‘Val’phobia ( part 5 )


…Cerita Sebelumnya…
Ternyata Val masih menghantui hidupku. Suatu siang tanpa sengaja aku melihat seorang laki-laki yang mirip dengannya. Aku tidak tahu apa benar orang itu adalah Val, tapi pertemuan itu membuatku melakukan hal paling bodoh yang pernah aku lakukan dalam hidupku: mencoba menghubunginya lagi lewat handphone…

 
Ini adalah hari libur bagiku dan bagi otakku untuk memikirkan masalah pertunanganku yang akan berlangsung sekitar tiga minggu lagi. Selama beberapa hari ini semua orang di sekitarku selalu saja sibuk mengurusinya sampai-sampai sepertinya mereka hidup memang untuk mempersiapkan semua itu. Bahkan aku dan Daniel harus rela dipingit dan tidak bertemu nyaris selama sebulan penuh. Aneh, padahal ini hanyalah acara tunangan, bukan lamaran, jadi seharusnya aku dan Daniel tidak perlu di pingit seperti ini. Tapi kedua orang tua kami tetap meminta kami untuk tidak bertemu dulu selama beberapa waktu, dan tidak ada yang bisa kami lakukan lagi selain menuruti permintaan mereka.
Hari ini aku mendapatkan kesempatan yang sangat langka untuk bisa menghabiskan waktu satu hari penuh tanpa melakukan apa pun yang berhubungan dengan pesta pertunanganku. Kesempatan ini aku manfaatkan sebaik-baiknya dengan melakukan hal-hal yang sangat ingin aku lakukan sendiri, seperti jalan-jalan ke mall.
Setelah cukup lelah berjalan-jalan ke mall sendirian, aku yang sekarang merasakan perutku yang keroncongan memutuskan untuk makan di salah satu restoran cepat saji. Sekarang aku sedang berada di antara orang-orang yang mengantri di depan kasir di salah satu fast food terkenal untuk menghabiskan hari ini tanpa memikirkan masalah pertunangan itu.
Setelah berhasil memesan makanan, aku membawanya ke salah satu meja kosong dan duduk di sana, lalu beranjak lagi untuk pergi mencuci tangan. Acara mencuci tangan berjalan dengan lancar, tapi sayangnya acara jalan kembali ke tempat duduk tidak berjalan dengan lancar. Di tengah jalan aku tidak sengaja menyenggol seseorang yang kelihatannya sedang terburu-buru. Aku juga langsung buru-buru minta maaf, tapi saat aku menoleh untuk melihat wajah orang itu, aku malah terkaget-kaget.
Itu Val. Orang yang aku tabrak itu adalah Val! Bahkan wajah Val juga kelihatan kaget saat melihatku. Dia berhenti, diam, lalu berkata:
" … Flor… ? "
" … Val… ? "
Aku menjawab terbata-bata dan Val mengangguk-angguk untuk mengiyakan pertanyaanku.
" Kamu makan disini? " Aku yang mengangguk kali ini. " Kamu jangan kemana-mana, aku ada perlu sebentar. Tunggu aku disini. " Val langsung pergi lagi sedangkan aku hanya terdiam.
Pelan-pelan aku bergerak dari tempatku berdiri dan melangkah kembali ke tempat dudukku, sama sekali tidak ingat kalau Val tadi memintaku untuk tidak pergi kemana-mana. Otakku masih berada dalam kondisi pasca kekagetan yang luar biasa. Ternyata Val memang ada disini, dia tidak pergi kemana-mana!
Aku menguyah makananku dalam diam, masih merasa tidak percaya, masih merasa apa yang terjadi tadi hanyalah sebuah mimpi. Sampai tiba-tiba punggungku terasa dicolek oleh seseorang. Aku menoleh ke belakang dan tubuhku langsung melemas.
" Hai, sendirian, kan? " Aku mencoba untuk mengangguk pelan menjawab pertanyaan Val itu.
" Aku juga mau makan, boleh aku temani, kan? " Lagi, aku mencoba mengangguk pelan.
" Aku pesan makanan dulu, ya. " Lagi-lagi, aku mencoba mengangguk pelan. Aku seperti orang bodoh. Hanya melihat Val saja sudah membuatku mengangguk-angguk seperti burung pelatuk. Tampangku pasti kacau.
Tak lama kemudian Val datang sambil membawa nampan makanannya dan duduk di depanku. " Hai lagi. " Katanya sambil tersenyum.
" Hai juga. " Jawabku kali ini, yang untungnya tidak aku jawab dengan anggukan lagi.
Dia membuka bungkus makanannya dan mulai makan, sementara aku yang tadinya juga sangat ingin menghabiskan makananku malah kehilangan selera makan. Gara-gara bertemu Val, ususku mendadak berhenti bekerja. Rasanya aku masih belum bisa percaya kalau Val yang terakhir kali aku temui kurang lebih dua tahun yang lalu sekarang ada dihadapanku! Aku bisa melihat matanya lagi, tinggi badannya, rambut hitamnya, kulit putihnya, paras gantengnya dan senyum manisnya yang dulu selalu membuatku meleleh!
Val meneguk minumannya dan meletakkan bungkus makanannya yang sudah habis di pinggir nampan.
" Maaf, aku makan seperti orang kelaparan, ya? " Aku hanya bisa tersenyum, suaraku masih belum lancar keluar.
" Tadinya aku janji bertemu temen disini, tapi dia sudah pulang. Ngomong-ngomong, kebetulan sekali kita bertemu disini. Sendirian? " Aku mengangguk, walaupun sadar kalau ini adalah pertanyaan yang sama yang sudah dia tanyakan tadi. Jantungku masih berdebar kencang, tapi perlahan aku tahu kalau semua ini nyata dan perlahan mencoba mengatur napasku.
" Kamu berubah, ya Flor. "
" Apanya? " Akhirnya suaraku keluar juga.
" Kamu tambah cantik. "
Wuih… wajahku pasti memerah. Diam-diam aku memperhatikan lagi penampilanku hari ini. Bagiku mungkin ini adalah penampilanku yang biasa, tapi bagi Val yang mengenalku dua tahun yang lalu saat penampilanku masih sangat berantakan, maka penampilanku saat ini pasti sangat jauh berbeda.
" Terima kasih. " Jawabku pelan.
" Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Berapa lama, ya? "
" Dua tahun. " Jawabku dan menambahkan 'tiga bulan sebelas hari' dalam hati.
" Dua tahun? Tidak terasa, ya? Bagaimana kabarmu? "
" Baik… sekarang aku sudah jadi penulis. "
" Oh iya?! "
" Iya, kamu sendiri bagaimana? "
" Masih sama. Hanya sekarang aku sudah punya toko sendiri. "
" Oh iya? Hebat dong! Buka toko dimana? "
Belum sempat Val menjawab pertanyaanku tadi, tiba-tiba ponselku berdering. Aku meminta maaf dan menjawab. Itu telepon dari ibuku, dia mengingatkan kalau aku ada janji dengan tukang bunga dan catering satu jam lagi.
" Kenapa Flor, ada janji? "
" Eh, iya sih… " Jawabku tidak enak setelah menutup telepon.
" Sebenarnya aku masih mau berbincang denganmu, mumpung kita bertemu lagi, tapi sepertinya kamu terburu-buru. "
" Maaf… " Mau membicarakan apa? Aku bertanya, tapi hanya di dalam hati.
" Tidak masalah, kita masih punya banyak waktu. Kamu naik apa kesini? "
" Taksi. "
" Kalau begitu aku antar kamu pulang, deh. " Val sudah mulai beranjak naik sehingga aku buru-buru mencegahnya.
" Tidak perlu repot-repot, aku sudah di jemput ibuku kok. "
Dan benar saja, ponselku langsung berbunyi begitu Val sudah kembali duduk di bangkunya. Kali ini sebuah SMS masuk dari ibuku lagi.
Flor, ibu sudah ada di depan nih!
" Tuh, aku sudah dijemput! " Buru-buru aku masukkan ponselku ke dalam tas dan siap-siap meninggalkan meja. Aku tidak mau membuat ibuku menunggu.
" Aku duluan ya, Val. " Pamitku.
" Ok, maaf tidak bisa mengantar. Nanti aku hubungi kamu lagi, boleh? " Aku mengangguk dan menyebutkan nomor handphoneku. Val mencatat di handphonenya dengan cepat. " Baiklah, aku akan menghubungimu secepatnya. Senang sekali bisa bertemu lagi denganmu, Flor. " Aku balas mengangguk untuk menyetujui perkataannya, lalu akhirnya aku pergi sambil melambaikan tangan.

 
… Bersambung …