Here’s another adventure fantasy
film based on novel.
.jpg)
.jpg)
Tapi serangkaian kejadian lain
kembali menghampiri Clary dan teman-temannya. Dimulai dengan Simon yang diculik
oleh sekelompok vampire, pertemuannya dengan sekelompok Warewolf, kisah romantic
Clary, pengakuan Simon, hingga terungkapnya pengkhianatan lain dan
kenyataan yang ternyata jauh lebih pahit dari pada yang pernah dibayangkan
Clary sebelumnya. Semua itu mengubah dunia Clary yang tadinya biasa saja
menjadi jungkir balik.
Bisa dibilang, The Mortal
Instrument: City Of Bones ini merupakan salah satu film fantasy adaptasi novel
yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, terutama oleh para penggemarnya. Dan sepertinya
sang sutradara: Harald Zwart yang cukup berhasil menggarap Karate Kid pada 2010 dan The
Pink Panther 2 pada 2009, tahu benar akan hal ini. Buktinya sang sutradara
tidak segan-segan menggunakan para actor dan actress yang sudah cukup berpengalaman.
Seperti Lily Collins, putri penyanyi terkenal Phil Collins yang mulai naik daun
sejak memerankan tokoh love interest Taylor Lautner dalam Abduction (2011) dan juga peran menawannya bersama Julia Robert di Mirror Mirror (2012). Selain itu juga
ada Jamie Campbell Bower yang tampil di layar bioskop lewat film-film seperti Sweeney Todd: The Demon Barber od Fleet
Street (2007) bersama Johny Deep, The
Twilight Saga sebagai salah satu vampire di klan Volturi dan bahkan dalam Harry Potter and the Deathly Hollows – part 1
(2010). Robert Sheehan yang berperan sebagai Simon juga sudah lama berada di industry
perfilman dan televisi, seperti juga Kevin Zegers yang terkenal sebagai Josh
Framm di seri Air Bud. Juga ada Lena
Headey yang terkenal dengan perannya sebagai istri Leonidas di 300 (2007) dan bahkan ada Jonathan Rhys
Meyers, sang playboy yang bermain apik di Mission
Imposible III (2006) dan bersama John Travolta dalam From Paris With Love (2010).
Tapi… entah kenapa, menurut saya
film ini agak terlalu… padat. Dengan tema yang sangat menarik, kisah ini
mencoba menawarkan sebuah universe baru yang penuh intrik, rahasia dan kisah
cinta. Tapi, ada terlalu banyak element di dalam film ini. Dengan durasi 130
menit dan semua element tersebut, film ini terasa terlalu ‘penuh’. Kombinasi ini
membuat para penonton tidak bisa menikmati element-element penting sehingga
adegan yang seharusnya bisa meninggalkan kesan mendalam di dalam hati akan
langsung menguap dari ingatan penonton begitu scene berikutnya dimulai. Belum lagi
ada beberapa setting yang sama digunakan beberapa kali sehingga alurnya
terkesan meloncat-loncat. Tokoh yang dihadirkan pun terlalu banyak dan tidak
ada cukup waktu bagi para penonton untuk mengenal para tokohnya lebih jauh
lagi. Alhasil, film ini terasa ‘tidak utuh’. Dan sebagai film pertama dari enam
seri, saya berharap akan mendapatkan penjelasan di awal film mengenai universe
baru yang ditawarkan di sini, entah itu penjelasan mengenai terciptanya
Shadowhunter atau bagaimana para demons bisa berkeliaran di bumi. Sayangnya,
saya tidak mendapatkan penjelasan ini sehingga sejak awal saya harus mencoba
menebak-nebak sendiri.
Mungkin para penggemar buku ini
tidak akan sependapat dengan saya, tapi saya belum membaca buku ini sama sekali
dan sebagai penonton yang ‘buta’ dan, jujur aja nih, yang selalu tertarik
mengenai dunia fantasy, saya cukup penasaran untuk mengetahui kelanjutan film
ini. So, sorry for being a little objective at this point, tapi saya akan
memberikan tiga dari lima bintang untuk film ini dengan harapan film keduanya
akan diproduksi sehingga saya bisa membuktikan kembali apakah film ini
benar-benar bagus atau tidak. (^_^)