PERCY JACKSON: SEA OF MONSTERS

Percy Jackson and The Olympians adalah serial novel fantasy-adventure buah karya penulis Amerika Serikat kelahiran Texas bernama Rick Riordan. Buku pertama dari lima buku dalam serial ini yang berjudul Percy Jackson and The Olympians: The Lightning Thief telah difilmkan oleh sutradara Chris Colombus pada tahun 2010 yang lalu. Tahun ini, buku keduanya yang berjudul Percy Jackson: The Sea of Monsters kembali mendapatkan kesempatan untuk difilmkan oleh sutradara asal Jerman bernama Thor Freudenthal yang telah lebih dulu berpengalaman menggarap film berdasarkan novel melalui Diary of a Wimpy Kid pada 2010.

Sesuai dengan judul yang disandangnya, Percy Jackson: Sea of Monsters ini bercerita mengenai petualangan seorang anak laki-laki bernama Percy Jackson (Logan Lerman) yang memiliki darah campuran (yang disebut dengan Demigod) dari manusia biasa dan seorang dewa. Ayahnya adalah Poseidon, salah satu dari tiga putra Titan terkenal di Mitologi Yunani: Kronos yang terkenal dengan kekuatan dan kekejamannya memangsa anak kandungnya sendiri agar bisa menjadi penguasa dunia. Sementara dua saudara kandung Poseidon yang lain: Zeus dan Hades tidak mempunyai keturunan yang selamat, maka Percy adalah satu-satunya keturunan Kronos yang ada dan tinggal di Camp Half-Blood, tempat di mana semua anak-anak Demigod lain tinggal, belajar dan berlindung. Percy ditemani oleh dua orang sahabatnya yaitu Grover Underwood (Brandon T. Jackson) yang adalah seorang Satyr dan Annabeth Chase (Alexandra Daddario), putri dari dewi Athena.

Kisah mereka kali ini dimulai dengan kisah yang terkenal di Camp Half-Blood mengenai ‘shield’ yang melindungi camp selama ini. Beberapa puluh tahun yang lalu saat Annabeth kecil pertama kali datang ke camp bersama ketiga Demigod lainnya yaitu: Luke Castellan (Jake Abel), putra dewa Hermes, Clarisse La Rue (Leven Rambin), putri dewa perang Ares dan Thalia Grace (Paloma Kwiatkowski), putri dewa Zeus; mereka mendapat serangan dari beberapa orang Cyclops. Dengan berani, Thalia mengorbankan diri untuk menyelamatkan teman-temannya yang akhirnya membuatnya meninggal dunia. Untuk mengenang kepahlawanannya, sang ayah menumbuhkan sebuah pohon di atas tubuhnya dan melingkupi seluruh camp dengan ‘shield’ raksasa.

Suatu hari ‘shield’ tersebut rusak dan camp Half-Blood pun diserang. Setelah berhasil memusnahkan sang monster yang menyerang dengan bantuan teman-temannya serta Clarisse yang merupakan saingannya, Percy bertemu dengan Luke. Salah satu Demigod yang telah menyebabkan kekacauan di film pertama itu mengaku telah meracuni pohon pelindung. Semua itu dia lakukan semata-mata karena ingin menghancurkan camp dan membangkitkan kembali Kronos yang terkurung di dalam sebuah peti. Dengan rusaknya ‘shield’ yang selama ini melindungi camp dan niat jahat Luke serta kenyataan bahwa wakil ketua camp sekaligus mentor Percy: Chiron (Anthony Head) kesulitan mencari penawar racun tersebut, keselamatan semua Demigod pun terancam.

Annabeth mengusulkan kepada ketua camp: Dionysus (Stanley Tucci) untuk mencari sebuah Golden Fleece yang dapat menyembuhkan semua luka dan penyakit untuk menyembuhkan pohon tersebut. Awalnya Dionysus tidak menyetujui ide tersebut tapi akhirnya sang ketua malah mengirim Clarisse untuk mencari Golden Fleece tersebut ke sebuah pulau bernama Circeland. Sementara itu, Percy yang mendapat sebuah ramalan mengenai salah satu Demigod keturunan manusia dari keturunan Zeus, Poseidon dan Hades yang harus berhadapan dengan Luke dan dapat menyelamatkan atau menghancurkan  Olympus. Ramalan ini jelas ditujukan kepada Percy karena tidak ada lagi keturunan dari tiga dewa Utama tersebut yang masih hidup kecuali dia. Sehingga akhirnya dengan tekad kuat untuk membuktikan diri dan menyelamatkan teman-temannya, Percy bersama Annabeth, Grover dan saudara laki-laki yang baru ditemuinya bernama Tyson (Douglas Smith) yang merupakan seorang Cyclops, memutuskan untuk melakukan petualangan mereka sendiri.

Pencarian tersebut tidaklah mudah. Mereka tidak hanya harus menghadapi seorang Cyclops bernama Polyphemus (Robert Maillet) yang menjaga Golden Fleece tersebut tapi juga melewati seekor monster laut. Mereka berempat juga bertemu dengan tiga orang Graeae, penyihir abu-abu yang tidak memiliki mata yang menghantarkan mereka untuk bertemu dengan dewa Hermes (Nathan Fillion), ayah Luke, dan juga petualangan lainnya. Perjalanan yang akan mereka hadapi sepertinya benar-benar menarik.
Petualangannya cukup menegangkan, dengan unsur persahabatan yang kental ditambah bumbu dari mitologi Yunani yang menarik. Tema yang disajikan begitu sederhana dan mudah dimengerti. Para tokohnya pun begitu mudah untuk dicintai atau pun dibenci sesuai dengan tokoh antagonis atau protagonist yang mereka perankan. Bumbu humornya juga cukup menghibur dan animasinya tidak perlu diragukan lagi.
Tapi, apakah itu saja sudah cukup? Well, menurut saya belum.

Jika kalian adalah penggemar kisah fantasi yang sama sekali tidak kenal dan tidak tahu tentang petualangan penyihir favorit semua orang sepanjang masa: Harry Potter, kalian pasti akan menyukai kisah Percy Jackson, si anak manusia setengah dewa ini. Tapi, siapa yang tidak tahu mengenai Harry Potter? Dengan sepuluh tahun masa kejayaannya, kecil kemungkinan ada satu orang saja yang tidak mengenalnya. Dan dengan taring yang telah berhasil ditancapkan dengan sangat dalam oleh sang author: J.K. Rowling, maka perlu usaha ekstra keras untuk bisa mengangkat kisah Percy Jackson keluar dari akar Harry Potter di dalam benak setiap penonton. Bagaimana tidak? Formasi tiga orang tokoh utama, satu perempuan dan dua anak laki-laki, yang bersahabat saja sudah sangat mirip dengan persahabatan antara Harry Potter, Ron Weasley dan Hermione Granger. Juga unsur ramalan dan bahkan taksi yang ditumpangi Percy dan teman-temannya yang sangat mirip dengan Knight Bus yang ditumpangi Harry Potter di film Harry Potter and the Prisoner Of Azkaban.

Saya juga tidak bisa merasakan klimaks cerita dengan memuaskan sehingga terkesan ‘hambar’ dan terlalu sederhana. Bahkan mungkin para penonton dewasa bisa saja merasakan jika film ini terlalu mudah ditebak dan ke kanak-kanakkan walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa tema sederhana ini cukup cocok untuk anak-anak dan remaja. Peranan Sea of Monster yang saya kira akan menjadi setting utama petualangan, mengingat namanyalah yang dipakai sebagai judul, ternyata tidak sebesar yang saya kira. Ini mengecewakan dan sedikit membingungkan untuk saya. Dan bagaimana seorang dewa Kronos yang dalam legendanya baru bisa dikalahkan oleh tiga orang dewa sebesar dewa Zeus, Poseidon dan Hades sekarang bisa dikalahkan hanya oleh seorang Demigod muda seperti Percy? Wow, anak ini sepertinya benar-benar perkasa, ya?


But, yeah, saya yakin tidak semua orang sependapat dengan saya kali ini. Apa lagi dengan banyaknya para penggemar setia dari buku dan film ini. Bahkan sepertinya para penggemar Percy Jackson menyukai hasil penyutradaraan Thor Freudenthal kali ini karena terbukti dalam waktu kurang dari dua puluh hari penayangannya di seluruh dunia, film yang menghabiskan budget sebesar $ 90 juta ini telah menghasilkan $ 110 juta (berdasarkan Wikipedia pada tanggal 26 Agustus 2013). Untuk saya, film ini berhak mendapatkan tiga dari lima bintang untuk kemampuannya menghibur dan unsur mitologi Yunani yang menarik di dalamnya.