Ny. Lars – Part 5 -


Black Rabbit
" NY. LARS "
- Part 5 -

 
… Episode sebelumnya …
Tanpa disengaja Lars berkenalan dengan seorang wanita cantik dan seksi bernama Cherry di sebuah klub yang pada akhirnya malah membuat Lars babak belur dan membuat Jenny harus datang menjemputnya…

 
Apa yang dilihat Jenny di pagi berikutnya, diantara lembar-lembar koran lokal, benar-benar membuatnya kaget. Dirublik biro jodoh terdapat sebuah kolom yang jelas-jelas menuliskan ciri-cirinya dan nomor telepon yang dikenalnya. Untung saja namanya tidak terpampang di kolom itu, tapi nomor telepon yang ada di sana sudah dapat menjelaskan dengan pasti siapa yang sudah dengan seenaknya menuliskan ciri-cirinya di kolom biro jodoh itu. Dalam kolom itu tertulis seperti ini:

 
Seorang gadis berambut coklat, kulit putih, tinggi dan langsing sedang mencari seorang laki-laki yang baik, sabar dan tidak mengecewakan untuk menjemputnya setiap hari sebagai pacar. Hub: 08xxxxxxxxxx.

 
Jenny langsung menghubungi nomor ponsel yang tertera di kolom itu yang memang sudah dihapalnya diluar kepala.

 
" Lou, kan gua udah bilang, gua nggak mau ikut biro jodoh! Lagian zaman sekarang masih pake biro jodoh-biro jodoh segala! Pokoknya gua nggak mau tau lo harus batalin tuh kolom norak! "
Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang akan dilalui Louise diatas tempat tidur sampai waktu sudah menunjukkan tengah hari yang menandakan waktu bagi Louise untuk bangun dan memulai hari-harinya; pagi ini Louise sudah membuka matanya lebar-lebar bahkan sebelum jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Sekarang dia sedang memegang clipboard dan mencorat-coret sesuatu diatasnya.

 
" Hai, Jen! Lo kok marah-marah di telepon pagi-pagi kayak gini? " Jawab Louise sambil tetap menulis.

 
" Gimana gua nggak ngamuk kalo lo beneran masukin nama gua di biro jodoh? Kampungan banget lo, ya? Serius, Lou! Pokoknya lo harus batalin tuh kolom! Kudu! "

 
" Gimana caranya? Korannya kan udah dicetak banyak, udah disebar lagi. Masa harus gua telusurin satu-satu? "

 
" Gua nggak peduli! Kalo kayak gini, gua jadi kayak orang kampung norak tau nggak?! Harga diri gua jatuh! "

 
" Harga diri yang mana? " Louise tertawa mendengar Jenny yang semakin mengamuk saat mendengar komentar asalnya tadi. Buru-buru dihentikannya omelan Jenny itu. " Jen, lo tenang dulu dong. Gua kan udah terlanjur masukin nama lo, dan udah di cetak lagi. Tenang aja, kan nggak pake nomor telepon lo, biar gua yang urus, lo terima beres aja. So far, udah ada lima orang yang bikin janji ketemu. Lo harus mau ketemu mereka, ya! "

 
" Nggak mau! Waktu itu kan udah gua bilang kalo gua nggak mau ikut! Lo yang maksa, kalo gitu, lo aja yang ketemu mereka, gua nggak mau! "

 
" Jangan gitu dong, neng! Lo mau punya cowok secepetnya kan? Gua bantuin kok nggak ada terima kasihnya sedikit pun, sih? "

 
Jenny terdiam. Memang sih dia sedang sangat membutuhkan seorang laki-laki yang mau berpura-pura menjadi pacarnya untuk meyakinkan Lars kalau dia tidak berbohong, tapi Jenny tidak pernah memikirkan akan mendapatkan pacar_atau pacar bohongan_dengan cara seperti ini. Belum lagi kalau memikirkan laki-laki yang berencana bertemu dengannya pastilah laki-laki yang awalnya hanya ingin iseng. Siapa yang mau membeli kucing dalam karung, kecuali kepepet? Biro jodoh seperti ini kan sama saja dengan membeli kucing dalam karung. Dan laki-laki yang mencoba untuk membeli kucing itu pastilah laki-laki yang kepepet, alias laki-laki yang tidak laku sehingga mencari jodoh dengan cara seperti ini.

 
" Tapi, Lou—" Jenny masih mencoba menyelamatkan nasibnya, tapi lagi-lagi Louise menyela perkataannya.

 
" Nggak ada tapi-tapian lagi, Jenny! Gua udah keburu bikin janji, dan lo harus dateng. Gua maksa! "

 
" Lou—"

 
" Udah! Jangan telepon gua lagi, ntar ada yang mau telepon gua malah nggak bisa masuk gara-gara lo kelamaan nelpon gua. Udah ya! "

 
Dan klik! Lagi-lagi telepon itu diputus secara sepihak. Tapi kali ini Jenny tidak berusaha menelepon balik, dia hanya duduk dan cemberut. Memang susah punya teman yang sangat ambisius kalau sudah mempunyai keinginan, seperti Louise. Tidak akan ada yang bisa mencegahnya melakukan apa yang ingin dilakukannya. Lagi pula untuk apa Jenny harus bersusah payah membujuk Louise membatalkan segalanya? Toh semuanya sudah berjalan sejauh ini, jadi lebih baik Jenny berperan seperti yang Louise inginkan dan membiarkan Louise menyadari sendiri kalau usahanya yang satu ini tidak akan berhasil dengan baik. Ya, kan? Cara apa lagi yang bisa ditempuh Jenny agar persahabatannya dengan Louise tetap berjalan lancar sekaligus usahanya mencari pacar bohongan juga akan terlaksana? Ini yang namanya sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Betul tidak? Jadi biarkan saja Louise berjalan dengan jalannya sendiri yang memang kelihatannya akan sia-sia itu.

 
...Bersambung...