Sejak 2010 lalu sebuah TV series
yang dibuat berdasarkan buah karya Sir Arthur Conan Doyle berjudul Sherlock
mulai tayang di stasiun TV BBC, Inggris. Tapi, tidak seperti TV series biasa
pada umumnya, pada setiap season Sherlock hanya berisikan tiga series di mana
masing-masing series berdurasi 85-90 menit. Dengan durasi sepanjang ini kita
seolah menonton sebuah film televisi, bukannya TV series. Serial Sherlock kali
ini dikembangkan oleh dua orang penulis scenario film maupun serial yang sudah
cukup terkenal: Mark Gatiss dan Steven Moffat yang sebelumnya juga pernah
bekerja sama sebagai writer untuk serial Doctor Who yang juga ditayangkan BBC.
Awal kisah dimulai dengan
mendapati seorang Doctor bernama John Watson (Martin Freeman) yang mengalami luka
dan trauma pasca keterlibatannya dalam perang di Afganistan. Atas saran
psikolognya, Watson diminta untuk menuliskan segala hal yang mengganggu
pikirannya di sebuah blog. Tapi tidak ada satu hal pun yang menarik untuk
Watson tulis di sana, sehingga blog itu pun tetap saja dibiarkan berupa halaman
kosong. Lalu krisis keuangan mulai melanda Watson sehingga dia memutuskan untuk
mencari seorang teman yang mau berbagi apartemen bersamanya. Di sinilah secara
tidak sengaja Watson bertemu dengan Sherlock Holmes (Benedict Cumberbatch),
seorang ‘consulting detective’ yang tinggal sendirian di sebuah flat yang
disewakan oleh Mrs. Hudson (Una Stubbs). Awalnya Watson sama sekali tidak
berniat mengambil flat itu dan tinggal bersama Sherlock, apalagi melihat sifat
calon room mate nya yang sangat berbeda dengannya. Tapi secara tidak terduga
Watson malah ikut serta dalam kasus yang sedang diselidiki Sherlock.
Ada begitu banyak hal lain yang
membuat Watson bingung mengenai Sherlock. Belum apa-apa seorang laki-laki
bernama Mycroft Holmes (Mark Gatiss) yang ternyata adalah adik Sherlock
menawari Watson sejumlah uang sebagai ganti berbagai informasi yang ingin
diketahuinya mengenai kegiatan sehari-hari Sherlock. Selain itu Sherlock juga
begitu sering dipanggil oleh Detective Inspector Greg Lestrade (Rupert Graves)
untuk menyelesaikan berbagai kasus yang membuat Metropolitan Police Service
kebingungan. Sementara itu asisten sang detective sendiri menyarankan agar
Watson menjauhi Sherlock yang menurutnya adalah seorang psycopat. Sherlock juga
cukup sering menghabiskan waktu di laboratorium di St. Bart’s Hospital yang diurus
oleh asistennya: Molly Hopper (Louise Brealey) yang juga merupakan seorang
Pathologist dan sebenarnya naksir Sherlock.
Tapi anehnya dengan semua sifat
yang sering kali membuat Watson kebingungan, tetap saja Watson mau mengekori
Sherlock ke sana kemari untuk membantunya memecahkan berbagai kasus atau hanya
sekadar mengambilkan ponsel Sherlock yang sebenarnya berada di saku jaket yang
sedang dia pakai. Dan tanpa disadarinya kegiatan itu justru membuat Watson
merasa ‘benar-benar hidup’ hingga dia melupakan kakinya yang sakit dan kolom di
blognya pun mulai terisi.
Kalau saya boleh memulai pendapat
saya kali ini dengan lebih subjectif, saya harus mengakui bahwa pada awalnya
serial televisi ini sama sekali tidak membuat saya tertarik. Genre detective
memang bukan genre favorit saya. Lagipula menyebut nama Sherlock Holmes akan
langsung mengingatkan saya kepada sosok Robert Downey Jr. yang nyeleneh di dua
film layar lebar Sherlock Holmes beberapa tahun yang lalu. Tapi lalu saya
mendengar nama Cumberbatch ada dalam jajaran pemain serial Sherlock ini dan
lebih mengejutkan lagi ternyata Cumberbatch memerankan sosok Sherlock tersebut!
Sebelumnya saya tahu Cumberbatch memiliki kualitas acting yang luar biasa kuat,
jadi saya pun penasaran bagaimana Cumberbatch bisa memerankan sosok Sherlock
tanpa terpengaruh dengan actor-actor sebelumnya. Dan akhirnya saya pun menonton
season pertamanya dan saya harus mengatakan bahwa saya terkesan, sangat-amat
terkesan.
Cumberbatch berhasil membawakan
sosok seorang detective yang pintar, nyaris jenius, dingin, arogan, tidak
berperasaan tapi juga sangat berambisi dan selalu berpikiran satu langkah di
depan orang lain. Berbanding terbalik dengan Sherlock, John Watson memiliki
sifat yang lebih serius, berhati-hati dan berperasaan tapi juga setia, sabar
dan lebih polos, yang diperankan dengan sangat apik oleh Martin Freeman.
Sherlock merupakan versi modern
dari kisah klasik Sherlock Holmes yang sangat menarik untuk diikuti. Untuk menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang ada, Sherlock sering kali menggunakan berbagai
teknologi yang umumnya dimiliki orang pada zaman modern seperti sekarang ini:
google, GPS dan bahkan mengirimkan SMS dan e-mail. Latar belakang Watson yang
juga diubah menjadi veteran perang Afganistan agar lebih mudah dipahami oleh
kalangan penonton muda. Dan juga Sherlock Holmes versi modern ini tidak lagi
identik dengan pipa rokoknya, tapi kebiasaan tersebut diganti dengan label
nikotin yang ditempelkan di lengan Sherlock sepanjang waktu, lagi-lagi dalam
rangka modernisasi cerita.
Walaupun begitu, hal-hal yang
cukup ikonik pada kisah klasik Sherlock Holmes masih dipertahankan. Misalnya
alamat flat Sherlock yang berada di 221B Baker Street masih digunakan dalam serial
ini. Begitu juga dengan kehadiran musuh bebuyutannya: Moriarty. Walaupun baru
menghadirkan tiga episode di season pertama, tapi sosok Jim Moriarty yang
diperankan oleh Andrew Scott ini sudah disinggung-singgung sejak episode
pertama.
Kisahnya sendiri bergulir dengan
alur yang cepat dengan karakter tokoh yang dihadirkan sedikit demi sedikit di
sepanjang episode. Dialog-dialognya cukup padat, terutama dialog yang diucapkan
Sherlock. Tapi kedinamisan tersebut malah semakin membuat adrenalin para penontonnya
terpacu. Bagaimana dengan twist ceritanya? Itu sih tidak perlu diragukan lagi. Duo
creator Mark Gatiss dan Steven Moffat yang dibantu oleh Stephen Thompson
benar-benar lihai membuat penonton terpaku di layar televisi mereka hingga
kisah ini selesai.
Empat dari lima bintang untuk TV
series ini plus four thumbs up! Saya makin tidak sabar untuk menonton season
keduanya, berburu season ketiganya yang baru saja selesai ditayangkan pada
bulan Februari 2014 ini dan menunggu season keempat dan kelimanya tayang. Can’t
wait!