Me-remake film-film lama yang
sempat hits di tahun 80-90-an sudah bukan lagi menjadi hal tabu di kalangan
perfilman Hollywood. Dengan perkembangan zaman yang sangat modern, remake
film-film lawas tersebut dapat menghasilkan kualitas film yang jauh lebih bagus
dengan special efek yang memanjakan mata dan juga menyajikan kualitas cerita
yang lebih realistis dan lebih kompleks. Formula inilah yang dipakai oleh film
Robocop. Film yang disutradarai oleh Jóse Padilha ini me-remake tokoh ciptaan
Edward Neumeier dan Michael Miner yang pertama kali diperkenalkan pada tahun
1987.
Dalam versi modernnya kali ini
diceritakan kembali kisah mengenai seorang detektif muda bernama Alex Murphy
(Joel Kinnaman) yang sedang melakukan penyelidikan mengenai kasus narkoba
bersama sang partner: Jack Lewis (Michael K. Williams). Sang gembong narkoba
yang mendapat bantuan dari polisi korup di kota Detroit, merasa terancam dengan
kehadiran Alex Murphy sehingga memasang sebuah bom mobil yang meledak bersama sang
detektif di depan rumahnya sendiri dan disaksikan oleh istrinya: Clara Murphy
(Abbie Cornish) dan anaknya: David Murphy (John Paul Ruttan). Akibat ledakan
itu, Alex Murphy mengalami luka yang sangat parah dan terancam lumpuh.
Sang istri merasa mendapat
kesempatan kedua bagi suaminya saat sebuah perusahaan bernama Omni Fondation
yang dimiliki oleh Raymond Sellars (Michael Keaton) melalui chief scientist-nya:
Dr. Denett Norton (Gary Oldman), menawarkan agar Alex Murphy dapat diikut
sertakan dalam sebuah project ambisius yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah
robot yang memiliki emosi. Untuk itu, robot tersebut ditransplantasikan kepada
seorang manusia yang cacat di mana sang manusia dapat mengontrol robot
tersebut. Karena tidak ada lagi cara lain untuk menyelamatkan sang suami, Clara
Murphy pun menyetujuinya hanya untuk mendapati sang suami yang berubah menjadi
seseorang yang sama sekali tidak dia kenal. Belum lagi ternyata sang CEO
memiliki tujuan lain dalam eksperimen tersebut. Dengan dukungan kepala
marketingnya: Tom Pope (Jay Baruchel) dan Liz Kline (Jennifer Ehle), Raymond Sellars
mengesampingkan sisi kemanusiaan sang robot manusia itu sendiri untuk mencuri ‘simpati’
masyarakat. Tapi tanpa mereka duga, Alex Murphy dapat mengendalikan dirinya
sendiri dan akhirnya melakukan apa yang sangat ingin dilakukannya selama ini:
membalas dendam kepada gembong narkoba yang telah membuatnya menjadi cyborg
seperti sekarang.
Hal yang paling menyenangkan
menonton sebuah film remake saat ini adalah bahwa film tersebut telah mengalami
modernisasi, mulai dari efek animasinya maupun pengembangan cerita menjadi
lebih realistis. Dengan cerita yang lebih realistis, paling tidak para penonton
akan lebih mengerti bagaimana asal-usul Robocop dan bagaimana cara sang manusia
mengontrol sisi robot di dalam dirinya (ataukah sebuah robot di dalam diri
seorang manusia?).
Dengan alur yang tidak
bertele-tele dan adegan aksi yang memukau, film ini sangat mudah mendapatkan
simpati para penontonnya. Belum lagi ada begitu banyak nilai positif yang ‘diselipkan’
di dalam film ini: mengenai kemanusiaan, mengenai ketamakan, mengenai
perngorbanan, mengenai ambisi yang menggebu-gebu dan masih banyak lagi. Adegan
action dalam film ini tidak memenuhi seluruh bagian cerita. Hal ini
diberlakukan agar latar belakang tokoh utamanya dapat tereksplore dengan lebih
mendalam. Dan untuk menebus semua itu, setiap adegan aksi dibuat dengan sangat
maksimal, mulai dari penggunaan efek animasi hingga adrenalin yang ‘digenjot’
dengan kuat.
Memang, untuk penggemar berat Robocop
sejak dulu mungkin akan mengalami sedikit kekecewaan mengetahui adanya
perubahan yang cukup signifikan. Misalnya pangkat Alex Murphy yang awalnya
adalah seorang polisi biasa di sini diubah menjadi detektif, atau yang lebih
extreme adalah sang partner: Anne Lewis yang awalnya adalah seorang wanita
diubah menjadi seorang pria kulit hitam bernama Jack. Begitu juga dengan
kendaraan yang digunakan Robocop yang awalnya adalah sebuah mobil polisi biasa,
kini ‘dimodernisasikan’ dengan menggunakan sebuah motor besar berwarna hitam
yang super duper keren.
Tapi toh, dibalik kontroversi
perubahan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa Robocop menjadi perwujudan sebuah
science fiction action film yang keren dan menarik untuk ditonton. Well, saya
sih sama sekali tidak keberatan memberikan tiga setengah dari lima bintang
untuk film ini dan menyaksikan kembali sang cyborg yang akhirnya bisa bergerak
lebih lincah, memiliki motor dan armor canggih dan dapat berlari mengejar para
penjahat ini.