THE MORTAL INSTRUMENT: CITY OF BONES

Here’s another adventure fantasy film based on novel.

The Mortal Instrument: City Of Bones berkisah mengenai seorang gadis muda bernama Clary Fray (Lily Collins) yang tinggal di New York bersama ibunya Jocelyn Fray (Lena Headey). Ibunya adalah seorang pelukis dan Clary pun mempunyai keterampilan yang sama. Saat sedang pergi bersama sahabatnya: Simon Lewis (Robert Sheehan), tanpa disengaja Clary melihat seorang laki-laki yang dibunuh oleh sekelompok anak muda bertato. Saat Clary menceritakan apa yang dilihatnya kepada Simon, ternyata hanya Clary yang bisa melihat pembunuhan tersebut. Salah satu anak muda dalam kelompok itu yang bernama Jace Wayland (Jamie Campbell) mendatanginya dan mengaku sebagai seorang Shadowhunter. Dia bertanya bagaimana Clary bisa melihat mereka sementara orang lain tidak bisa. Tapi Clary tidak bisa menjawabnya, sama seperti dia tidak bisa menjawab symbol apa yang sering dilihatnya dalam beberapa hari belakangan ini.

Sementara itu, sang ibu yang sedang berada di dalam apartemen sendirian diculik oleh dua orang anak buah Valentine (Jonathan Rhys Meyers), seorang ex-Shadowhunter yang berkhianat. Mereka mengacak-acak seluruh apartemen dan meninggalkan seekor monster anjing mengerikan yang hampir saja membunuh Clary. Untungnya, Jace datang membantu. Setelah berhasil mengalahkan sang monster anjing, dia menemani Clary mendatangi tetangga mereka Madame Dorothea (C. C. H. Pounder) yang ternyata adalah seorang penyihir. Menurut Madame Dorothea, ibu Clary adalah seorang Shadowhunter dan Valentine mengirim anak buahnya untuk mencari sebuah Mortal Cup, salah satu dari tiga instrument yang diberikan Angel Raziel kepada manusia agar bisa menjadi manusia setengah malaikat dan membantunya memusnahkan demons yang berkeliaran di bumi. Valentine meyakini bahwa Mortal Cup tersebut disembunyikan ibunya. Madame Dorothea tidak tahu ke mana anak buah Valentine membawa ibunya hingga akhirnya dengan bantuan Simon yang sudah bisa melihat Jace, mereka bertiga pergi menemui teman dekat ibunya: Luke Garroway (Aidan Turner) untuk mencari tahu apakah Luke tahu di mana Jocelyn berada. Saat tiba, Clary malah mengetahui bahwa Luke sebenarnya juga mengincar Mortal Cup.

Dalam keadaan bingung dan tidak tahu lagi harus mencari sang ibu ke mana, Jace mengajak Clary dan Simon ke Institute, tempat berkumpulnya para Shadowhunter yang tersisa. Di sana, Clary bertemu dengan dua bersaudara Alec Lightwood (Kevin Zegers) dan Isabelle Lightwood (Jemima West) dan pemimpin mereka Hodge Starkweather (Jared Harris). Di sana, Clary juga mengetahui bahwa selama ini sang ibu berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa Clary adalah keturunan Shadowhunter dengan cara memblokir pikiran Clary dengan bantuan seorang Sorcerer bernama Magnus Bane (Godfrey Gao). Tapi jika Clary ingin menemukan dan menyelamatkan sang ibu, dia harus bisa mengingat segala hal yang selama ini telah terpaksa dia lupakan. Karena itu Clary, Simon dan ketiga Shadowhunter lain datang menemui Magnus untuk memintanya mengembalikan ingatan Clary.

Tapi serangkaian kejadian lain kembali menghampiri Clary dan teman-temannya. Dimulai dengan Simon yang diculik oleh sekelompok vampire, pertemuannya dengan sekelompok Warewolf, kisah romantic Clary, pengakuan Simon, hingga terungkapnya pengkhianatan lain dan kenyataan yang ternyata jauh lebih pahit dari pada yang pernah dibayangkan Clary sebelumnya. Semua itu mengubah dunia Clary yang tadinya biasa saja menjadi jungkir balik.

Film ini diadaptasi dari novel fantasy dengan judul yang sama karangan Cassandra Clare, seorang penulis Amerika. Saat diterbitkan pada 2007, buku pertama dari enam buku seri The Mortal Instrument di mana seri keenamnya baru akan dirilis pada 2014 nanti ini telah memenangkan begitu banyak penghargaan di seluruh Amerika. Cassandra Clare juga terkenal dengan buku The Infernal Devices Trilogy, The Dark Artifices Trilogy dan juga menulis Fan Fiction mengenai tokoh-tokoh Harry Potter.

Bisa dibilang, The Mortal Instrument: City Of Bones ini merupakan salah satu film fantasy adaptasi novel yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, terutama oleh para penggemarnya. Dan sepertinya sang sutradara: Harald Zwart yang cukup berhasil menggarap Karate Kid pada 2010 dan The Pink Panther 2 pada 2009, tahu benar akan hal ini. Buktinya sang sutradara tidak segan-segan menggunakan para actor dan actress yang sudah cukup berpengalaman. Seperti Lily Collins, putri penyanyi terkenal Phil Collins yang mulai naik daun sejak memerankan tokoh love interest Taylor Lautner dalam Abduction (2011) dan juga peran menawannya bersama Julia Robert di Mirror Mirror (2012). Selain itu juga ada Jamie Campbell Bower yang tampil di layar bioskop lewat film-film seperti Sweeney Todd: The Demon Barber od Fleet Street (2007) bersama Johny Deep, The Twilight Saga sebagai salah satu vampire di klan Volturi dan bahkan dalam Harry Potter and the Deathly Hollows – part 1 (2010). Robert Sheehan yang berperan sebagai Simon juga sudah lama berada di industry perfilman dan televisi, seperti juga Kevin Zegers yang terkenal sebagai Josh Framm di seri Air Bud. Juga ada Lena Headey yang terkenal dengan perannya sebagai istri Leonidas di 300 (2007) dan bahkan ada Jonathan Rhys Meyers, sang playboy yang bermain apik di Mission Imposible III (2006) dan bersama John Travolta dalam From Paris With Love (2010).

Tapi… entah kenapa, menurut saya film ini agak terlalu… padat. Dengan tema yang sangat menarik, kisah ini mencoba menawarkan sebuah universe baru yang penuh intrik, rahasia dan kisah cinta. Tapi, ada terlalu banyak element di dalam film ini. Dengan durasi 130 menit dan semua element tersebut, film ini terasa terlalu ‘penuh’. Kombinasi ini membuat para penonton tidak bisa menikmati element-element penting sehingga adegan yang seharusnya bisa meninggalkan kesan mendalam di dalam hati akan langsung menguap dari ingatan penonton begitu scene berikutnya dimulai. Belum lagi ada beberapa setting yang sama digunakan beberapa kali sehingga alurnya terkesan meloncat-loncat. Tokoh yang dihadirkan pun terlalu banyak dan tidak ada cukup waktu bagi para penonton untuk mengenal para tokohnya lebih jauh lagi. Alhasil, film ini terasa ‘tidak utuh’. Dan sebagai film pertama dari enam seri, saya berharap akan mendapatkan penjelasan di awal film mengenai universe baru yang ditawarkan di sini, entah itu penjelasan mengenai terciptanya Shadowhunter atau bagaimana para demons bisa berkeliaran di bumi. Sayangnya, saya tidak mendapatkan penjelasan ini sehingga sejak awal saya harus mencoba menebak-nebak sendiri.


Mungkin para penggemar buku ini tidak akan sependapat dengan saya, tapi saya belum membaca buku ini sama sekali dan sebagai penonton yang ‘buta’ dan, jujur aja nih, yang selalu tertarik mengenai dunia fantasy, saya cukup penasaran untuk mengetahui kelanjutan film ini. So, sorry for being a little objective at this point, tapi saya akan memberikan tiga dari lima bintang untuk film ini dengan harapan film keduanya akan diproduksi sehingga saya bisa membuktikan kembali apakah film ini benar-benar bagus atau tidak. (^_^)