan oleh
sang sutradara Ruben Fleischer (Zombieland, 30 Minutes Or Less). Berbeda dengan
film-film bertema serupa seperti The Godfather dan Public Enemy, para penonton
mungkin akan mengira bahwa Gangster Squad adalah versi komedi dari kedua film
besar tersebut. Bagaimana tidak? Walaupun diawali dengan adegan-adegan yang cukup
sadis dan serius, pada pertengahan film disuguhkan juga adegan yang mengundang
tawa.
Alurnya pun berjalan cepat, tidak
bertele-tele dan tepat sasaran. Memang beberapa karakter tokoh diperankan oleh para
actor yang cukup ternama, tapi kualitas acting mereka cukup menghibur jika
tidak mau disebut di bawah standart. Yang paling memukau tentu saja acting Sean
Penn yang berhasil memerankan tokoh Mickey Cohen yang sudah cukup tua tapi
tetap kejam dan penuh kuasa.
Film ini sempat diundur penayangannya
karena tragedy penembakan di bioskop Aurora tahun 2012 lalu pada penayangan
perdana The Dark Knight Rises karena dalam film ini juga terdapat adegan
penembakan di depan bioskop. Tapi dengan pengunduran ini, saya rasa memberi
dampak yang cukup positif karena di Indonesia sendiri film ini tayang bersama
dengan film-film yang ‘tidak terlalu box office’.
Terlepas dari beberapa scene yang
mengundang tawa itu, saya pikir hal ini mendukung kenyataan bahwa Gangster
Squad merupakan cikal bakal terbentuknya tim-tim special unit lain seperti FBI
dan SWAT. Paling tidak, minimnya pengalaman dan penggunaan alat penyadap dalam
film ini menggambarkan ketidakamatiran mereka yang sesuai dengan zamannya.
Saya memberikan tiga dari lima
bintang untuk film ini karena ceritanya begitu ringan, mudah diikuti dan cukup
menghibur tanpa menghilangkan unsur kekejaman dan politik kotor yang terjadi
antara para mafia dan pihak pemerintah terkait. Jadi, walaupun masih tidak
cocok untuk ditonton anak di bawah umur, Gangster Squad cocok ditonton untuk
kalian yang ingin menghabiskan waktu luang dengan sebuah film action yang cukup
sadis tapi tetap ringan ditonton.
210113 ~Black Rabbit~