Ny. Lars – Part 27 -


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 27 -

 
… Episode sebelumnya …
Jenny dan Kevin sudah membagi tugas untuk menyelamatkan Lars dan patah hati yang sangat menyakitkan. Sekarang seharusnya Jenny sedang berusaha meyakinkan Cherry untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Lars. Tapi keadaan malah berbalik. Cherry malah membuat Jenny goyah dengan mengatakan apa yang selama ini selalu Jenny tutup-tutupi. Dan semua itu membuat Jenny kembali terombang-ambing …

 
Sore itu, Lars sedang berada di dalam kantornya bersama Kevin, sahabatnya. Mereka berdua sedang membicarakan sesuatu tapi sepertinya tidak terlalu berjalan lancar dan damai. Lars menjawab pertanyaan Kevin dengan nada sedikit membentak.
" Lo maunya apa sih? Dari tadi nyuruh gua putusin Cherry? "
" Gua udah bilang, Cherry bukan cewek yang baik buat lo. "
" Mau baik kayak gimana lagi? Cherry yang paling baik yang pernah gua kenal! "
" Your wrong! Dia nggak sebaik yang lo pikir. "
" You make me angry, man. Tugas lo bikin Jenny bahagia, jadi urusan gua nggak perlu lo campurin. "
Lars tampak jauh lebih kesal dan marah, membuat Kevin menjadi lebih berhati-hati berbicara dengannya.
Tapi belum sempat Kevin berbicara lagi, tiba-tiba pintu kantor Lars terbuka tanpa diketuk lebih dahulu. Cherry masuk, mengenakan celana jeans selutut dan t-shirt ketat berwarna hijau muda. Seperti biasa, penampilannya selalu memukau.
" Lars, ada yang mau gua omongin sama lo. '
Lars hanya diam memandang Cherry yang datang begitu cepat, juga mengagumi kecantikan Cherry sekaligus. Sementara itu Cherry melihat tajam ke arah Kevin.
" We need to talk. Privatly! "
Kevin mengerti situasinya dan langsung mengundurkan diri dari ruangan itu setelah berkata: " Gua ada di luar kalo lo butuh gua. " kepada Lars.
Pintu sudah ditutup dan Lars yang sudah sadar dari reaksi keterpesonaannya, mendekati Cherry dan mulai memeluk dan menciumnya.
" Sweet, kenapa nggak telepon dulu kalo mau dateng? "
Cherry mundur untuk menghindari pelukan dan ciuman dari Lars, lalu berkata masih dengan lembut.
" Lars… "
" Hm? "
" Gua mau kita putus. "

 
Enam puluh menit kemudian (benar-benar enam puluh menit kemudian, tidak kurang tidak lebih, karena Kevin benar-benar menghitung setiap menitnya), Cherry akhirnya keluar dari kantor Lars dengan mata yang sembab. Dia tidak menoleh sedikit pun ke arah Kevin untuk menjelaskan sesuatu, dan itu membuat Kevin tidak tahan. Dia menarik tangan Cherry dan bertanya tanpa basa-basi.
" Lo ngomong apa sama Lars? "
" Gua ngomong semuanya sama Lars, sekarang kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. "
Cherry melepas pegangan tangan Kevin dan langsung pergi. Kevin terdiam. Dia tahu apa yang diinginkannya sudah terpenuhi, tapi kini kekhawatirannya yang lain akan terbukti.
Kevin masuk ke dalam kantor dan menemukan Lars duduk di sofa dengan tampang kusut. Wajahnya tegang dan kedua tangannya memegangi kepalanya yang terasa berat. Kevin tidak pernah melihat Lars sesedih ini semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan delapan tahun yang lalu. Kevin mendekati Lars pelan-pelan lalu menepuk bahunya dengan lembut dan berkata:
" Hei Lars, I'm… "
Lars memotong pembicaraan Kevin. Dia menatap Kevin dengan wajah 'sakit hati'nya lalu mengangkat telapak tangan kanannya dan berkata, dengan nada serius yang berat.
" Kev, I need to be alone. "
Kevin langsung diam lalu menghela napas dan berjalan keluar kantor tanpa berkata apa-apa lagi. Dia tahu benar rasa sakit seperti itu.
Tiga jam berikutnya, hari sudah gelap saat Lars berjalan terseok-seok keluar dari kantornya menuju mobil Mercedes yang terparkir di depan bengkel. Kepalanya masih berdenyut kencang dan otaknya sedang berpikir ekstra keras, sedang memproses semua penjelasan Cherry tadi dan memilah-milah mana yang benar dan mana yang bohong. Sinar mata Cherry yang Lars perhatikan saat menjelaskan kepadanya tadi mengatakan kalau Cherry tidak berbohong, ini malah membuat Lars semakin nelangsa.
Lars mengendarai mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan. Lalu dia memarkirkan mobilnya didepan salah satu klub. Dia masuk, langsung menghampiri bartender dan memesan beberapa gelas minuman beralkohol. Lars menghabiskan minumannya dalam waktu singkat lalu memesan lagi. Begitu terus hingga gelas ketujuh. Tiba-tiba dia tersadar kalau lingkungan klub itu membuat sakit kepalanya bertambah parah. Jadi dia tinggalkan beberapa lembar uang dan keluar dari bar itu dalam keadaan setengah mabuk.
Mobil Mercedes milik Lars kini melaju ke arah apartemennya. Dan setelah sampai, Lars langsung menjatuhkan dirinya diatas sofa ruang duduk. Suasananya sunyi, tak ada suara hingar bingar musik seperti di klub tadi. Ini membuatnya sedikit nyaman, walaupun sakit kepalanya terasa lebih menyakitkan.
Kevin mengambil sebotol sampange dari dalam lemari dan membukanya, tidak perduli niatnya dulu yang ingin memendam sampange itu sampai beberapa tahun lagi. Lars meneguknya, nyaris lebih cepat dari pada tegukannya di klub tadi.
Tiba-tiba ponsel Lars berbunyi nyaring, dan Lars yang sudah mabuk itu menjawab panggilan telepon itu tanpa melihat nomor siapa yang tercantum di layar ponselnya.
" Ha…lo… "
" Lars? Gua udah denger soal lo sama Chery tadi sore. Gua—"
" Oh, hai Jenny! My sweet heart… Kemana aja lo… ? "
" Lars? Lo mabuk, ya? "
" Nggak sayang… Nggak mungkin gua mabuk… "
" Lo dimana Lars? "
" Ya dirumah lah… Mau dimana lagi… ? Di hotel… ? Sama Cherry… ? Ha…ha…ha… "
" Gua kesana sekarang juga. "
Klik! Telepon diputus, dan Lars tertawa tanpa sadar apa yang ditertawakannya. Dan setelah beberapa menit tertawa tidak jelas, Lars terdiam dan menutup matanya. Dia tertidur, diatas sofa ruang duduk, masih menggenggam segelas sampange.
Jenny masuk ke apatemen Lars sekitar dua puluh menit kemudian. Dia menemukan Lars tertidur di sofa dengan keadaan kacau. Rambut berantakan, kemeja yang kusut, dasi yang tergantung dileher tapi tidak terikat rapi, dan botol sampange yang terbuka dan mengeluarkan bau yang menyengat. Jenny bergidik ngeri melihat botol sampange itu. Dia masih ingat insiden sampange dan tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Jenny mendekati Lars dan meraih botol sampange itu dan meletakkannya jauh-jauh. Lalu Jenny berusaha membangunkan Lars dengan menepuk pipi Lars. Lars terbangun, tapi pengaruh alkoholnya belum juga hilang.
" Jenny… akhirnya lo dateng juga… "
" Lars, lo mabuk. "
" Gua nggak mabuk. Lo tau apa yang Cherry bilang sama gua tadi sore? Lo tau, Jen? Dia bilang dia lesbian, Jen… Dia lesbian… " Lars berkata-kata sambil memegang kedua pundak Jenny dan menatapnya dengan pandangan sayu, khas seorang pemabuk yang sedang stress.
" Dia bilang, dia nggak cinta sama gua… dia bilang, gua hanya pelarian, Jen… Lo denger? Pelarian! Dia bukan calon istri gua! Gua ditipu! "
Lars semakin menjadi-jadi marahnya. Dia mengguncang-guncangkan tubuh Jenny sambil terus mengomel. Jenny merasa pusing, juga takut melihat Lars yang benar-benar frustasi.
" Lars! Gua tau lo sakit hati, tapi lo nggak boleh jadi kayak gini! "
Kini giliran Jenny yang memegang pundak Lars dan berkata sambil mengguncang-guncangkan tubuh Lars. Posisinya sudah berbalik, tapi Lars tidak kelihatan pusing karena diguncang-guncang, dia malah menyeringai bodoh.
" Mana Lars yang playboy? Mana Lars yang cuek? " Percuma. Apa pun yang dilakukan Jenny, Lars masih saja menyeringai bodoh dan memamerkan gigi putihnya. Malah Jenny yang tambah sedih. Akhirnya Jenny memutuskan untuk membujuk Lars tidur dikamarnya. Sekuat tenaga Jenny menarik tubuh Lars dan menyeretnya ke dalam kamar.
Lars berhasil ditarik ke tempat tidur dan duduk diatas kasur. Jenny terengah-engah lalu menarik sepatu Lars keluar dari kakinya. Lars masih mabuk, tapi membantu Jenny melepas sepatunya sendiri dan melemparnya ke sudut kamar. Kini Jenny mulai menarik dasi yang dipakai tidak rapi tadi dan melepaskan dua kancing teratas kemeja Lars, supaya Lars bisa merasa sedikit lebih nyaman. Tapi Lars malah berpikir lain. Dia memeluk Jenny dan berkata dengan bau sampange keluar dari mulutnya.
" Jenny… Jen… Lo emang paling tau soal gua… Lo yang paling gua sayang… "
Jenny diam. Dia kaget karena Lars tiba-tiba memeluknya dan lupa kalau Lars sedang mabuk.
" Gua mau lo jen… Dari dulu gua mau lo… tapi lo pacaran sama Kevin… "
Jenny masih diam. Perkataan Lars ini membuatnya jauh lebih kaget lagi. Banyak yang mengatakan kalau perkataan orang mabuk adalah perkataan yang sebenarnya yang biasanya disembunyikan orang itu selama dia sadar. Tapi, apa kata-kata Lars itu adalah kebenaran?
Lars sedang mabuk, mangkanya Lars bisa melakukan hal seperti ini, Jenny menyakinkan hatinya. Tapi saat secara tiba-tiba Lars mencium Jenny, dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Lalu Lars mendorong Jenny ke atas tempat tidur dan mulai mencium leher Jenny, bahkan mulai melepas kancing kemeja Jenny.
Sebenarnya Jenny panik. Tapi kepanikan yang didasari karena tahu yang melakukan semua itu adalah Lars, orang yang selama ini di cintainya, yang menjadi bunga mimpi Jenny selama beberapa tahun ini, membuat Jenny tidak berbuat apa-apa. Dia malah merasa jantungnya berdetak kencang dan adrenalinnya sedikit demi sedikit memuncak. Dan Jenny merasakan rasa menggelitik itu lagi. Butterfly, dan kali ini jauh lebih dalam dan jauh lebih menggelitik. Singkatnya, Jenny menikmatinya.
Tapi akhirnya Lars diam, menjatuhkan wajahnya diatas leher Jenny dan mengatakan " Jenny. " dengan suara lirih, lalu Lars tertidur. Jenny tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jika dia bergerak, Lars akan terbangun dari tidurnya yang kelihatan nyenyak itu, jadi dia memilih diam dan mencoba menetralkan detak jantungnya. Dia kembali ingat kalau Lars sedang patah hati dan mabuk. Diam-diam dia menyesalinya. Kalau saja Lars tidak mabuk… Kalau saja Lars bercumbu dengannya dalam keadaan sadar…
Mendadak Jenny ingat pertemuan pertamanya dengan Lars, ingat saat Lars tidak sengaja menabraknya, saat Lars meneleponnya dan saat Lars mengajaknya bekerja sebagai asistennya. Jenny ingat kalau dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Lars, dan sadar atau tidak, rasa cinta itu tidak berubah. Jenny juga ingat saat dia tidak sengaja mengatakan kalau sebenarnya dia sudah punya pacar dan reaksi Lars yang kelihatan kecewa, saat itu Jenny sangat ingin mengatakan kalau sebenarnya dia berbohong tapi tidak bisa. Dia juga ingat saat dia menjemput Lars di klub dan membopongnya hampir seperti sekarang ini. Bedanya, hari itu diakhiri dengan Lars yang tertidur dengan wajah babak belur dan Jenny yang menangis; tapi hari ini Lars tertidur dengan wajah tanpa goresan sedikitpun (mungkin hanya hatinya yang tergores), dan berada di pelukan Jenny. Jenny memeluk Lars, benar-benar merasa hangat dan terdapat perasaan memiliki yang kuat.
Lalu Jenny teringat saat dia bertemu dengan Kevin, berpura-pura pacaran, lalu sakit hati melihat Lars jatuh cinta dengan Cherry, dan saat Kevin menenangkannya dan menawarkan cintanya sebagai pengganti sosok Lars. Saat itulah Jenny mulai menyadari kalau dia tak jauh berbeda dengan Cherry. Dia menyakiti Kevin dengan menjadikannya sebagai pelarian. Memang awalnya Kevin yang mati-matian mengatakan akan bisa mencuri hati Jenny, tapi kalau saja Jenny bisa bersikap lebih tegas, tidak egois dengan hanya memikirkan sakit hatinya sendiri, Jenny bisa saja tetap menolak Kevin. Tapi Jenny tidak melakukannya, Jenny terlalu egois dan tidak ingin kehilangan orang yang memang ingin mencintainya tapi sebenarnya Jenny sendiri tidak bisa menanggapi perasaan laki-laki itu. Iya, Kevin bukan orang yang diinginkannya. Jenny baru sadar bahwa setiap kali Kevin menciumnya, di dalam hati Jenny membayangkan sosok Lars yang sedang menciumnya. Kevin bukan Lars, Jenny sudah menipunya.
Jadi disinilah Jenny sekarang, berada di atas tempat tidur Lars dengan Lars berada dipelukannya. Nyaris melakukan adegan percintaan, tapi gagal karena Lars hanya sedang mabuk berat. Dan saat itulah, saat paling menyedihkan dimana Jenny telah menyadari semua kesalahannya dan bertekad untuk mengakhiri semua kebohongan ini. Menyadari cintanya kepada Lars sekaligus menyadari kesalahannya kepada Kevin. Dan paduan keduanya membuat Jenny merasa sangat kejam, menjadi seorang penjahat paling kejam yang menyandera Lars sekaligus menggantung Kevin. Jenny sudah memutuskan, dia harus menyelesaikan semuanya tanpa melakukan kesalahan lagi.

 
...Bersambung...