Ny. Lars – Part 31 – LAST PART


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 31 -

 
… Episode sebelumnya …
Jenny memutuskan untuk pergi menemani ayahnya pulang ke Jerman, meninggalkan Kevin dan Lars. Dia memutuskan untuk tidak mendapatkan keduanya dari pada kembali membuat salah satunya menderita. Sementara itu Lars menyadari semua perasaan dan situasi itu dengan sangat terlambat …

 
amela Anderson dengan memakai salah satu pakaian bermerek yang menampilkan payudaranya yang 'super' itu, menempel di papan iklan yang besar. Beberapa meter di depannya terdapat seorang wanita mengenakan pakaian musim semi berwarna hijau muda, duduk di bangku taman dengan menggenggam sebuah buku dan sepotong sandwich. Ini adalah waktu makan siang dan wanita itu adalah Jenny yang sedang melakukan rutinitas siangnya.
Tiga bulan sudah berlalu dan berbagai kejadian sudah dilewati. Pameran lukisan ayah Jenny sukses besar, hampir setengah lukisannya terjual dengan harga tinggi dalam sekejap mata dan sisanya berada di salah satu galeri terbesar di Jerman. Sekarang Jenny bekerja di galeri itu, mengurusi lukisan ayahnya dan lukisan-lukisan lain, sementara ayahnya terus melukis di rumah sekaligus studio mereka.
Tapi ada yang tidak berubah dalam hidup Jenny, salah satunya adalah kenangannya akan Lars dan niatnya untuk menjadi satu-satunya nyonya Lars. Mungkin waktu tiga bulan belum cukup lama untuk mengubur cita-cita itu. Jenny menghabiskan sandwichnya dan meneguk kopinya sampai habis, lalu dibukanya lembar buku selanjutnya.
" Gutten tag, Frau Jenny. ( Selamat Siang, Ibu Jenny. ) "
Jenny kesal mendengar suara yang mengganggunya. Biasanya, orang iseng yang suka mengganggunya saat sedang membaca buku di jam istirahat siangnya hanyalah seorang tukang koran yang menawarinya koran, majalah atau apa saja yang bisa ditawarkan. Jenny memasang wajah sekesal mungkin dan siap mengatakan 'tidak'.
" Sepertinya ada orang yang bisa hidup tenang walaupun terbelit hutang. "
Ternyata yang didapatinya bukanlah tukang koran yang menyebalkan, tapi dia menemukan seorang laki-laki berdiri di depannya mengenakan mantel coklat, rambut sedikit gondrong dan kaca mata tipis bergagang hitam, membuat wajahnya terlihat lebih dewasa. Itu sosok yang dulu sangat dikenalnya dan yang dulu sangat dirindukannya.
" Lars?! "
" Hei. " Senyum itu lagi. Rasanya sudah begitu lama Jenny tidak melihat senyum itu.
" Kenapa lo ada disini? Ngapain lo ada disini? Dari mana lo tau gua ada disini? "
" Jawab yang mana dulu, nih? "
" Dari mana lo tau gua ada disini? " Ulang Jenny.
" Dari bokap lo. Tadi gua ke rumah lo dan bokap lo bilang, lo pasti ada disini. "
" Dari mana lo tau alamat gua? "
" Louise. "
Jenny teringat sosok sahabatnya yang satu itu lalu tersenyum. Dari dulu dia memang selalu menjadi penyebar berita yang efektif.
" Trus, ngapain lo disini? "
" Mau nagih utang. "
" Utang apa? "
" Katanya ada yang mau mempertanggung jawabkan semuanya kalo ketemu gua. "
Jenny teringat lagi dengan surat yang ditujukan kepada Lars sebelum dia pergi dan dia teringat kalau dia memang menjanjikan sesuatu.
" Cuma itu? Lo nggak mungkin datang jauh-jauh kesini hanya buat ngomong itu ke gua. " Tanya Jenny.
" Nggak sih. "
" Trus apa? "
" Gua sekaligus mau ngasih jawaban buat pertanyaan lo selama ini. "
" Buat apa? "
Jenny ingin meyakinkan pendengarannya sehingga dia bertanya lagi kepada Lars, tapi terlambat. Tanpa meminta izin terlebih dahulu Lars meraih tubuh Jenny dan memeluknya. Jenny terkaget-kaget sehingga tak bisa mengatakan apa-apa. Apa lagi saat Lars meraih wajahnya dan berkata pelan:
" Gua mau nyium lo. "
Tanpa menunggu jawaban dari Jenny, Lars meraih bibir Jenny dan menciumnya. Jantung Jenny berdebar kencang dan di dalam dadanya ada sesuatu yang menggelitik. Butterfly, dia merasakannya lagi.
" Dua tahun lebih gua memendam perasaan buat ngelakuin itu sama lo. " Kata Lars setelah ciuman itu selesai dengan sedikit disesali Jenny. " Sekarang gua minta lo ikut gua pulang. " Kata Lars lagi.
" Ikut pulang? Kemana? "
" Ikut gua pulang, kerja lagi sama gua. Kali ini lo bukan lagi asisten gua, lo jadi pendamping gua. " Jenny lebih kaget lagi. " Gua baru sadar kalo gua juga ternyata sayang sama lo, gua cinta sama lo, gua pengen milikin lo. Mangkanya, lo harus ikut gua pulang, kita tebus dua tahun lebih yang kita habisin tanpa sadar apa-apa. "
Tidak salah lagi, ini adalah sebuah lamaran! Tidak seperti Kevin yang pernah melamarnya dengan sebuah cincin berlian, Lars tidak membawa apa-apa. Tapi anehnya, apa yang dilakukan Lars ini jauh lebih manis dan mengesankan dibandingkan lamaran siapa pun juga. Dan Jenny memeluk Lars dengan erat sebagai jawabannya.
14 Februari
Disebuah taman terdapat beberapa meja bundar yang dikelilingi beberapa kursi berlapis kain putih. Di salah satu sudut terdapat sebuah panggung kecil yang setiap tiangnya dililit bunga mawar merah muda.
Terdapat banyak tamu disana, sedang berdiri di depan kursi masing-masing dan memandang ke atas panggung menyaksikan Lars dan Jenny. Lars yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih, terlihat sedang memasangkan sebuah cincin bertahtakan berlian kecil ditengahnya ke jari manis di tangan kiri Jenny. Jenny sendiri mengenakan long dress panjang bertali di bagian punggung. Gilirannya menyematkan cincin kedua yang sama dengan cincin pertama tadi ke jari manis tangan kiri Lars.
Seorang laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna pink lembut berlaku sebagai pembawa acaranya. Setelah prosesi itu, dengan lantang dia berkata:
" Dengan senang hati saya mengumumkan bahwa Lars dan Jenny pada hari ini sudah resmi bertunangan! "
Louise, Norman, Kevin, ayah Jenny, ibu Jenny dan Filemon, juga semua tamu lainnya bertepuk tangan dengan meriah. Dan Lars mencium Jenny diatas panggung.
" And now, let's get party begin, tapi sebelumnya ada pesan khusus dari Lars untuk Jenny, katanya: 'Jen, tolong jangan sentuh sampangenya'. "
Dan semua orang tertawa termasuk Jenny dan Lars yang berada di atas panggung.

 
~ TAMAT ~