Dan seolah ‘memperingati’ bencana
alam tersebut, sutradara, script writer dan producer Paul W.S. Anderson yang
merupakan suami dari seorang Milla Jovovich yang sudah sangat terkenal di dunia
perfilman Hollywood dan sebelumnya telah berhasil menyutradarai beberapa film
Resident Evil bersama sang istri dan juga beberapa film lain seperti The Three
Musketears, Death Race dan bahkan Alien vs. Predator, kini menghadirkan sebuah
film mengenai bencana meletusnya gunung Vesuvius dalam film yang berjudul
Pompeii.
Sesuai dengan judulnya, film ini
mengambil setting di sebuah kota bernama Pompeii di dekat kota Napoli, yang
sekarang berada di wilayah Campania, Italia pada tahun 79 M. Tepatnya pada
tanggal 24 Agustus 79, gunung Vesivius yang masih mendapatkan julukan gunung berapi
paling berbahaya di dunia hingga saat ini meletus dan mengubur kota Pompeii dan
beberapa kota di sekitarnya hingga rata dengan tanah. Diperkirakan 10.000
hingga 25.000 orang tersapu aliran lahar panas, hujan abu vulkanik dan berbagai
material gunung berapi lainnya yang diperkirakan bersuhu 250 °C dan terkubur
hidup-hidup di sana. Hingga kurang lebih 1.600 tahun kemudian reruntuhan kota
tersebut ditemukan secara tidak sengaja. Jejak-jejak bencana alam dahsyat itu
masih dapat ditemukan dengan sangat jelas di reruntuhan kota Pompeii, termasuk
para korban yang tertutup abu dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Pemandangan
itu begitu menakjubkan sehingga pada tahun 1997 kota Pompeii diresmikan menjadi
salah satu situs warisan dunia UNESCO.
Dalam film layar lebar kali ini,
Pompeii menceritakan kisah mengenai seorang budak bernama Milo (Kit Harington)
yang merupakan satu-satunya korban selamat dari bangsa Celtic di Britannia yang
mengalami pembantaian oleh pasukan Roma. Sebagai budak, Milo berhasil bertahan
hidup dengan menjadi seorang gladiator yang cukup disegani di kalangan budak
lain dengan julukan ‘The Celt’. Dalam perjalanannya ke kota Pompeii bersama
para budak lain, Milo tanpa sengaja bertemu dengan seorang Putri dari salah
satu pasangan petinggi di kota Pompeii, yaitu Severus (Jared Harris) dan
Aurelia (Carrie-Anne Moss) bernama Cassia (Emily Browning). Sang Putri yang
selalu ditemani oleh pelayan pribadinya: Ariadne (Jessica Lucas) baru saja
kembali dari perjalanannya ke Roma selama satu tahun dan pulang untuk
menghindari Senator Corvus (Kiefer Sutherland) yang ingin memperistrinya. Tapi begitu
sampai di kampung halamannya, Cassia malah mendapati bahwa sang Senator yang
selalu ditemani oleh pengawal pribadinya: Proculus (Sasha Roiz), sedang
menjalani perjanjian bisnis dengan sang ayah. Dengan sangat licik, Senator
berhasil ‘membujuk’ Severus untuk menikahkan Cassia dengan dirinya agar kota
Pompeii tidak dimusuhi oleh Roma.
Nasib baik menaungi Milo saat
secara tidak sengaja dia bertemu lagi dengan Putri Cassia dan menolong sang
Putri menenangkan kuda kesayangannya. Di sanalah benih-benih cinta di antara
keduanya muncul walaupun diakhiri dengan ditangkapnya Milo karena berusaha ‘menculik’
sang Putri. Sementara itu, Milo bertemu dan berteman dengan Atticus (Adewale
Akinnuoye-Agbaje), seorang budak juara gladiator yang dijanjikan akan
mendapatkan kebebasannya setelah melakukan pertarungan satu-lawan-satu
terakhirnya dengan Milo. Tapi tentu saja kebebasan yang didambakannya tidak
akan pernah terwujud. Atticus malah diharuskan berkelahi melawan para gladiator
lain di sebuah pertunjukan drama-gladiator yang telah diatur oleh Senator
Corvus agar Milo yang juga menjadi salah satu dari gladiator di acara tersebut
dijadwalkan untuk mati.
Dan tepat saat itu, gunung
Vesivius memutuskan untuk memuntahkan isi perutnya dan meluluh lantahkan semua
kota yang dilalui aliran lahar dan hujan debu vulkaniknya.
Film yang satu ini merupakan
disaster-adventure film yang sangat menarik untuk ditonton. Dengan durasi 105
menit yang tidak terlalu lama, film yang sangat kental dengan setting dan
budaya Romawi di dalamnya begitu memikat. Alurnya cepat, dengan karakter tokoh
yang tidak terlalu kuat tapi beberapa tokoh utamanya cukup berhasil menarik
simpati para penonton. Setting, costume dan make-up nya luar biasa, membuat
kita seolah benar-benar berada di sana dan berjalan di jalanan kota Pompeii
yang telah musnah lebih dari 1.600 tahun yang lalu. Kesan ini pun terasa
semakin kental dengan sinematografinya yang indah dan sudut kamera yang sengaja
mengambil angle wide shot cukup sering agar setting kota yang menakjubkan dapat
dinikmati dengan maksimal.
Tema utama film ini sendiri
adalah bencana meletusnya gubung Vesivius yang memusnahkan sebuah kota Pompeii
dan seluruh kebudayaannya. Karena itulah, bumbu romance, politik dan hal lain
yang ditampilkan dalam film ini memang sengaja tidak terlalu ditonjolkan. Untuk
beberapa orang, formula ini mungkin akan membuat mereka kecewa karena tidak ada
satu kisah specific yang bisa digali hingga cukup dalam. Tapi bagi saya pribadi
eksekusi ini merupakan sebuah keputusan yang tepat. Paling tidak, saya tidak akan
menemukan sebuah kisah romance picisan yang terlalu dibuat-buat di dalamnya. Ending
film pun berhasil memberikan kesan yang mendalam bagi saya. Ini mungkin tidak
akan berhasil saya dapatkan jika film ini ‘terpaksa’ selesai dengan happy
ending, sesuatu yang memang nyaris tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata
pada saat itu.
Saya memberikan tiga setengah
dari lima bintang untuk film ini. Semoga saja film ini tidak memunculkan sekuel
atau pun prekuel-nya sehingga kesan ending yang mendalam itu tidak ‘teracuni’
dan masih melekat dengan indah di benak saya. =)