Managemen Ikhlas


Kalau saja tidak ada keinginan untuk mencari suasana yang lebih menarik dari pada ini, kalau saja kebosananku tidak begitu menguasai dan mengikatku dengan begitu kencang, selalu saja memintaku untuk memberontak dan mencari sesuatu yang baru, yang lebih segar, yang tidak membosankan, yang bukan itu-itu saja, yang diluar kebiasaaan. Tentu saja aku tidak akan selalu merasa semenyedihkan ini. Obsesiku kadang terlalu tinggi, sifat perfeksionisku terlalu mengaturku, membuatku menjadi begitu idealis dan kaku, dan keras kepala, dan menyebalkan. Tapi apa yang harus aku lakukan untuk bisa mengerem diriku sendiri? Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan banjiran pertanyaan dan luapan adrenalin yang mencoba memberontak keluar dari dalam diriku ini? Bagaimana? Malah kadang kala aku sendiri tidak tahu apa yang aku butuhkan, apa yang ingin aku lakukan untuk memuaskan rasa ingin tahuku yang membingungkan ini. Aku bingung dengan diriku sendiri dan ini membuatku merasa seperti orang gila, yang punya kepribadian ganda, triple, bahkan lebih dari itu. Aku takut kalau aku akan menjadi orang gila….
Aku harus belajar untuk bisa menerima segalanya dengan lapang dada. Apa yang aku terima sudah pasti apa yang memang harusnya aku terima, aku harus meyakini hal ini. Tapi… susahnya, selama ini aku berpikir kebalikannya. Jika aku ingin mendapatkan segala sesuatu dengan kualitas paling baik, maka aku harus mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan yang aku punya dengan sebaik-baiknya terlebih dahulu. Karena apa yang diawali dengan baik akan berakhir dengan baik pula.
Tapi kadang pada kenyataannya apa yang kita terima terasa tidak sebanding dengan apa yang telah kita kerahkan dengan sekuat tenaga. Itu membuatku kecewa, sering kali membuatku kecewa. Nah… itulah gunanya aku belajar untuk bisa menerima semuanya dengan lapang dada, benar kan? Kita tidak bisa menerima semua yang kita inginkan, karena belum tentu semua itu memang yang terbaik bagi kita. Yakinlah bahwa Tuhan lebih tahu apa yang paling baik untuk kita, maka dari itu Dia memberikan apa yang terbaik bagi kita, bukan apa yang kita inginkan. Karena itu, belajarlah untuk selalu memberi yang terbaik tanpa pamrih, tanpa perlu berpikir apa yang akan kita terima di masa yang akan datang. Anggap saja investasi, suatu saat kita akan menerima keuntungannya dengan berlipat ganda, tentunya semua akan indah pada waktunya nanti.
Tidak akan mudah untuk melakukannya, aku tahu itu. Tapi berusahalah terus, walaupun sering kali kau merasa lelah dan ingin berhenti. Tidak ada salahnya merasa kesal, kecewa dan marah, itu sangat manusiawi. Tapi_sekali lagi_yakinlah bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
Just believe it….
071209 ~ Black Rabbit ~