… … …
Memang ada pesta disana. Suara denting piano, suara nyanyian yang nyaring, pukulan pada gelas kristal dan petikan gitar semakin jelas terdengar. Sekarang Shakti berada di atas balkon dengan sebuah tangga yang menghubungkan balkon itu dengan lantai di bawahnya yang bundar, sepertinya dia berada di sebuah rumah besar, atau sebuah kastil. Tapi tidak seperti rumah atau kastil lain, yang ini pastilah tidak pernah dibersihkan, soalnya ada begitu banyak sulur-sulur, batang pohon, akar-akar dan bunga berwarna-warni dengan berbagai ukuran memenuhi dinding dan langit-langit. Hampir sama seperti ruangan tempat Shakti terbangun dari tidurnya tadi, bedanya ruangan ini jauh lebih banyak bunga dan jauh lebih harum. Tapi kesan tidak terawat ini malah membuat kastil ini menjadi sangat mengagumkan dan indah. Tidak ada orang lain di rumah itu selain Shakti seorang diri, padahal Shakti dengan jelas masih bisa mendengar suara musik dan tawa cekikikan. Alih-alih orang, yang dapat dilihat oleh mata Shakti hanya gumpalan cahaya putih menyilaukan sebesar dua telapak tangan orang dewasa melayang disekitar ruangan dengan jumlah yang sangat banyak. Shakti maju beberapa langkah lagi, masih berusaha mencari sosok seseorang, tapi tetap saja tidak menemukan apa-apa selain gumpalan cahaya putih yang jumlahnya bertambah banyak. Shakti mulai merasa sedikit merinding takut. Mendengar begitu banyak suara tapi tidak menemukan satu orang pun memang tidak bisa dikatakan hal yang biasa. Dilangkahkan lagi kakinya ke depan, mencoba meraih ujung tangga dihadapannya, tapi Shakti dikagetkan oleh gumpalan cahaya yang bergerak kearahnya seolah-olah ingin menabrak wajah Shakti. Buru-buru ditepisnya gumpalan itu dengan tangan kanannya, tapi anehnya gerakan tangan Shakti terhenti di udara, sepertinya ada sesuatu yang menghalangi tangan Shakti menyentuh gumpalan cahaya itu.
" Hei! Hati-hati dengan tanganmu, aku hanya ingin mengucapkan halo ! "
Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari bawah tangan kanan Shakti dimana gumpalan cahaya tadi berada. Buru-buru dilihatnya ke balik tangan kanannya yang masih ditahan sesuatu dan langsung terpekik kaget.
Ada sesuatu dibawah sana yang sangat mirip dengan manusia kecil sedang menahan tangan kanan Shakti dengan kedua tangan diatas kepalanya, tampak bersusah payah mendorong tangan Shakti ke arah sebaliknya. Badannya mungil sekali, mengenakan pakaian berwarna ungu dengan mata melotot besar dan pipi yang bersemu merah. Shakti yakin benar kalau makhluk itu adalah peri, soalnya sepasang sayap bergetar dibelakang punggungnya, putih, transparan tapi kelihatan begitu kokoh dan indah.
" Apa kau sudah bisa menyingkirkan tanganmu dari atas kepalaku? " Kata peri itu lagi sambil tetap menopang tangan Shakti dengan suara melengking dan nyaring. Buru-buru Shakti menarik tangannya sambil berkata: " Maaf ... "
" Tidak apa-apa! Aku senang akhirnya kau bangun juga! " Peri itu berkata sambil tersenyum lebar sekali. Setelah tidak ditutupi tangannya, Shakti bisa melihat kalau peri itu kelihatan sangat bercahaya, bahkan rambutnya yang berwarna hitam dan digelung ke atas kepalanya pun seperti bercahaya juga. Rasanya seperti berbicara dengan bola lampu.
" Memangnya sudah berapa lama aku pingsan? " Tanya Shakti lagi, masih mengagumi cahaya yang dikeluarkan peri itu. Si peri membelalakkan mata besarnya dengan bergairah, sepertinya sangat senang Shakti menanyakan hal itu.
" Oh, berjam-jam! Dua belas jam, kurasa! Atau mungkin lima belas jam! Entahlah, aku tidak sempat menghitungnya! Hi... hi... hi... " Peri itu mengikik dengan nyaring.
" Kalau begitu, kau yang telah menyelamatkan aku? " Shakti bertanya lagi dengan telapak tangan yang membuka dan si peri yang kecil mungil itu duduk di atasnya.
" Aku? Bukan-bukan! Mereka yang telah menolongmu... " Peri itu menggeleng-geleng lalu menunjukan tangannya ke belakang Shakti. Shakti melihat ke arah yang ditunjuk peri itu dan semakin kaget lagi. Yang ditunjuk si peri adalah gumpalan cahaya lain yang sudah melayang menggerumuni Shakti. Dan semua gumpalan-gumpalan itu ternyata adalah peri-peri lain, sama kecil dan bercahaya dengan peri pertama tadi. Semuanya, yang jumlahnya banyak sekali sampai mata Shakti sedikit sakit menahan cahaya terang benderang yang berasal dari semua peri itu, mengepakkan sayap kecil mereka dengan suara berdegung. Dan semuanya memandang Shakti dengan sangat antusias, memamerkan gigi runcing mereka dan hampir serentak menyapa Shakti sehingga terdengar seperti paduan suara dengan suara nyaring.
" HALOOO... !!! "
" Ha—lo juga ... " Jawab Shakti dengan salah tingkah sekaligus tidak percaya, lalu berkata pelan lagi: " Kalian—"
" Kau tidak tahu siapa kami? " Sambar peri lain yang berdiri dekat sekali dengan peri pertama yang menyapa Shakti tadi. Peri ini memakai gaun berwarna putih dan rambut keriting merahnya tergerai hampir menutupi sayapnya sendiri. Shakti menggeleng.
" Kami adalah bangsa peri! " Jawab peri lain yang juga berdiri, atau melayang lebih tepatnya, tak jauh dari peri tadi. Warna rambutnya hampir sama hijaunya dengan warna daun di sulur yang Shakti perhatikan di dalam ruangan tadi.
" Dan tempat ini bernama Fairy Castel ! " Kata peri yang lain dengan suara nyaring dan sayap yang mengepak-ngepak tidak berhenti. Mata kecilnya menunjukkan betapa bersemangatnya dia.
" Fairy... Castel... ? " Jawab Shakti bingung.
" Iya! Tempat dimana kau bisa terus bernyanyi dan menari! " Peri lain yang menjawab kali ini membuat semua peri lain mengumam setuju dan menganggukkan kepala dengan antusias.
Setelah itu, entah bagaimana, suara dentingan piano dan suara musik lainnya terdengar lagi, kali ini lebih keras dari pada sebelumnya. Pelan-pelan aroma wangi yang tadi dicium Shakti menyeruak lagi, lebih wangi dan lebih menyenangkan dari pada sebelumnya. Kerumunan peri sudah memudar, kembali berpencar dan terkikik, sementara lima peri yang tadi berbicara dengan Shakti sudah menarik-narik tangan Shakti, dua di tangan kiri dan tiga di tangan kanannya.
" Kalian mau membawaku kemana? " Tanya Shakti memandang dari tangan kiri ke tangan kanannya.
" Bersenang-senang! " Jawab salah satu peri di tangan kirinya.
" Iya! Kau harus ikut bernyanyi dan menari bersama kami! " Peri berambut hitam yang menyapanya pertama kali tadi juga menjawab di tangan kanannya.
Dan akhirnya Shakti mengikuti kelima peri itu yang membawanya ke lantai bundar dibawah yang selain penuh dengan bunga, sulur-sulur dan lilitan akar, juga dipenuhi dengan rumput-rumput pendek berwarna hijau yang kelihatannya halus sekali. Dipinggir tangga terletak sebuah piano besar yang terdiri dari begitu banyak pipa berongga yang menjulang tinggi. Beberapa peri bermain-main di atas tuts piano, meloncat sambil terkikik menekan salah satu tuts dan duduk diam sambil tertawa saat menekan tuts agak lama. Anehnya, cara mereka bermain piano malah menciptakan musik yang unik dan indah. Sementara itu beberapa peri yang lain sedang asik berterbangan di atas pipa berongga yang tinggi itu, mengikik riang saat pipa berbunyi dan mengeluarkan udara dari rongganya sehingga peri-peri itu terlempar ke atas. Di sampingnya berdiri sebuah lemari rendah dengan sebuah bunga matahari besar mekar dengan indah diatas permukaannya. Beberapa peri menari berpasangan di atas bunga matahari itu, menari balet, tap, tango bahkan berdansa gila-gilaan dan tidak beraturan. Disamping piano yang lain ada sebuah meja panjang yang diatasnya berderet biola, gitar dan cello besar yang masing-masing dikerumuni beberapa peri. Dua orang peri memegangi alat gesek biola dan menggerakkannya ke kiri dan ke kanan sementara beberapa peri yang lain berloncatan di atas senarnya. Keadaan gitar dan cello besar disampingnya tidak jauh berbeda, hanya saja tidak ada alat gesek pada gitar sehingga seorang peri memegang alat petik gitar yang pipih bulak balik pada senarnya. Sedangkan pada cello dibutuhkan lebih dari sepuluh peri untuk memegangi alat gesek dan menekan senarnya.
Hal yang lebih lucu adalah melihat sekumpulan peri di pojok ruangan lain yang menggerumuni satu set perangkat minum yang terbuat dari kristal. Semua peri berebut ingin memukul-mukul kristal yang bisa mengeluarkan bunyi nyaring itu. Ada dua orang peri yang sedang memperebutkan sebuah gelas kristal berkaki tinggi sehingga gelas itu bergerak ke kiri dan ke kanan dan akhirnya terjatuh dengan bunyi nyaring. Kedua peri melanjutkan pertarungan dengan saling memukul anggota tubuh lawan yang bisa dicapai, sedangkan peri-peri lain menertawakan di sekitar mereka. Ada juga seorang peri yang sepertinya terjebak di dalam sebuah botol kristal kosong, seorang peri lain duduk diatas tutup botol itu sehingga si peri yang terperangkap tidak bisa keluar, sedangkan beberapa peri lain memukul botol itu bergantian sehingga si peri yang terperangkap harus menutup telinganya rapat-rapat supaya suara dentingan kristal itu tidak memekakkan telinganya. Celakanya, si peri yang malang itu tidak bisa menutup kedua telinganya dengan rapat sehingga dentingan kristal masih terdengar di telinganya dan matanya berputar-putar karena pusing. Ada juga seorang peri yang berada di dasar gelas panjang sambil cegukan, matanya berputar-putar dan mulutnya menyeringai bodoh. Sepertinya peri itu telah meminum habis seluruh isi gelas itu dan langsung mabuk. Sementara itu seorang peri berdiri di luar gelas, menatap peri di dalam gelas itu sambil berkacak pinggang, lalu menggeleng dan mulai marah-marah. Shakti tertawa-tawa melihat tingkah peri-peri itu.
Lalu tiba-tiba terdengar suara paling aneh yang pernah di dengar Shakti, membuatnya buru-buru berbalik ke asal suara. Di seberang ruangan yang lain Shakti menemukan sekumpulan peri yang berjejer rapi makin kebelakang makin tinggi, mengepakkan sayap dan menangkupkan tangan di depan dada mereka. Berdiri paling depan dan membelakangi Shakti, terdapat seorang peri yang menggenggam sebuah tusuk gigi yang digerakkannya di udara memberi aba-aba kepada peri-peri lain. Tepat di hadapannya, melayang sebuah buku musik besar yang ternyata memandunya menggerakkan tusuk gigi tadi di udara. Setelah Shakti bergesar lebih ke kiri, dilihatnya dua orang peri yang dengan susah payah menopang buku musik yang besar itu. Koor peri itu terus membahana, bernyanyi dengan suara mereka yang nyaring dan melengking.
Kami adalah bangsa peri
Dengan sayap putih kami menari
Juga dengan musik kami menyanyi dan menari
Mengikik dan berlari
Bukan waktunya untuk bersedih
Tidak perlu merasa gundah dan lirih
Buang jauh-jauh rasa resah
Tinggalkan saja pikiranmu yang lemah
Selama kau bersama kami, kaum peri
Riang yang akan manghampiri
Senang akan mengelilingi
Menyanyi saja tralala trilili
Ayo goyangkan kakimu
Kalau punya, kepakkan saja sayapmu
Menari mengikuti alunan lagu
Lupakan semua yang mengganggu
Dengar, musik masih dimainkan
Berarti kita akan terus menyanyikan
Lagu-lagu yang menyenangkan
Yang akan menggembirakan
Ya! Kamilah para peri
Yang suka bernyanyi tralala trilili
Ayolah, ikuti kami menari
Melompat dan mengikiklah hihihi
… … …
|