AFTER EARTH

Siapa yang tidak kenal dengan tema global warming, gempa bumi, gelombang tsunami dan bahkan serangan alien? Dalam beberapa tahun belakangan ini, isu mengenai usia bumi yang kian menua dan ketakutan akan kedatangan hari kiamat semakin sering digunakan di dunia perfilman Hollywood. Sejak bertahun-tahun yang lalu, film yang mengangkat tema ini semakin banyak dibuat, seperti Armagedon, The Day After Tomorrow dan masih banyak film lainnya. Bisa dibilang puncaknya terjadi pada saat film 2012 diputar di bioskop. Setelah kejadian ‘kiamat yang gagal’ tersebut, isu kiamat tersebut perlahan bergeser maknanya dan mulai digantikan oleh tema ‘setelah kiamat’ atau yang lebih sering kita kenal dengan sebutan ‘post apocalypse’.
Nah, tema inilah yang disandang oleh film terbaru yang dibintangi oleh pasangan ayah dan anak Will dan Jaden Smith. Film dengan genre science fiction adventure drama ini berjudul After Earth, yang disutradarai oleh M. Night Shyamalan, diproduseri oleh suami istri Will dan Jada Pinkett Smith via perusahaan mereka: Overbrook Entertainment, PLUS ide cerita yang dicetus oleh Will Smith sendiri. Benar, ada banyak nama Smith di paragraph ini. :D
After Earth mengambil setting pada seribu tahun setelah kiamat di mana penduduk bumi yang tersisa berhasil menemukan sebuah planet baru yang bisa mereka huni bernama Nova Prime. Film ini bercerita mengenai kisah seorang anak bernama Kitai Reige (Jaden Smith) yang dididik secara militer oleh sang ayah, Cypher Reige (Will Smith) yang merupakan Komandan Ranger Corps, organisasi penjaga keamanan di seluruh Nova Prime. Saat itu, Nova Prime sedang mengalami konflik dengan sejumlah alien bernama S’krell yang ingin menguasai Nova Prime. Makhluk luar angkasa itu menggunakan sebuah monster bernama Ursa yang mampu menemukan keberadaan manusia dengan hanya ‘mencium’ ketakutan mereka. Selama ini hanya Cypher satu-satunya orang yang dapat melawan Ursa dengan teknik ‘menghilangkan rasa takut’ sehingga Ursa tidak bisa mendeteksi keberadaannya. Teknik tersebut dinamakan ‘Ghosting’.
Sementara itu Kitai yang masih mengalami trauma mendalam karena kehilangan sang kakak: Senshi (Zoë Kravitz) yang dibunuh oleh Ursa di depan matanya sendiri berjuang sekuat tenaga untuk bisa diterima dalam satuan Ranger Corps seperti sang ayah. Tapi pada tes lapangan dia gagal. Melihat anaknya sedih dan kecewa, sang ibu: Faia (sophie Onokedo) meminta suaminya untuk mengajak Kitai ikut dalam salah satu misinya sebelum Cypher pensiun dengan tujuan agar kedua ayah dan anak ini dapat memiliki quality time bersama.
Tapi saat dalam perjalanan sebuah kecelakaan terjadi. Pesawat yang mereka tumpangi terjebak di dalam hujan asteroid sehingga mereka terdampar di sebuah planet. Nah, di sinilah petualangan mereka yang sebenarnya di mulai. Karena sang ayah mengalami patah kaki yang parah sehingga tidak bisa bergerak, sementara semua kru yang lain tewas, Kitai harus menjalani misi berbahaya sendirian untuk mencari ujung pesawat yang terbelah di mana sebuah alat pengirim sinyal untuk meminta bantuan berada. Dengan ancaman seekor Ursa yang berkeliaran bebas di sebuah planet yang dikategorikan sebagai planet berbahaya kelas satu: Bumi, tugasnya kali ini bisa membahayakan nyawanya.
Walaupun masuk dalam kategori science fiction movie, tapi kesan drama yang dimiiki film ini terasa sangat menonjol dari awal. Tema yang disandang cukup umum digunakan dan ceritanya pun tidak begitu kuat. Alurnya cukup lambat sehingga saya tidak akan heran jika ada segelintir penonton yang akan mulai gelisah karena bosan sejak awal. Actionnya tidak banyak, shocking scenenya sangat minim sehingga tidak cukup adrenalin yang bisa penonton hasilkan untuk membuat mereka bertahan tidak menutup mata karena mengantuk. Animasi? Menurut saya biasa saja. Karakter para tokoh? Anehnya, walaupun tokoh yang dimunculkan dalam film ini cukup sedikit, tapi karakter masing-masing tokohnya tidak cukup tergali. Mungkin sang creator ingin mempertahankan agar film ini tetap pada kategori PG, tapi menurut saya tema yang diangkat agak terlalu berat bagi anak-anak dan terlalu dangkal bagi orang dewasa. Sayang sekali.
Satu-satunya hal yang patut diacungi jempol adalah acting Jaden Smith yang semakin matang di film ini. tapi jika dibandingkan dengan nihilnya actor dan actress senior yang hadir di film ini selain sang ayah, Will Smith, juga karakter tokoh yang minimalis dan cerita yang standart, menurut saya semua actor pemula akan bisa menonjol dalam film seperti ini, tidak peduli siapa ayahnya. Saya hanya mendapat satu pesan yang sangat jelas ketika film ini berakhir, yaitu: Will Smith ingin mengabarkan kepada dunia bahwa Jaden Smith adalah penerusnya yang siap mengikuti jejaknya di dunia perfilman. That’s it.
Saya tidak mengatakan bahwa film ini jelek, tapi saya juga tidak bisa mengatakan bahwa film ini benar-benar bagus. Hanya saja, saya hanya berani memberikan dua setengah dari lima bintang untuk film ini tanpa bisa memberi alasan yang cukup kuat agar kalian juga menontonnya. Yah, semoga saja Shyamalan tidak kapok karena menghasilkan film yang ‘tidak cukup bagus’ berturut-turut dalam beberapa tahun belakangan ini.