Shakti And The Shooting Stars ( Middle Part 2 )


… … …
Terdengar suara teriakan seorang wanita dari luar caravan. Shakti langsung terdiam dan buru-buru mengikuti Tom keluar. Di depan caravan mereka melihat seorang wanita berlari tertatih-tatih sambil memegangi dadanya. Walaupun malam sudah dijelang dan langit sudah menularkan kegelapannya di sekitar caravan, Shakti masih bisa melihat dengan jelas darah segar yang mengalir dari dada wanita itu. Tom berlari menghampirinya, yang ternyata adalah Bibi Merry yang merupakan salah satu anggota sirkus yang dipimpin ayah Tom. Dengan terbata-bata sambil meringis menahan sakit dan mata terbelalak, bibi Merry berkata:
" Orang-orang Path, mereka tiba-tiba menyerang, melukai semua orang... "
Lalu bibi Merry berlari lagi, meninggalkan Tom yang terdiam sangkin kagetnya. Shakti menghampirinya, menyentuh lengannya dengan pelan, ingin bertanya atau mengatakan sesuatu, tapi suaranya tidak keluar karena tertahan oleh teriakan lain, kali ini lebih keras dan lagi-lagi membuat Tom tersadar dari keterkagetannya dan berlari menuju asal suara. Shakti juga bisa mendengar suara-suara itu dengan jelas. Suara jeritan, pukulan, bunyi dentingan logam lalu suara api yang menderak dan lebih banyak teriakan. Shakti ngeri bukan main, dia tidak tahu dan sebenarnya tidak ingin tahu suara apa itu, tapi toh dia tetap mengikuti Tom berlari ke asal suara.
Di tengah kumpulan caravan, tempat dimana beberapa hari ini Shakti dan semua kelompok Gypsy makan malam sambil menyanyi dan menari dan tempat dimana sebuah api unggun selalu dinyalakan, disana sudah tidak ditemukan suasana menyenangkan lagi. Api unggun memang masih ada di tengah, tapi apinya menyala sangat besar dan menari-nari seperti sedang marah. Disekitar api itu, pemandangan yang dapat dilihat sangat tidak menyenangkan. Lebih dari lima puluh orang tersebar di sekeliling api unggun, mengenakan pakaian lusuh dengan pedang, tombak, pisau, senjata apa pun di tangan mereka. Mereka adalah orang-orang dari kota Path. Shakti bisa melihat wajah-wajah mereka yang penuh koreng berwarna merah dan berair, tangan mereka berwarna hitam dengan kulit yang mengelupas dan mengeluarkan darah. Mata mereka merah dan melotot mengerikan sambil memukul, menebas, melukai siapa saja yang menghalangi mereka. Keadaan wajah dan kulit seperti itu jelas bukan dikarenakan luka perang, itu pasti karena wabah penyakit misterius yang diceritakan Rebeca.
Kelompok Gypsy yang berada di sekitar api unggun itu melawan dengan sekuat tenaga. Dapat dilihat dengan jelas bahwa kelompok Gypsy tidak dalam keadaan siap saat orang-orang Path menyerang. Mereka hanya menggunakan kayu bakar, panci, tongkat pemanggang, bahkan gitar untuk melawan. Shakti bergidik ngeri lagi, di depan matanya seorang Gypsy sedang berjuang mati-matian melawan seorang pasukan Path yang baru saja berhasil menusuk lengannya. Darah mengucur kemana-mana dari lengan itu, tapi dia tetap melawan. Tom juga kaget bukan main. Beberapa meter di depan dilihatnya sang ayah sedang berjuang melawan dua orang pasukan Path yang mencoba menebas lehernya. Tom langsung mengambil sebuah pedang yang terlempar dari tangan seorang pasukan Path dan berlari menerobos kerumunan langsung menuju ayahnya.
" Papa, apa yang terjadi? " Tanya Tom sambil berteriak setelah berhasil memukul dua orang pasukan Path yang mengepung ayahnya. Sekarang ayah dan anak itu melawan sambil saling memunggungi.
" Orang-orang Path ini... sepertinya mereka tidak bisa menahan diri untuk menyerang kita. "
TRANG! Pedang beradu pedang. Tom mendorong ke depan sekuat tenaga saat pedangnya menghantam pedang seorang pasukan Path. Dia terpelanting ke belakang dan Tom langsung menusuk jantungnya.
" Dimana mama? " Tanya Tom lagi yang dalam hatinya sedang sangat bersyukur karena sang ayah telah mengajarinya bagaimana menahan serangan lawan sejak dia masih kecil. Selama ini anggota Gypsy Group lain mengatakan kalau ayah Tom adalah orang aneh, yang mengatakan kalau semua orang harus bisa melindungi, paling tidak dirinya sendiri. Sekarang hasil pembelajarannya terbukti membantu Tom melawan pasukan Path yang menggila seperti banteng mengamuk.
" Aku tidak tahu. Tadi dia pergi menyingkir bersama Viera dan wanita-wanita yang lain. Kau pergilah, cari mamamu, selamatkan dia! "
" Bagaimana dengan papa? " Tanya Tom.
Ayah Tom menusuk perut seorang pasukan Path, membuat orang itu jatuh tersungkur lalu menjawab lagi: " Aku bisa menangani mereka! Kau pergi saja! Cepat! "
Tom menatap ayahnya lagi, ingin sekali membantah perintahnya kali ini, tapi sang ayah memandanginya seolah mengancam sehingga Tom mau tidak mau melangkah pergi tepat saat lengan ayahnya tertusuk tombak.
Sementara itu, Shakti yang tadi ditinggal sendiri oleh Tom terpaksa mengambil sebuah kayu dan menghantamkannya ke kepala seorang pasukan Path yang mendekatinya dengan membabi buta dan membawa pisau. Dia tidak pernah berkelahi sebelumnya, dia tidak tahu bagaimana caranya meninju orang lain, jadi dia memutuskan untuk menyingkir. Dia berjalan ke belakang sebuah caravan yang tidak terlalu ramai tapi malah menemukan Viera dan beberapa wanita duduk meringkuk dan sedang bersembunyi di caravan lain. Shakti berlari untuk bergabung bersama mereka, tapi baru saja melangkah dilihatnya seorang pasukan Path menyelinap tepat dibelakang Viera sambil mengacungkan pedang, siap menyerang. Secara otomatis Shakti berteriak: " Awas! "
Diambilnya sebongkah batu besar yang tergeletak di samping kakinya lalu dilemparnya tepat mengenai wajah musuhnya. Pasukan Path itu terhunyung, pedangnya jatuh dan Viera dengan gagah berani mengambil pedang yang terjatuh itu dan menusukkannya ke dada pasukan Path itu. Jeritan memekakkan telinga, membuat semua wanita itu juga ikut menjerit. Shakti sudah bergabung dengan rombongan itu saat Viera berteriak: " Dia wanita! Orang-orang Path ini membiarkan wanita ikut menyerang sedangkan kita tidak! Kita harus melarikan diri! Masuk ke hutan! "
Kumpulan wanita itu menjerit lagi karena beberapa pasukan Path sudah menemukan tempat persembunyian mereka dan mulai menyerang. Semua wanita Gypsy itu berlarian ke segala arah, mencoba melarikan diri. Ada yang tidak berhasil, ada yang tertusuk pedang, ada yang jatuh terjembab dan menjadi sasaran empuk tendangan, ada juga yang rambutnya dijambak, sedangkan Shakti terdorong kesana kemari sambil membelalak menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pembantaian tanpa belas kasihan ini.
Disisi lain, beberapa caravan mulai terbakar, kuda-kuda meringkik ketakutan dan berlari pergi begitu juga dengan kerbau-kerbau dan kambing perliharaan. Derak api makin terdengar menyeramkan, teriak kesakitan dan kemarahan terdengar memilukan. Anak-anak menangis, ibu-ibu menangis, bau darah tercium dimana-mana. Tom mencari sosok ibunya kalang kabut, memasuki setiap caravan yang belum terbakar sambil memanggil ibunya, tapi tidak ada hasil. Dia sudah sangat panik. Jumlah caravan yang terbakar juga sudah semakin banyak, orang-orang makin banyak bergelimpangan, Tom sendiri tidak yakin apa ayah dan ibunya bisa selamat. Jumlah orang-orang Path ini begitu banyak, seperti tidak ada habisnya dan mereka menyerang dengan sangat mendadak dan membabi buta, tidak membiarkan kelompok Gypsy melawan sedikit pun. Tom bersandar di balik caravan yang gelap, merasa lelah. Marah, sedih dan kesal. Matanya sudah sangat panas, dia ingin menangis. Tapi tiba-tiba sebuah suara terdengar dari samping kanannya. Tom menggenggam pedang dengan kuat, siap menyerang siapa pun yang menampakkan diri. Dibelakangnya, sebuah caravan meledak terbakar lagi, itu klinik Viera. Dengan api yang berkobar, Tom dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang berjalan ke arahnya dan buru-buru menahan gerak pedangnya yang hampir saja membunuh. Karena orang itu adalah Shakti, berjalan dengan hati-hati lalu kaget melihat Tom mengarahkan pedang kepadanya.
" Tom! " Teriak Shakti.
" Shakti! " Tom langsung mengesampingkan pedangnya.
" Kau melihat ibuku? … Apa kau melihatnya? " Tanya Tom.
Shakti menggeleng dengan terburu-buru. " Aku hanya melihat banyak darah, banyak mayat, aku tidak bisa mengenali satu pun! "
Lalu keduanya terlonjak kaget. Seseorang berlari ke arah mereka dan menabrak punggung Tom. Ia langsung mengangkat pedangnya lagi, tapi ternyata orang itu adalah Marion, berlari dengan tergesa-gesa sambil memeluk bola kristal, kartu tarot dan botol-botol sherrynya.
" Kalian! " Katanya setelah menyadari siapa yang ditemuinya. " Cepat pergi! Sudah kubilang akan terjadi bencana! Sudah kuramalkan dengan jelas! Pergilah! Kalian berdua harus pergi, sekarang! " Marion memelototi Shakti dan Tom lalu menunjuk ke arah hutan dengan telunjuk kanannya sehingga kartu tarotnya jatuh dari pelukan. Tapi sepertinya Marion tidak perduli dengan kartu tarotnya lagi, dia malah kelihatan sangat marah dan entah kenapa saat ini Shakti begitu percaya dengan semua perkataan Marion. Dia tidak meragukannya sedikitpun, bahkan sekarang dia sangat ingin berlari kehutan seperti yang diperintahkan Marion. Jadi dengan sedikit tidak sadar, Shakti menarik tangan Tom dan mengajaknya berlari masuk ke dalam hutan yang ditunjuk Marion itu. Mereka masih bisa mendengar Marion yang berteriak lagi: " Ya, begitu! Kalian harus pergi jauh—AH!! " Selanjutnya yang terdengar hanya suara botol-botol sherry milik Marion yang jatuh dan pecah berkeping-keping, lalu terdengar teriakan:
" Ada yang kabur ke hutan! Kejar mereka! Jangan sampai ada yang lolos! Bunuh semuanya! "
Shakti sebenarnya ingin sekali berbalik menolong Marion, dan dia yakin Tom juga menginginkan hal yang sama dengannya, tapi dia terus saja berlari menerobos dahan-dahan pohon, semak-semak dan akar pohon yang membuat limbung. Shakti bisa mendengar langkah-langkah kaki berat berlari di belakang mereka sementara dia sendiri bisa merasakan napasnya yang berat dan terengah-engah. Dahan dan semak masih saja melukai tangan dan wajah Shakti walaupun sudah diusahakan untuk disingkirkannya. Lalu terdengar sebuah suara tarikan busur dan sebuah anak panah melesat melewati ujung matanya dan menancap di batang pohon. Suara tarikan busur terdengar lagi, lalu Tom berteriak mengalahkan suara derap lari pasukan Path di belakang mereka. Shakti menghentikan larinya dan berbalik melihat Tom yang sudah jatuh terjembab sambil memegangi lengan kirinya.
" Tom, kau kena! " Teriak Shakti, melihat lengan Tom yang luka dan wajah Tom yang meringis menahan sakit.
" Aku tidak apa-apa. " Tom membalas.
" Itu mereka! " Pasukan Path itu masih mengejar mereka, malah terlihat tepat di belakang Tom terdapat seorang pasukan Path yang membawa sebuah busur panah yang siap ditembakkan. Tom mengambil pedang yang terjatuh di dekat kakinya yang sedari tadi dibawa lalu memegangnya seperti sebuah tombak dan melemparkannya kearah pasukan Path yang memegang panah itu. Pedang itu tepat mengenai perut pasukan itu.
" Lari! " Tom berdiri sambil berteriak lalu berlari lagi dengan tangan kanan memegangi lengan kirinya yang berdarah. Shakti mengikuti Tom, pikirannya makin kalut, tidak perduli kemana Tom akan membawanya yang penting mereka harus bisa lepas dari orang-orang Path ini. Shakti memandang kebelakang, dia dapat melihat pasukan Path itu mengacung-acungkan senjata mereka yang memantulkan cahaya bulan. Lalu baru disadarinya kalau pepohonan tidak lagi tumbuh disekitarnya dan Shakti menabrak sesuatu. Dia memandang kedepan lagi dan melihat Tom yang berhenti dan menunduk memandang sesuatu dibawahnya. Shakti ikut berhenti juga, ia memandang kebawah dan menemukan sebuah lubang yang dalam sekali sehingga Shakti tidak dapat melihat dasarnya yang gelap. Tom menggerang putus asa lalu memandang sekeliling lubang yang ternyata sudah dikelilingi oleh pasukan Path lain sehingga Tom dan Shakti buru-buru berbalik kearah jalan yang dilewati mereka tadi tapi malah dihadang oleh pasukan Path yang sudah berdiri beberapa meter dihadapan mereka, memegang senjata sambil menyeringai dengan senang.
" Mau kemana lagi kalian? " Seorang pasukan Path yang berdiri paling depan berkata sambil menyeringai. Giginya kuning sekali dan koreng di wajahnya dipenuhi nanah yang berwarna kuning kehijauan menjijikkan. Pasukan lain terkekeh geli.
" Sudah ku bilang, kalian tidak bisa lari... " Katanya lagi.
" Kalian telah membunuh semua keluarga dan saudara-saudaraku, tidak akan aku izinkan kalian puas dengan membunuhku juga. Tidak ada pilihan lain... " Tom menggerutu dengan berbisik sehingga hanya Shakti yang bisa mendengarnya.
" Apa katamu, Tom? " Tanya Shakti, juga dengan suara berbisik.
" Kita harus lompat. " Kata Tom lagi, masih dengan berbisik. Sementara itu pasukan Path mulai melangkah maju dan siap menghunuskan senjata mereka. Shakti dan Tom benar-benar terpojok jadi Tom memegang tangan Shakti lalu berteriak sekali lagi:
" Lompat!!! " Akhirnya Tom dan Shakti melompat, membiarkan orang-orang Path itu mengutuk keras karena tidak menyangka Tom dan Shakti akan melakukan lompatan bunuh diri itu. Shakti bisa merasakan angin disekitarnya menderu karena dia jatuh, lalu tubuhnya menghantam tanah dan terus berguling kebawah. Teriakan Tom terdengar disampingnya, tangannya masih memegang tangan Shakti sementara mereka terus berguling dan akhirnya terhempas.
… … …